Hedonia vs Eudaimonia dalam Beryadnya
BALI sering diterpa isu miring yang dominan melaksanakan yadnya, tiada waktu dan ruang bebas dari yadnya.
Poros beragama berkisar pada titik yadnya. Sehingga, orang luar mempersepsikan sebagai perilaku beragama hedonis, menghamburkan biaya dan tidak sejalan dengan kosmologi fisik. Namun, bagi krama Hindu Bali, yadnya bukan hedonia tetapi eudaimonia. Ciri-ciri umum perilaku hedonis, antara lain menekankan kepuasan sebagai tujuan hidup. Dampak negatif hedonisme pada individu dan masyarakat, seperti individualisme, konsumerisme, egois, flexing (pamer harta atau kekayaan), kecenderungan pemalas, kurang tanggung jawab, perilaku boros, dan risiko korupsi dalam berbagai bentuk.
Pelaksanaan panca yadnya jauh dari perilaku hedonis. Pelaksanaannya mencirikan perilaku eudaimonia atau pencarian atas kebaikan serta makna kehidupan. Karena, panca yadnya mengakar pada filosofi, Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo Brahma Yadnya pratiwim dharayanti. Artinya, sebenarnya yang menyangga alam semesta ini sehingga menjadi ajeg adalah Satya (kebenaran), rtam (hukum alam), diksa (sarana), tapa (pengendalian diri), brahma (orang-orang suci), dan yadnya (korban suci secara tulus ikhlas).
Memang, ritual Hindu tidak selalu mencakup keseluruhan teori hasil rasio. Kadang logika dan teori tidak dapat dijadikan argumen yang memadai tentang eksistensi yadnya di Bali. Kadang juga ditemui cerita rakyat yang membahas penciptaan tradisi secara mistis dan kurang bisa diterima nalar manusia. Inilah konsep kosmogoni yang banyak ditemui di Bali maupun daerah lainnya di nusantara. Filosofi yadnya mengandung karya atau aksi, sreya atau ketulusan hati, budhi atau kesadaran yang mendalam, bhakti atau persembahan yang disebut nawa bida bhakti.
Eudaimonia yadnya, seperti karya, sreya, budhi, dan bhakti sering luput dari pengamatan orang luar atau bahkan oleh umat Hindu sendiri. Walau, berbagai yadnya menguras sumber daya, tetapi yadnya memiliki ‘daimon’ (kata dalam Bahasa Yunani) atau kesempurnaan yang baik. Melaksanakan yadnya merupakan tujuan yang tidak diambil demi tujuan lainnya dan memiliki jiwa yang membahagiakan.
Yadnya seperti juga kearifan lokal Bali lainnya tidak harus disombongkan, dieksploitasi untuk mencapai kepuasan semata. Krama Bali harus memiliki literasi budaya dan religi Hindu. Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Bali sebagai identitas. Sedangkan, literasi agama adalah pengetahuan dan kemampuan memahami agama Hindu khususnya. Melek agama amat penting untuk menciptakan harmoni yang lebih besar antarmasyarakat yang berbeda agama dan budaya. Dampak negatif nihilnya literasi religi, yaitu, dapat menciptakan konflik manusia dengan alam dan sekitarnya, terganggunya ekosistem, dan menimbulkan kerugian ekonomi.
Dengan melaksanakan yadnya, umat Hindu Bali akan dapat meyakini dan merasakan kehadiran Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan yadnya, baik yang ditujukan kepada Tuhan secara tulus ikhlas, maupun kepada sesama dan mahluk lainnya akan mengantarkan krama Hindu Bali untuk mendekatkan diri pada-Nya. Bhakti marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan bakti, sedangkan karma marga adalah jalan dengan bekerja tanpa pamrih. Dengan kata lain, menyikapi yadnya secara eudaimonia merupakan keadaan yang dicapai oleh seorang individu yang menjalani hidupnya dalam batas-batas moral yang ditetapkan oleh kebajikan dan memenuhi perannya serta mencapai tujuan hidupnya.
Kepribadian eudaimonia sangat penting diimplementasikan dalam beragama Hindu. Kepribadian hedomania merupakan antitesis eudaimonia. Perspektif eudaimonia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dengan melakukan apa yang pantas dilakukan. Dalam perspektif ini, tidak semua keinginan pribadi dianggap bernilai menghasilkan well-being, sekali pun itu mendatangkan kesenangan. Sedangkan, perspektif hedonisme meyakini bahwa setiap orang akan menjadi bahagia jika mereka terus mencari kebahagiaan dan menghindari rasa sakit atau masalah yang ada dengan menjadikan kesenangan sebagai tujuan hidup serta tindakannya. Keduanya merupakan suatu pilihan. 7
Komentar