nusabali

Magnet Perdamaian dari Bali

  • www.nusabali.com-magnet-perdamaian-dari-bali

SEPERTI kita ketahui bersama, sulit untuk membuat para pemimpin dunia berkumpul di tempat yang sama lebih dari satu kali.

Anehnya, para pemimpin dunia berkumpul di Bali sebanyak dua kali dalam satu tahun terakhir. Pertama, pada KTT G20 tahun lalu, tahun ini para pemimpin dunia kembali bertemu di Bali membahas kolaborasi dunia di bidang air. Pesan spiritual di baliknya, ibarat ada magnet di Bali yang menarik para pemimpin dunia untuk datang lagi dan lagi ke Bali. 

Pertanyaannya kemudian, apa yang menjadi magnet di baliknya? Sulit untuk disangkal, ini adalah magnet perdamaian. Seperti yang telah dipraktikkan selama bertahun-tahun, puncak doa di Bali adalah kedamaian. Air suci adalah inti terdalam dari kejeniusan lokal Bali.  Hanya di Bali tahun baru dirayakan dengan hari hening.  Yang terpenting, sesepuh Bali menyebut Tuhan dengan sebutan Hyang Embang (Yang Maha Keheningan). Mereka semua menciptakan magnet perdamaian di Bali. 

Sekarang lihat sejarah, sepanjang sejarah ada pemimpin yang mengabdi pada kekerasan. Perang di Ukraina dan perbatasan Israel-Palestina, semuanya datang dari para pemimpin yang mengabdi pada kekerasan. Sejujurnya, perang di dalamlah yang menciptakan perang di luar. Kebencian, kemarahan, kecemburuan, iri hati adalah contoh perang di dalam diri kita. 

Setelah dua kali pertemuan para pemimpin dunia di Bali dalam waktu singkat, kini saatnya berbagi magnet Bali kepada para pemimpin dunia. Bagi pecinta kesendirian yang dengan serius mengakhiri perang di dalam, pada akhirnya itu adalah antara kamu dan kamu. Perang terjadi antara Anda dan Anda. Kedamaian pun bersemi karena adanya interaksi antara kamu dan kamu.  Ini juga merupakan ciri utama pemimpin yang mengabdi pada perdamaian. 

Untuk memberikan contoh nyata tentang pemimpin yang mengabdi pada perdamaian --bukan kekerasan-- berikut adalah beberapa contoh nyata dalam kehidupan.  Sepanjang sejarah, beberapa pemimpin dunia telah membedakan diri mereka dengan komitmen teguh mereka terhadap perdamaian dan tanpa kekerasan.  Tokoh-tokoh ini sering kali menavigasi lanskap politik yang kompleks untuk mendorong dialog, pemahaman, dan rekonsiliasi. Kontribusi mereka dihargai bukan hanya karena dampak langsungnya namun juga karena warisan abadi yang mereka tinggalkan. 

Di antara para pemimpin terkemuka ini adalah Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, HH Dalai Lama. Mahatma Gandhi mungkin adalah tokoh paling ikonik yang terkait dengan perlawanan tanpa kekerasan. Memimpin India menuju kemerdekaan dari kekuasaan Inggris, filosofi Gandhi tentang ‘satyagraha’, atau ‘kekuatan kebenaran’, menganjurkan perubahan sosial melalui perlawanan tanpa kekerasan dan pembangkangan sipil. Kepemimpinannya dalam gerakan seperti Salt March dan Quit India Movement menunjukkan keyakinannya dalam mencapai tujuan politik dan sosial tanpa menggunakan kekerasan. Pendekatan Gandhi tidak hanya berhasil membebaskan India tetapi juga menginspirasi banyak gerakan hak-hak sipil di seluruh dunia, termasuk Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr.  

Nelson Mandela adalah presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan, dan merupakan pemimpin lain yang melambangkan kekuatan perdamaian dan rekonsiliasi. Dipenjara selama 27 tahun karena aktivismenya melawan apartheid, Mandela keluar dari penjara bukan untuk membalas dendam namun menganjurkan pengampunan dan persatuan. Kepemimpinannya dalam transisi damai di Afrika Selatan dari rezim apartheid rasis ke masyarakat demokratis membuatnya mendapat kekaguman global. Upaya Mandela mencapai puncaknya dengan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang bertujuan untuk memulihkan negara dengan mengatasi kekejaman yang dilakukan selama apartheid melalui keadilan restoratif, bukan retribusi. 

HH Dalai Lama adalah kisah besar dalam kehidupan manusia. Meski kehilangan hampir segalanya, mulai dari negara hingga istananya, tak ada tanda-tanda biksu Budha ini menyebarkan semangat kekerasan. Beliau terus menyebarkan semangat perdamaian ke seluruh dunia. Hingga suatu saat ia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1989, yang diberikan oleh senat AS dan Kanada sebagai warga negara kehormatan. Singkatnya, ia tidak membiarkan kekerasan di luar melahirkan kekerasan di dalam. Sebaliknya, kekerasan di luar berubah menjadi kedamaian di dalam. 

Para pemimpin ini, melalui tindakan dan filosofi mereka, telah menunjukkan bahwa mengupayakan perdamaian bukan sekadar menghindari konflik namun juga secara aktif menciptakan lingkungan di mana dialog, pemahaman, dan kerja sama dapat berkembang. Mereka telah menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati terletak pada kemampuan untuk menginspirasi orang lain menuju cita-cita keadilan dan perdamaian, bahkan ketika menghadapi tantangan yang sangat besar. Warisan mereka terus menginspirasi generasi sekarang dan masa depan untuk mencari solusi damai di dunia yang sering bergejolak. Singkatnya, semoga magnet perdamaian Bali menyebar ke seluruh dunia. Mengurangi penderitaan makhluk yang tak terhitung jumlahnya, meningkatkan kebahagiaan semua makhluk di alam samsara. 7

Komentar