nusabali

Melihat Eks Terminal Batubulan, Gianyar yang Berubah Fungsi Jadi Pasar Senggol dan Pasar Pagi (2–Habis)

Lokasi Strategis, Jadi Tempat Rekreasi Alternatif

  • www.nusabali.com-melihat-eks-terminal-batubulan-gianyar-yang-berubah-fungsi-jadi-pasar-senggol-dan-pasar-pagi-2-habis

Pedagang yang melanggar kontrak bakal dikenai sanksi berupa pemutusan kontrak lapak atau tempat berjualan.

DENPASAR, NusaBali - Eks Terminal Batubulan yang kini menjadi Pasar Senggol Dewi Sri Desa Adat Dlod Tukad, Batubulan atau lebih biasa disebut Senggol Batubulan, berada di lokasi yang strategis, yakni, di ujung barat daya wilayah Kabupaten Gianyar, berbatasan dengan Banjar Tohpati, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kota Denpasar. Karena keberadaannya seperti ‘beririsan’ dengan kawasan sekitarnya, menjadikan Pasar Senggol Batubulan sebagai tujuan rekreasi alternatif yang gampang dijangkau. 

Hal ini tidak saja jaraknya yang relatif dekat, namun juga jadi tempat melali bersahaja untuk menikmati aneka jenis kuliner, tempat bermain anak-anak, lokasi untuk mendapatkan pakaian, perabotan rumah tangga, hingga barang langka seperti rokok linting.

“Kebetulan posisinya juga bagus, di tengah-tengah, yaitu posisinya antara Denpasar. Kebetulan kan ini gerbang baratnya Gianyar, ‘wajah depan’ Gianyar dari arah Kota Denpasar,” ujar Kepala Pasar Senggol Dewi Sri Desa Adat Dlod Tukad Batubulan I Wayan Yoga Wirawan, Jumat (14/6).

Karena posisinya strategis, Pasar Dewi Sri Desa Adat  Dlod Tukad Batubulan, keramaiannya terjaga. “Tidak terlalu jeblok jeblok sekali,” imbuh Yoga Wirawan.

Kalau pun ada penurunan kunjungan pada hari atau moment tertentu, kisarannya sekitar 1.000 pengunjung. Sedang rata-rata pengunjung harian berkisar antara 2.000 – 3.000 pengunjung, dengan mobilitas dari pukul 17.00 sampai 22.00 Wita.

Kepala Pasar Senggol Batubulan I Wayan Yoga Wirawan -NATA

Dikatakan Yoga Wirawan, ada sekitar 200-an pedagang yang berjualan setiap hari. Jenis dagangan dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Ada pakaian masuk ke kategori fesyen, perlengkapan atau perkakas rumah tangga, arena permainan anak-anak di antaranya odong-odong, rumah balon, belajar menggambar, serta makanan minuman atau kuliner.

Untuk menjaga kondisi keberadaan Pasar Senggol Batubulan, pedagang yang berjualan diminta mematuhi perjanjian atau syarat kontrak sewa tempat atau lapak. “Ada semacam SOP ketika mulai kontrak,” tandas Yoga Wirawan.

Syarat tersebut di antaranya adalah disiplin berjualan. Maksudnya pedagang atau mereka yang berjualan bersungguh-sungguh, memanfaatkan tempat yang telah disediakan Desa Adat Dlod Tukad melalui pengelola. “Jika dalam jangka waktu berturut-turut tidak berjualan akan diwarning,” lanjut Yoga Wirawan. 

Misalnya dalam jangka waktu 30 hari berturut-turut, otomatis lapak atau tempat jualan sudah dianggap dikembalikan ke pengelola. Atau sudah diambil pengelola.

Alasannya, karena tidak menaati perjanjian. Padahal sudah diberikan fasilitas, namun tidak dimanfaatkan sebagaimana peruntukannya. Padahal di pihak lain, tidak sedikit yang ingin mendapatkan tempat berjualan di Pasar Senggol Batubulan.

Selain itu, secara keuangan pengelola jelas dirugikan kalau pedagang absen berjualan. Karena retribusi berkurang, lantaran pedagang tidak berjualan. “Jadi konsepnya take and give. Pihak desa adat memberi fasilitas kepada mereka untuk berusaha. Sebaliknya pedagang memberikan retribusi dari fasilitas yang mereka terima,” ucap Yoga Wirawan.

Menurut Yoga Wirawan sudah ada pedagang yang dikenai ‘sanksi’ pelanggaran perjanjian tersebut. Hal itu karena sudah tidak bisa ditoleransi lagi. “Sebelum sampai pada penghentian, kami tetap melakukan proses edukasi dan dialog dulu,” jelasnya.  

Namun demikian secara umum pedagang patuh dengan kontrak. Mereka tetap rutin berjualan setiap hari, sehingga Pasar Senggol Dewi Sri Desa Adat Dlod Tukad, Batubulan tetap ramai. Tidak saja karena pengunjung, namun pedagang yang ‘disiplin’ berjualan. 7 k17

Komentar