Harga Tempe & Tahu Bakal Naik di Bulan Juli
Efek menguatnya dolar, sementara bahan baku kedelai selama ini didominasi dari impor
JAKARTA, NusaBali
Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan bahwa menguatnya dolar AS akan berdampak kepada harga tempe dan tahu. Seperti diketahui sebagian besar bahan baku tempe dan tahu yakni kedelai didominasi berasal dari impor.
Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin mengatakan dampak dari menguatnya dolar AS kepada harga kedelai akan terasa di bulan depan sampai September. Karena saat ini stok kedelai yang ada merupakan hasil impor sebelum dolar menguat.
"Kalau yang datang sudah ada di sini adalah kontrak dua atau tiga bula lalu. Terus perjalanannya antara 1,5 sampai 2 bulan sehingga kedelai yang dibeli importir adalag pada waktu itu dolar belum naik, sehingga dengan demikian kedelai yang saat ini adalah harga belum naik," jelas dia seperti dilansir detikcom, Kamis (27/6).
"Tapi misalnya mulai Juli sudah mulai (dolar) karena dolar naik mulai bulan April, Mei, Juni. Begitu dibeli dolar sudah naik sehingga akibat kenaikan ini baru terasa awal Juli," tambah dia
Aip mengatakan harga kedelai diprediksi akan naik bisa sampai antara Rp 12.000 per kilogram (Kg) sampai Rp 14.000/kg.
"Tren naik ini sudah kelihatan mulai sudah. Tetapi naiknya sedikit-sedikit. Bisa sampai seperti yang lalu (Rp 14.000/kg) antara dengan Rp 12.000/kg naiknya. Baru mulai bulan depan, Juli, Agustus, September, juga masih tinggi," jelas dia.
Sementara harga tempe dan tahu akan naik sekitar Rp 1.000 sampai Rp 1.500. Aip mengatakan meski sedikit, dampak kepada pengrajin tempe dan tahu cukup besar karena biasanya produksi harus diturunkan demi menjaga harga.
"Tergantung wilayah. Misalnya di jawa masih bisa Rp 8.000 sampai Rp 10.000. Kalau di luar Jawa karena ongkos kedelai bertambah jadi bisa Rp 11.000 sampai Rp 12.000 tempe per potong, kira kira 250 gram. Akan naik bertahap tetapi naiknya mungkin 10% atau 15% atau berapa. Ya nainya Rp 1.000 atau Rp 1.500," pungkasnya.
Untuk diketahui, penguatan nilai tukar dolar AS memang sangat berdampak pada komoditas yang orientasinya dari impor seperti kedelai. Karena produk yang diimpor akan dihitung nilainya menggunakan harga internasional.
Saat ini, nilai tukar dolar AS kembali mengalami penguatan. Mata uang Paman Sam masih bertengger di zona Rp 16.400-an.
Mengutip data RTI, Kamis (27/6), dolar AS kemarin tercatat naik 15 poin atau bertambah 0,09% ke level Rp 16.425. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 16.425 dan terendahnya Rp 16.384.
Secara bulanan dolar AS masih menguat 1,05%. Jika dilihat dari awal tahun dolar AS juga masih menguat 6,69%. 7
1
Komentar