nusabali

Program Makan Gratis Dijamin Serap Hasil Petani

  • www.nusabali.com-program-makan-gratis-dijamin-serap-hasil-petani

JAKARTA, NusaBali - Program makan bergizi gratis yang digagas oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dapat menyerap produk-produk petani dan peternak. Hal tersebut membuat Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi tak khawatir lagi.

Arief menilai program tersebut sejalan dengan upayanya dalam melakukan sinergi dari hulu ke hilir pada ekosistem pangan guna mencapai swasembada pangan. Menurutnya, sinergi tersebut perlu dipersiapkan, mulai dari pasokan hingga hilirisasinya.

"Sinergi hulu dan hilir ekosistem pangan ini yg perlu kita siapkan untuk mulai dari input hingga hilirisasi. Beruntung kita semua dengan program Presiden Terpilih makan bergizi gratis, kita semua tidak usah khawatir lagi barang produksi pertanian kita tidak terserap," kata Arief dalam acara Seminar Nasional: Strategi Mewujudkan Swasembada Pangan Menuju Indonesia Emas 2045, Gedung DPR RI, seperti dilansir detikcom, Jakarta, (25/6).

Menurutnya, apabila program tersebut sudah dijalankan pada tahun ini dapat meningkatkan perekonomian pedesaan. Pasalnya, bahan pangan yang nanti digunakan untuk program tersebut menggunakan produk dalam negeri.

"Kalau sudah dimulai dengan anggaran Rp 71 triliun tahun ini. Kalau boleh produknya tidak boleh impor. Karena ini yg akan mengembangkan ekonomi pedesaan," jelasnya.

Kemudian, Arief menjelaskan kondisi terkini mengenai ketahanan pangan di Indonesia. Misalnya, global food security index (GFSI) Indonesia menempati rangking 63 dari 113 negara dengan skor 60,2 pada tahun 2022.

GFSI ini menunjukkan ketahanan pangan suatu negara dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, hingga keterjangkauan.

Lalu Arief menyebut masih ada sebanyak 64 kabupaten/kota di Indonesia yang masih rentan rawan pangan. Hal ini disebabkan karena produksi pangan di wilayah tersebut masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan. Selain itu, ada juga prevalensi stunting balita yang tinggi hingga akses air bersih yang terbatas.

"Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan Prevalence of Undernourishment (PoU) adalah persentase populasi yang mengonsumsinya energi kurang untuk hidup sehat dan tetap aktif. POU kita 3,8% masih jauh dari standar dan target yang menginginkan sekitar 5%," imbuhnya.

Selain itu, kualitas konsumsi pangan Indonesia masih belum seimbang. Arief bilang, masyarakat Indonesia masih berlebihan mengonsumsi lemak, minyak, dan padi-padian. Padahal konsumsi pangan yang ideal adalah pangan hewani, sayur, dan buah. 7

Komentar