Angka Stunting Buleleng Melorot, Kolaborasi Libatkan Lintas Dinas
Buleleng menempati posisi 6 di bawah Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung, Kabupaten Mesuji dan Kota Medan
SINGARAJA, NusaBali
Angka stunting di Kabupaten Buleleng selalu menjadi sorotan nasional. Prevalensi angka stunting di Buleleng naik drastis dari 8,9 persen (tahun 2021) menjadi 11 persen (tahun 2022). Namun, kali ini Buleleng kembali mengundang perhatian pusat, karena berhasil menurunkan angka stunting secara drastis. Tahun 2023 lalu prevalensi angka stunting di Buleleng tercatat sudah turun menjadi 6,2 persen.
Upaya penanganan dan kerja keras yang dilakukan Pemkab Buleleng mendapat penghargaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI. Kabupaten Buleleng menempati posisi 6 dari 15 kabupaten/kota dengan angka prevalensi terendah se Indonesia. Capaian tersebut membuat Buleleng menerima penghargaan Program Percepatan Penurunan Angka Stunting berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, di Jawa Tengah, Jumat (28/6).
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Buleleng, I Nyoman Riang Pustaka mengatakan keberhasilan ini merupakan hasil kerja bersama dari seluruh pihak terkait. “Kolaborasi diperlukan mengingat penyebab stunting berasal dari berbagai faktor,” ujar Riang Pustaka.
Penanganan kasus stunting di Buleleng pun dilakukan dengan kerja kolaboratif sejumlah instansi terkait dengan tugas pokok dan fungsinya. Tim Percepatan Penanganan Stunting pun membagi tugas untuk menangani persoalan yang ada di lapangan. Misal untuk pemenuhan gizi dan kesehatan ibu hamil hingga balita merupakan tugas Dinas Kesehatan. Sosialisasi pencegahan dihandle oleh Dinas P2KBP3A, pemenuhan sanitasi dan jamban dipenuhi Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR).
“Kami di dinas akan melanjutkan program-program yang selama ini sudah dilakukan khususnya penyuluhan-penyuluhan kepada calon pengantin maupun pengantin baru, agar siap secara fisik dan mental untuk berkeluarga. Karena faktor ketidaksiapan ini menjadi catatan salah satu penyebab lahirnya anak stunting.,” sebut Riang Pustaka.
Seluruh masyarakat Buleleng, kata dia secara sporadis diberikan pemahaman tentang edukasi 4T kepada pengantin untuk langkah pencegahan. “Jangan menikah di usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua, jarak persalinan yang Terlalu Sering, serta jumlah persalinan yang Terlalu Banyak,” beber Riang Pustaka.
“Kami juga akan fokus di 4T ini agar angka stunting tidak meningkat lagi. Selain itu, pola asuh dan asupan gizi anak menjadi perhatian,” imbuh dia.
Sementara Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana turut mengapresiasi capaian ini. Kerja kolaboratif dalam penanganan stunting di tahun 2023 lalu yang berhasil dilakukan dengan pemetaan desa-desa dengan angka stunting tinggi. Sebanyak 23 desa di Buleleng saat itu mendapatkan intervensi khusus. Seluruh instansi yang berkaitan dengan aspek penyebab stunting mencurahkan programnya, mulai dari program kesehatan, ketahanan pangan dan pembangunan sarana penunjang sanitasi dan air bersih. “Saat ini sudah di angka enam persen. Mudah-mudahan bisa terus diturunkan. Gotong royong dan kerja bersama dalam penanganan stunting sangat diperlukan dan harus dipertahankan,” ungkap pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, ini.
Kabupaten Buleleng berhasil menjadi salah satu dari 15 kabupaten/kota yang memiliki prevalensi angka stunting terendah di Indonesia pada tahun 2023. Buleleng menempati posisi 6 dari 15 kabupaten/kota di bawah Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung, Kabupaten Mesuji dan Kota Medan. Buleleng juga menempati urutan ketiga prevalensi angka stunting terendah di Provinsi Bali. Berdasarkan SKI tahun 2023, angka prevalensi stunting di Kabupaten Buleleng mencapai 6,2 persen.k23
1
Komentar