Joged Bumbung Kolosal Bikin Heboh di Penglipuran
Dipentaskan Saat Pembukaan Penglipuran Village Festival 2024
BANGLI, NusaBali - Penglipuran Village Festival (PVF) XI dibuka secara resmi pada, Kamis (4/7). Pembukaan PVF 2024 yang bertema ‘Pertiwi’ ini dimeriahkan oleh pementasan joged bumbung kolosal, hingga parade budaya.
Pembukaan PVF dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI yang diwakili Direktur Event Nasional dan Internasional Fransiskus Handoko, Pj Gubernur Bali yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Bali Dewa Mahendra, Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar, Ketua DPRD Bangli Ketut Suastika, Anggota Forkopimda Kabupaten Bangli, serta Ketua PHRI Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).
Pembukaan Penglipuran Village Festival XI tahun 2024 ini ditandai dengan pemukulan kentongan dan pelepasan burung. Kelian Desa Adat Penglipuran, I Wayan Budiarta mengatakan PVF telah beberapa kali dilaksanakan dan tahun ini telah memasuki yang ke-11. Tujuan dari kegiatan ini, yakni sebagai media promosi, sebagai sarana hiburan, baik untuk pengunjung maupun warga setempat.
Selain itu sebagai keberlanjutan, baik dari sisi lingkungan, budaya dan ekonomi. Selain itu sebagai wadah inovasi, wadah kreatifitas warga, terakhir adalah sujud syukur Krama Penglipuran atas keberkahan dari wisatawan Penglipuran.
Menurut Wayan Budiarta dalam PVF kali ini pihaknya berkolaborasi dengan program Senandung Dewi (semarak event unggulan di Desa Wisata). Senandung Dewi merupakan program baru dari Kemenparekraf. Penglipuran menjadi penyelenggara pertama secara nasional.
Dalam festival tahun ini ditampilkam tarian maskot Penglipuran. Ada joged bumbung kolosal dengan melibatkan 100 penari yang merupakan pelajar di Bangli. Ada pula parade budaya tempoe doeloe yang dibawakan krama Penglipuran. Selain itu penampilan barong ngelawang yang dipentaskan oleh bebanua/banjar di sekitar Penglipuran.
Disampaikan pula, dengan berbagai pertimbangan untuk pelaksanaan PVF dimajukan di bulan Juli yang biasa diselenggarakan pada bulan Desember. Selain karena faktor cuaca juga sebagai wadah untuk mengisi libur sekolah, mengingat bulan Juli libur panjang sekolah. Ditambahkan Manajer Desa Wisata Penglipuran, I Wayan Sumiarsa menargetkan sebanyak 5.000 kunjungan wisatawan dalam sehari selama momentum Penglipuran Village Festival XI pada 2024 ini. “Momennya ini musim puncak di Penglipuran, kami targetkan kunjungan wisatawan di angka 5.000 per hari karena sudah mencapai 3.500 per hari sejak kemarin,” katanya.
Pentas budaya yang sebelumnya digelar akhir tahun dimajukan ke pertengahan tahun, yaitu 4-7 Juli 2024, di mana dengan tambahan atraksi di bulan musim puncak membuat pengelola optimistis mencapai target tersebut. “Yang menjadi pertimbangan kami terkait letak geografis, di mana curah hujan tinggi saat Desember sehingga kami pindah ke Juli, kemudian Juli juga musim muncak jadi wisatawan bisa mendapat atraksi tambahan,” ujar Sumiarsa.
Pengelola Desa Wisata Penglipuran memastikan selama kegiatan tidak ada kenaikan tarif masuk yakni tetap wisatawan domestik Rp15.000 untuk anak-anak dan Rp25.000 untuk dewasa, serta wisatawan mancanegara Rp25.000 untuk anak-anak dan Rp50.000 untuk dewasa.
Sementara Wakil Bupati Bangli, I Wayan Diar menyampaikan Desa Wisata Penglipuran belakangan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Disamping itu, Desa Wisata Penglipuran juga sukses menorehkan banyak prestasi baik kancah nasional maupun internaisonal. “Desa Penglipuran raih predikat Desa Wisata Terbaik 2023 menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO),” ujarnya.
PVF merupakan event pariwisata yang menjadi kegiatan unggulan pariwisata Kabupaten Bangli yang telah dilaksanakan di setiap tahunnya dan rutin dilaksanakan sejak tahun 2013. Tema PVF tahun 2024 ini adalah ‘Pertiwi’ (endless devotion to the mother earth as a spirit of generative tourism) memiliki makna bahwa berbakti dan hormat kepada tanah sebagai elemen dan berkah kehidupan aktivitas pariwisata.
Pertiwi dianggap dapat mengekspresikan kekuatan dan memberikan anugerah tanpa batas. Ini sesuai dengan kehidupan sehari-hari di Desa Penglipuran, yang mempertahankan adat istiadat, budaya dan kebiasaan masyarakatnya. "Tema ini sangat relevan dengan kondisi Desa Penglipuran yang selalu berkomitmen dalam hal konservasi lingkungan yang merujuk pada konsep Tri Hita Karana," kata Wayan Diar.
Bertepatan dengan Pembukaan Penglipuran Village Festival XI kemarin, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meluncurkan program Semarak Event Unggulan di Desa Wisata (Senandung Dewi). Direktur Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf, Fransiskus Handoko mengatakan pemilihan lokasi peluncuran di Desa Wisata Penglipuran berkaitan dengan tujuan dari pembentukan program ini.
“Potensi dari penyelenggaraan event pariwisata yang tinggi di desa wisata seperti di Penglipuran melatarbelakangi terciptanya inovasi program Senandung Dewi di Kemenparekraf,” kata dia dilansir antara. Menurut Fransiskus potensi pariwisata di Desa Wisata Penglipuran sangat beragam, seperti keindahan lanskap dan kebersihan, hingga hutan bambunya.
Masyarakat desa kemudian memanfaatkan potensi ini dengan mengadakan kegiatan budaya Penglipuran Village Festival yang rutin sejak 2013, sehingga Kemenparekraf melihat kegiatan seperti festival sebagai potensi yang dimiliki desa wisata. Fransiskus mengakui desa wisata penyandang predikat Best Tourism Village 2023 dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO) ini sendiri memang indah dengan atmosfer lingkungannya yang khas. Prestasi dan inovasi ini yang kemudian membuat Kemenparekraf menjadikan Desa Wisata Penglipuran sebagai barometer pariwisata Indonesia. 7 esa
1
Komentar