nusabali

Diikuti 600 Peserta, Gases Gelar Upacara Pabayuhan Sapuh Leger lan Melik Massal

  • www.nusabali.com-diikuti-600-peserta-gases-gelar-upacara-pabayuhan-sapuh-leger-lan-melik-massal

DENPASAR, NusaBali.com - Serangkaian karya ‘Bhaktining Suputra 2024’ Yayasan Gases Bali menggelar Upacara Pabayuhan Sapuh Leger lan Melik, pada Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (22/6/2024). Yayasan berlokasi di Jalan Raya Sesetan, Denpasar Selatan, diikuti oleh 600 peserta dari seluruh Bali.

“Ini (bagian) acara Bhaktining Suputra yang dilakukan Yayasan Gases Bali, Upacara Sapuh Leger massal diikuti 600 peserta,” terang Ketua Yayasan Gases Bali Dr Komang Indra Wirawan SSn MFil H atau akrab disapa Komang Gases,” pada Minggu (23/6/2024). 

Prosesi Upacara Pabayuhan Sapuh Leger lan Melik yang dipuput Ida Rsi Begawan Smerti ini disertai pementasan Wayang Sapuh Leger. Upacara bertepatan rahinan Tumpek Wayang bermakna untuk menetralisir sisi negatif peserta yang lahir tepat pada hari Tumpek Wayang atau hari lahir lainnya yang diyakini bersifat negatif (melik), seperti misalnya Tiba Sampir/Angker (lahir terbelit tali pusar), Jempina (lahir prematur) dan lainnya. 

Bhaktining Suputra 2024 yang digelar Yayasan Gases Bali pada 6-26 Juni 2024 menggelar upacara Atma Wedana Baligia Kinambulan, Pebayuhan Sapuh Leger lan Melik, dan Mepandes. 

Komang Gases mengatakan, sejalan dengan Upacara Bhaktining Suputra yang bertujuan untuk meringankan beban umat, pembiayaan upacara Pabayuhan Sapuh Leger lan Melik ini juga menggunakan prinsip dana punia. Setiap peserta memberikan dana punia sesuai dengan latar belakang ekonomi masing-masing, sehingga ada subsidi silang bagi peserta yang kurang mampu. Selain itu pada saat upacara para peserta hanya diminta menyiapkan pejati, kwangen, dan bunga untuk persembahyangan. 

“Upacara ini bertujuan memupuk rasa kebersamaan tanpa memandang klan atau soroh,” sebut Komang Gases yang juga akademisi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) ini. 

Menurut Komang Gases, meskipun sastra agama menyampaikan hal yang sudah jelas, namun tetap penerapannya belum tentu sama, karena tergantung dari desa kala patra di masing-masing tempat. Ia mengajak umat agar upacara agama di Bali jangan dijadikan ajang kontestasi modal sehingga terasa sangat berat untuk beryadnya. 

“Dengan Bhaktining Suputra 2024 ini berharap dapat sebagai proses pembelajaran bersama, sehingga nantinya dalam melakukan upacara kita tidak menjadi ‘takut’ untuk beryadnya, karena berdasarkan atas kemampuan yang kita miliki,” ujar Komang Gases. 

Komentar