Murid SMP Belum Fasih Calistung
Dari 158 murid kelas VII SMPN 2 Tembuku, 4 orang di antaranya belum fasih membaca, menulis, dan menghitung. Pihak sekolah diminta memberi pelajaran tambahan.
BANGLI, NusaBali
Meski sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), sejumlah siswa belum fasih membaca, menulis, dan menghitung (calistung). Salah satu contohnya di SMPN 2 Tembuku, terdapat empat siswa yang belum fasih membaca.
Hal tersebut diungkapkan Kepala SMPN 2 Tembuku I Made Degdeg, beberapa waktu lalu. Solusinya, pihak sekolah memberikan jam tambahan untuk siswa belajar membaca.
Lanjut Made Degdeg, dari total jumlah siswa tahun ajaran 2017/2018 kelas VII sebanyak 158 siswa, empat siswa di antaranya belum fasih membaca. Bahkan di antaranya ada yang belum mengenal huruf. “Siswa saat membaca saja mereka harus mengeja, seperti siswa kelas 1 SD,” tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, pihak sekolah berupaya memberikan pelajaran tambahan pada siswa. Saat jam istirahat, siswa bersangkutan mendapat pelajaran tambahan. Jadwal pelajaran tambahan diatur sedemikian rupa agar proses belajar mengajar reguler tidak terganggu.
“Siswa kami ini tetap mengikuti pelajar seperti siswa lainya, untuk tambahannya pada jam istrihat,” kata Made Degdeg.
Diakui pula bila setiap tahunnya ada saja siswa yang diterima di SMPN 2 Tembuku belum fasih calistung. Dengan kondisi seperti ini pihaknya berharap bisa dibangun ruang inklusi, sehingga proses belajar bagi siswa yang belum fasih dapat optimal.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli I Nyoman Suteja saat dikonfirmasi persoalan tersebut, tidak menampik bila masih ada siswa SMP yang belum fasih calistung. Ditegaskannya, bahwa siswa tidak buta huruf, melainkan belum lancar saja. “Mereka tidak buta huruf, tapi hanya kurang mampu membaca, menulis, dan menghitung. Kalau buta huruf pasti siswa tersebut tentu tidak akan lulus sekolah dasar,” ujar pejabat asal Kelurahan Cempaga, ini.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan di Bangli. Pihaknya meminta bila ditemukan siswa yang kurang fasih ataupun tidak mampu calistung, maka pihak sekolah diwajibkan untuk memberikan pembinaan melalui pembelajaran tambahan. Selain penekanan di sekolah, Nyoman Suteja juga meminta orangtua juga berperan aktif di rumah untuk mengajari putra-putrinya.
Disinggung kenapa siswa yang kurang fasih calistung bisa lulus, pihaknya beralasan, meski kurang fasih namun saat mengikuti ujian siswa tersebut mampu mengikutinya. “Nilai mungkin standar syarat kelulusan, jadi siswa bisa diluluskan bila nilai sudah memenuhi standar tersebut. Meskipun lulus dengan nilai pas-pasan,” imbuhnya. *e
Hal tersebut diungkapkan Kepala SMPN 2 Tembuku I Made Degdeg, beberapa waktu lalu. Solusinya, pihak sekolah memberikan jam tambahan untuk siswa belajar membaca.
Lanjut Made Degdeg, dari total jumlah siswa tahun ajaran 2017/2018 kelas VII sebanyak 158 siswa, empat siswa di antaranya belum fasih membaca. Bahkan di antaranya ada yang belum mengenal huruf. “Siswa saat membaca saja mereka harus mengeja, seperti siswa kelas 1 SD,” tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, pihak sekolah berupaya memberikan pelajaran tambahan pada siswa. Saat jam istirahat, siswa bersangkutan mendapat pelajaran tambahan. Jadwal pelajaran tambahan diatur sedemikian rupa agar proses belajar mengajar reguler tidak terganggu.
“Siswa kami ini tetap mengikuti pelajar seperti siswa lainya, untuk tambahannya pada jam istrihat,” kata Made Degdeg.
Diakui pula bila setiap tahunnya ada saja siswa yang diterima di SMPN 2 Tembuku belum fasih calistung. Dengan kondisi seperti ini pihaknya berharap bisa dibangun ruang inklusi, sehingga proses belajar bagi siswa yang belum fasih dapat optimal.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli I Nyoman Suteja saat dikonfirmasi persoalan tersebut, tidak menampik bila masih ada siswa SMP yang belum fasih calistung. Ditegaskannya, bahwa siswa tidak buta huruf, melainkan belum lancar saja. “Mereka tidak buta huruf, tapi hanya kurang mampu membaca, menulis, dan menghitung. Kalau buta huruf pasti siswa tersebut tentu tidak akan lulus sekolah dasar,” ujar pejabat asal Kelurahan Cempaga, ini.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan di Bangli. Pihaknya meminta bila ditemukan siswa yang kurang fasih ataupun tidak mampu calistung, maka pihak sekolah diwajibkan untuk memberikan pembinaan melalui pembelajaran tambahan. Selain penekanan di sekolah, Nyoman Suteja juga meminta orangtua juga berperan aktif di rumah untuk mengajari putra-putrinya.
Disinggung kenapa siswa yang kurang fasih calistung bisa lulus, pihaknya beralasan, meski kurang fasih namun saat mengikuti ujian siswa tersebut mampu mengikutinya. “Nilai mungkin standar syarat kelulusan, jadi siswa bisa diluluskan bila nilai sudah memenuhi standar tersebut. Meskipun lulus dengan nilai pas-pasan,” imbuhnya. *e
Komentar