Waspada Angin Kencang dan Gelombang Tinggi
MANGUPURA, NusaBali - Masyarakat Bali diimbau waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, kondisi cuaca di wilayah Bali diperkirakan dominan berawan dan terdapat potensi hujan ringan hingga sedang di sebagian besar wilayah Bali. Selain potensi hujan, perlu juga mewaspadai peningkatan kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut.
Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, Kadek Setiya Wati, menjelaskan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang berpotensi terjadi hampir di seluruh wilayah Bali. Namun, potensi yang lebih tingggi terdapat di wilayah Bali bagian Timur, Tengah, dan Selatan. Masyarakat di wilayah tersebut diimbau untuk lebih waspada terhadap kemungkinan terjadinya hujan.
“Kecepatan angin berdasarkan data 2 Juli 2024 maksimum 19 knot di Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, sedangkan untuk prediksi tinggi gelombang hari ini (kemarin) mencapai 2,5 meter di perairan selatan Bali. Sementara itu, di perairan utara mencapai 1,25 meter,” jelas Setiya Wati, Rabu (3/7) pagi.
Dijelaskan, wilayah perairan yang diperkirakan mengalami peningkatan ketinggian gelombang antara lain Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian selatan, perairan selatan Bali, dan Samudera Hindia selatan Bali. Sementara, kondisi cuaca lainnya yang perlu diwaspadai adalah terjadinya peningkatan angin di wilayah Bali dan juga peningkatan tinggi gelombang laut terutama di Perairan Selatan Bali yang dapat mencapai lebih dari 2,0 meter.
Disinggung soal musim kemarau, Setiya Wati mengatakan jika Bali saat ini memang telah memasuki musim kemarau, dengan puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2024. Namun, lanjutnya, masyarakat perlu memahami bahwa musim kemarau tidak berarti bahwa tidak terjadi hujan sama sekali.
Setiya Wati melanjutkan, hujan terjadi dalam 2 sampai 3 hari terakhir ini merupakan dampak dari aktifnya gangguan di atmosfer seperti Madden Julian-Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Equatorial Rossby. Fenomena MJO sendiri merupakan aktivitas intra seasonal yang terjadi di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
“Pengaruh dari gangguan-gangguan tersebut terhadap kondisi cuaca (hujan) di Bali diprediksi dapat berlangsung hingga 2-3 hari ke depan namun dengan intensitas hujan yang makin menurun,” jelas Setiya Wati.
Pihaknya pun terus memantau dan mengupdate informasi prakiraan cuaca serta peringatan dini baik cuaca maupun gelombang. Setiya Wati mengingatkan bahwa kondisi cuaca sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor global, regional, dan lokal. Dampaknya pun, sambungnya, bisa jadi tidak sama tiap siklusnya (khususnya di Bali) tergantung dari keberadaan gangguan atmosfer lainnya dan kondisi atmosfer lokalnya. Oleh karena itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi cuaca ekstrem ini.
“BBMKG Wilayah III selalu mengupdate informasi prakiraan cuaca dan juga peringatan dini baik cuaca maupun gelombang. Oleh karena itu, silahkan mengakses website kami atau melalui jejaring sosial lainnya seperti Instagram, WA, dan Telegram serta bisa menghubungi langsung ke nomor kantor kami,” pesannya. 7 ol3
Komentar