nusabali

PHDI Bali: Tidak Ada Purnama Leteh, Heboh Larangan Malukat pada Purnama

  • www.nusabali.com-phdi-bali-tidak-ada-purnama-leteh-heboh-larangan-malukat-pada-purnama

PHDI Bali meyakini saat Purnama kapanpun merupakan saat yang tepat melakukan pemujaan terhadap kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

DENPASAR, NusaBali - Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali buka suara terkait kontroversi di media sosial (medsos) tentang larangan malukat (pembersihan diri secara niskala) pada rahina Purnama, Sukra Wage Wayang, Jumat (21/6). Ketua Pengurus Harian PHDI Bali, I Nyoman Kenak mengatakan setiap Purnama merupakan hari suci, sehingga tidak ada istilah Purnama yang leteh (kotor). 

Sebelumnya, tokoh spiritual Ida Pandita Kebayan melalui akun medsos tiktok miliknya beberapa hari lalu menyampaikan Purnama pada bulan Juni ini disebut Purnama Malasada atau leteh (kotor).  Kebetulan juga Purnama kali ini jatuh pada hari Sukra (Jumat,red) Wuku Wayang yang juga disebutnya satu hari dalam kalender Bali yang bersifat sangat cemer dan leteh. Dalam sastra disebutkan, pada Wuku Wayang, Dewa Siwa dikalahkan oleh anaknya sendiri yakni Bhatara Kala. Keletehan dan kecemeran ini menyusup pada air, sehingga air menjadi sesuatu yang dianggap cemer dan leteh. 

Sementara pada setiap Purnama umat Hindu banyak yang menjadikannya untuk melakukan prosesi malukat atau pembersihan diri secara niskala. Air yang mengalami keletehan pada Sukra Wuku Wayang ketika digunakan malukat atau berkeramas tentunya akan mengurangi kesucian dan membuat taksu berkurang. Ida Pandita Kebayan pun menyarankan menunda untuk malukat pada Purnama Malasada. 

Nah, Ketua Pengurus Harian PHDI Provinsi Bali I Nyoman Kenak menyampaikan sastra agama sebaiknya tidak dimaknai secara mentah. PHDI Bali meyakini saat Purnama kapanpun merupakan saat yang tepat melakukan pemujaan terhadap kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Nggak ada Purnama leteh, kalaupun harinya jelek sekali malah kita harus khusuk berdoa supaya tidak tergoda. Bukan malah sebaliknya tidak melakukan puja atau persembahyangan,” ujar Kenak kepada NusaBali, Jumat (21/6). 

Kenak mengakui bahwa Sukra Wuku Wayang merupakan salah satu hari yang secara kalender Bali disebut leteh. Namun, adanya Purnama pada hari tersebut justru menjadikan kesempatan memanfaatkan vibrasi positif Purnama untuk memperkuat spiritual diri sehingga terhindar dari hal-hal negatif. 

Kenak meminta masyarakat tidak perlu ragu jika hendak melakukan persembahyangan termasuk melakukan ritual malukat pada setiap rahina Purnama. “Kecuali hendak melakukan karya besar, rahina (hari,red) Sukra Wayang tentu sebaiknya dihindari. Tapi kalau melakukan persembahyangan biasa lakukan saja,” tegas Kenak. a 

Komentar