nusabali

Pementasan Sanggar Seni Arja Kerthi Winangun Duta Kabupaten Jembrana di PKB XLVI Tahun 2024

Uniknya Arja Sewagati yang Dibawakan dengan Posisi Duduk

  • www.nusabali.com-pementasan-sanggar-seni-arja-kerthi-winangun-duta-kabupaten-jembrana-di-pkb-xlvi-tahun-2024
  • www.nusabali.com-pementasan-sanggar-seni-arja-kerthi-winangun-duta-kabupaten-jembrana-di-pkb-xlvi-tahun-2024

Para penari, hanya menggerakkan badan, tangan serta ekspresi wajah sesuai kisah yang diangkat, sementara busana tari seperti kostum dramatari arja biasanya

DENPASAR, NusaBali 
Rekasadana (pergelaran) Arja Sewagati yang disajikan Sanggar Seni Arja Kerthi Winangun, Kecamatan Negara, Duta Kabupaten Jembrana dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI memang beda. Kesenian Arja yang tampil di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar, Selasa (2/7) ini dilakukan dengan negak (duduk). Bukan seperti dramatari arja biasanya yang menari dalam posisi berdiri. 

Arja Sewagati disajikan dalam posisi duduk, lalu melantunkan tembang Sewagati khas Kabupaten Jembrana. Para penari, hanya menggerakkan badan, tangan serta ekspresi wajah sesuai dengan kisah yang diangkat. Para penari juga mengenakan busana tari seperti kostum dramatari arja biasanya. Walau demikian, mereka tampil apik dan menarik. Mungkin, karena didukung beberapa penari asli, penari saat kesenian ini dibentuk pada tahun 1985 silam.

Penonton yang sejak awal penasaran dengan kesenian khas daerah Bali barat ini tetap menunggu santai untuk dapat menyaksikan kekhasannya itu. Memang, sore menjelang malam itu, penonton yang hadir di gedung berkapasitas sekitar 800 orang itu tidak banyak. Namun, jumlahnya penonton tetap. Kalaupun bertambah, hanya satu dan dua penonton saja.

Arja Sewagati bersumber dari lontar Sewagati untuk kali ini mengangkat lakon ‘Satya Semaya’ dengan menampilkan lima tokoh utama, yakni Ni Ketut Sewagati, I Nyoman Ratna Samara, I Gede Muda Lara serta dua punakawan bernama Punta dan Kartala yang bertugas menerjemahkan tembang-tembang dari semua tokoh itu.   

Dalam arja ini, semua tokoh, yakni Ni Ketut Sewagati, I Nyoman Ratna Samara, dan I Gede Muda Lara dalam berbicara menggunakan tembang Sinom Sewagati yang satu-satunya ada di Kabupaten Jembrana. Dalam percakapannya, baik dalam keadaan sedih, gembira ataupun konflik menggunakan tembang Sinom Sewagati. Agar bisa sampai kepada penonton, Punta dan Kartala kemudian menerjemahkan. Mirip kegiatan mesanti saat upacara di Bali. 

Arja Sewagati diangkat dari cerita yang menceritakan keluarga petani yang memiliki seorang putri bernama Ni Ketut Sewagati yang terkenal kecantikan dan kebaikan hatinya. Ia telah memiliki kekasih tampan dengan budi pekerti dan berbudi luhur bernama I Nyoman Ratna Samara. Mereka mesatya wacana, berjanji untuk tidak mengkhianati satu sama lainnya.

Parasnya yang cantik, Ni Ketut Sewagati banyak yang tertarik padanya. Termasuk pria kaya raya dan arogan dari desa tetangga bernama I Gede Muda Lara. Walau usia terpaut jauh, namun I Gede Muda Lara, tetap berusaha mendekati Ni Ketut Sewagati dengan membantu orangtuanya membawa hasil panen bersama teman-temannya tanpa meminta upah. Cara ini dilakukan agar dapat melihat secara langsung kecantikan Ni Ketut Sewagati.

Tanpa berpikir panjang, I Gede Muda Lara melamar Ni Ketut Sewagati melalui kedua orangtuanya dan disetujui. Mendengar hal tersebut, perasaan Ni Ketut Sewagati hancur. Dia merasa dihadapkan dengan dua pilihan, bakti terhadap orangtua atau setia kepada janjinya kepada sang kekasih. Singkat cerita, berita tersebut telah sampai kepada kekasihnya I Nyoman Ratna Samara. Setelah mengetahui perjodohan tersebut, I Nyoman Ratna Samara menjadi resah, sehingga memutuskan untuk kawin lari. 

Di sisi lain, I Gede Muda Lara mengetahui adanya kawin lari itu. Ia kemudian merasa dikhianati oleh kedua orangtua Ni Ketut Sewagati. Ia kemudian datang ke rumah Ni Ketut Sewagati untuk mengambil kekayaan yang telah diberikan. Beruntung, aparat desa datang untuk mendamaikan. Pemeran Karta, I Gusti Komang Arsudi mengatakan, meski dilakukan secara duduk, tetapi pementasan Arja Sewagati ini sesungguhnya lebih sulit. Menari dalam posisi duduk tidak akan bisa dilakukan secara maksimal. Walau demikian, gerak tari itu tetap ada, sehingga sajian ini menjadi lebih menarik. 

“Kalau adegan berjalan, kami hanya membayangkan berjalan, namun untuk tanjek dan aksen-aksen tari itu tetap ada, sehingga dapat ditangkap penabuh,” ucap penari asli Arja Sewagati ini. Sementara Ketua Sanggar Seni Arja Kerthi Winangun, I Gusti Ketut Sugiardana mengatakan, kesenian Arja Sewagati ini merupakan kesenian khas Kabupaten Jembrana yang berdiri sekitar tahun 1985. Arja ini sempat mengalami masa kejayaan di tahun 1990-an. “Sejak berdiri kesenian Arja Sewagati ini dilakukan dengan negak (duduk) lalu melantunkan tembang Sewagati khas Kabupaten Jembrana,” paparnya. 

Seiring perjalanan waktu, kesenian ini sejak tahun 2000 tidak pernah dipentaskan. “Ajang PKB ke-46 ini kembali mendapat kesempatan pentas. Ini inisiasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bidang Kesenian merekonstruksi kembali dengan harapan kesenian ini dapat dilestarikan dan dipelajari anak-anak muda,” harapnya. 7 a 

Komentar