nusabali

Duo Jegog Jembrana Mabarung, Hipnotis Pengunjung PKB XLVI

  • www.nusabali.com-duo-jegog-jembrana-mabarung-hipnotis-pengunjung-pkb-xlvi

DENPASAR, NusaBali.com - Dua sekaa kesenian jegog asal Kabupaten Jembrana yang tampil mabarung di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar berhasil menyedot perhatian pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI, Jumat (5/7/2024) petang.

Sekaa Jegog Tingklik Seiko Niti Suara, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo dan Seni Jegog Tingklik Sandi Suara, Desa Berangbang, Kecamatan Negara sukses membakar antusiasme penikmat seni musik berbahan bambu ini.

Ribuan pengunjung PKB tumpah ruah di kalangan yang berlokasi di depan pintu masuk Panggung Terbuka Ardha Candra itu. Ribuan pasang mata menjadi saksi 20 pasang penabuh jegog beradu kecekatan dan ketangkasan memainkan alat musik khas Kabupaten Jembrana ini.

Atraksi mabarung kesenian jegog yang berlangsung hampir dua jam sejak pukul 17.00 Wita ini dihadirkan oleh Yayasan Jegog Kabupaten Jembrana. Dari 90-an sekaa jegog yang aktif, dua sekaa dari Mendoyo dan Negara ini terpilih mengisi pergelaran untuk PKB tahun ini.

Komang Oka Budi Permana, 32, Sekretaris Yayasan Jegog Kabupaten Jembrana menjelaskan, ada beberapa tabuh yang dipersembahkan dari kedua sekaa yakni tari penyambutan, tabuh truntungan, tari kreasi Natha Sadhu, tabuh pategak klasik, dan ditutup dengan atraksi mabarung.

"Luar biasa sekali antusias penonton. Kami bangga bisa menampilkan kesenian yang sudah menjadi ciri khas Jembrana di PKB, sekaligus menghibur masyarakat Bali secara umum," ungkap Komang Oka ketika ditemui usai pergelaran, Jumat petang.

Kata Komang Oka, rekasadana (pergelaran) ini dipersiapakan selama dua bulan oleh masing-masing sekaa. Jenis jegog yang ditampil Jumat petang adalah jegog tingklik gamelan genep. Ini berbeda dengan jenis jegog yang dipentaskan pada PKB sebelumnya yaitu jegog compak.

Tingklik gamelan genep ini terdiri dari barangan di barisan depan, diikuti kancilan di belakanganya, lantas terdapat gamelan kuntung/celuluk, suwir, endir, dan jegogan yang biasanya berukuran paling besar serta berposisi paling belakang.

"Kami berharap, ke depan, penampilan kesenian jegog dapat diberi pangung lebih besar. Kalau bisa kami tampil di Ardha Candra sehingga penonton itu bisa menikmati jegog mabarung seperti gong kebyar misalkan," tutur Komang Oka.

Dari tahun ke tahun, rekasadana kesenian jegog selalu diberi tempat di Kalangan Madya Mandala. Dengan lokasi terbatas ini, jegog mabarung tampil di bawah bukan di atas panggung. Kemudian, penonton biasanya merangsek mengitari jegog yang mabarung.

Komang Oka meminta, agar bisa disediakan panggung yang lebih luas sehingga kedua sekaa jegog tampil di atas panggung. Selain penabuh nyaman dan atraksi terlihat jelas, penonton juga dapat menikmati ritmisnya lantunan jegog dengan lebih leluasa. *rat

Komentar