nusabali

BNPB Minta Bali Antisipasi Kebakaran TPA Terulang

  • www.nusabali.com-bnpb-minta-bali-antisipasi-kebakaran-tpa-terulang

DENPASAR, NusaBali - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam rapat koordinasi dengan jajaran Forkopimda Bali, meminta agar mengantisipasi kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) sampah terulang kembali.

Suharyanto dalam keterangan yang diterima di Denpasar, Sabtu (22/6/2024), menyampaikan ini guna memitigasi dampak musim kemarau yang dimulai Juni, dan Bali salah satu yang pernah mengalami kebakaran besar yaitu di TPA Suwung, Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

“Peristiwa terbakarnya TPA Suwung seluas 32,4 hektare pada tahun lalu itu berdampak pada kesehatan masyarakat hingga mengancam sektor pariwisata dan perhubungan,” kata Suharyanto.

“Di samping itu jika tidak ditangani dengan segera, maka kebakaran TPA Suwung dikhawatirkan semakin berdampak besar pada multisektor,” ucapnya.

Selain kebakaran hutan dan lahan (karhutla), lanjutnya, musim kemarau tahun lalu membakar 16 TPA di seluruh Indonesia, dengan yang terbesar di TPA Sarimukti Bandung Barat dan TPA Suwung, Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

Oleh sebab itu Suharyanto mengumpulkan Forkopimda Bali untuk menghimpun kekuatan agar peristiwa kebakaran TPA Suwung tidak terulang di tahun ini.

Dalam rapat koordinasi tersebut BNPB mewanti-wanti perihal terbatasnya armada helikopter untuk penyemprotan air dari udara.

Indonesia membutuhkan 30 helikopter setiap tahunnya untuk memadamkan api dari udara di enam wilayah prioritas yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Helikopter itu diperoleh dari luar negeri.

Untuk itu Suharyanto tak ingin anggaran pemerintah dihabiskan untuk peristiwa yang dapat dicegah atau dikurangi dampaknya.

“Karena unit armada kami datangkan dari luar negeri. Ada regulasi yang telah mengatur bahwa ini tidak bisa sembarangan terbang ke seluruh wilayah. Begitu kami mau geser ke daerah lain, itu susah karena aturan itu,” ujarnya.

“Jadi waktu mau menggeser ke Bali ini sulit, tapi karena waktu itu Bali sudah kritis maka helikopter yang selesai melaksanakan misi water bombing di Gunung Lawu saya minta geser ke sini,” ujarnya.

Untuk tahun ini meski sudah meminta Forkopimda Bali melakukan antisipasi, BNPB tetap memberi opsi jika kebakaran TPA kembali terjadi maka ada langkah alternatif Teknik Modifikasi Cuaca (TMC).

“Ada namanya TMC, kesuksesan penyelenggaraan semua acara internasional di Bali itu ada kita di balik layarnya,” tandas Suharyanto.

Sementara itu, prediksi awal musim kemarau tahun 2024 di wilayah Bali diperkirakan dimulai pada Maret hingga Juni 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mengingatkan sejumlah kejadian bencana mengintai di masa peralihan musim. 

Puncak musim kemarau 2024 di Provinsi Bali diperkirakan jatuh pada Agustus 2024. BPBD Bali mengeluarkan rekomendasi dan kesiapan menghadapi perubahan musim dan musim kemarau. “Melakukan langkah antisipatif terhadap potensi angin kencang, hujan deras dalam waktu singkat, serta puting beliung pada periode pergantian musim/periode pancaroba (periode Maret, April, hingga Mei 2024),” ujar Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin dalam keterangan tertulis, Minggu (24/3/2026). 

Rentin mengimbau masyarakat melakukan langkah pencegahan/antisipasi menjelang, saat memasuki, dan pada puncak musim kemarau, juga tindakan antisipasi di wilayah yang diprakirakan mengalami musim kemarau di atas normal (lebih basah dari biasanya), terutama untuk tanaman pertanian dan hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi. 

Di sisi lain, masyarakat juga diminta lebih mengoptimalkan penampungan air pada sisa musim hujan, untuk memenuhi danau, waduk, embung, dan tempat penyimpanan air lainnya. “Untuk menekan risiko penurunan hasil panen pada lahan sawah, maka pengelolaan air bagi kebutuhan pertanian harus dilakukan dengan lebih hemat,” ucapnya. 

Rentin pun meminta masyarakat untuk terus memonitor media informasi resmi (misalnya aplikasi InfoBMKG, media sosial instagram dan facebook page BPBD Provinsi Bali) untuk mendapatkan informasi mutakhir dan ter-update terkait kondisi cuaca dan iklim terkini, termasuk musim kemarau 2024 dan perkembangannya. 

BPBD Provinsi Bali merekomendasikan beberapa hal untuk daerah-daerah dengan peluang terjadinya curah hujan rendah dengan melakukan langkah antisipasi. “Budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan, dan semak dengan tidak melakukan aktivitas pembakaran tanpa pengawasan, hemat penggunaan air bersih, dan selalu melakukan update informasi cuaca dan iklim dari BMKG melalui berbagai kanal yang ada,” jelas Rentin. 

“Jika dalam kondisi darurat untuk segera hubungi BPBD Kabupaten/Kota terdekat atau kontak ke Call Center Pusdalops BPBD Provinsi Bali di 0361-251177,” kata Rentin. 

Sebagian besar wilayah di Pulau Bali diperkirakan akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2024. Prediksi ini menunjukkan bahwa sekitar 95 persen dari wilayah Bali akan menghadapi kondisi kemarau yang intens. 

Sementara Kepala Stasiun Klimatologi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) wilayah III Denpasar Aminudin Al Roniri menjelaskan sebanyak 1 Zona Musim (ZOM) atau 5 persen dari wilayah di Bali, khususnya bagian selatan Bangli, selatan Karangasem, dan utara Klungkung, diperkirakan akan mencapai puncak musim kemarau lebih awal pada bulan Juli. Sementara itu, 19 ZOM atau 95 persen dari wilayah Bali akan mengalami puncaknya pada Agustus.

“Puncak musim kemarau 2024 di Provinsi Bali diperkirakan jatuh pada Juli sebanyak 1 ZOM atau 5 persen. Sedangkan Agustus pada 19 ZOM atau 95 persen,” ujarnya pada Jumat (22/3/2026).

Wilayah yang diperkirakan memasuki musim kemarau paling awal yaitu pada bulan Maret mencakup sejumlah kecamatan di Gianyar, Sukawati, Denpasar Timur dan Barat, Mengwi, Kuta, hingga Nusa Penida. Sedangkan daerah yang diperkirakan memasuki musim kemarau pada bulan April yaitu Kecamatan Karangasem, Melaya, Gerokgak, Seririt, Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sebagian Sukasada, Tejakula, Kubu, Bangli, Kintamani, Rendang, Susut, sebagian Kecamatan Sukawati, Selemadeg, Kerambitan, Tabanan, Abiansemal. Wilayah yang selanjutnya diperkirakan memasuki musim kemarau pada bulan Mei di antaranya adalah Kecamatan Busungbiu, Abang, Penebel, Tampaksiring, Selemadeg Barat. “Wilayah yang diperkirakan terakhir memasuki musim kemarau pada bulan Juni di antaranya adalah Kecamatan Banjar, sebagian Sukasada, Baturiti, Pupuan, Petang, Payangan,” jelasnya. 7 ant

Komentar