nusabali

Upacara Massal di Griya: Solusi Praktis Umat Hindu di Era Modern

  • www.nusabali.com-upacara-massal-di-griya-solusi-praktis-umat-hindu-di-era-modern

GIANYAR, NusaBali.com - Umat Hindu di Bali kini marak menggelar ritual keagamaan, baik secara individu maupun massal. Salah satu yang menarik perhatian adalah pelaksanaan upacara di Griya, termasuk mebayuh oton. Muncul pertanyaan, sahkah dan bermanfaatkah upacara massal di Griya?

Menurut Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, pelaksanaan yadnya secara massal, atau kinembulan, sah-sah saja. Baik itu upacara Pitra Yadnya maupun Manusa Yadnya. Alasannya, umat kini hidup di era industri dengan waktu yang terbatas, sehingga sulit berkumpul untuk upacara.

"Jadi memang ada itu, baik upacara Pitra Yadnya, upacara manusa yadnya," jelas Ida Pandita saat ditemui di Griya Mumbul Sari, Serongga, Gianyar pada Kamis (4/7/2024).

Upacara massal bukan berarti melupakan esensi. Justru, di sinilah letak fleksibilitasnya. "Kalau cara boleh saja sepanjang cara itu baik dan benar," tegas Ida Pandita.

Dijelaskan bahwa baik dan benar dalam artian membeli di tempat yang tepat sehingga bisa memberikan multiplyer effect menghidupi umat sekitar. "Kita nggak bisa buat yang lain buat kita beli berarti kita memberikan pemerataan penghasilan dengan catatan jangan sampai mengurangi tetandingan supaya harganya murah," ujar Ida Pandita kelahiran 5 Mei 1966 ini. 

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda.  -NOVIANTARI

Maka tak bisa dipungkiri banyak bermunculan tempat penjualan banten sekaligus penyewaan tempat upacara. "Karena kan umat mau praktis," ujarnya.  Maka itu, sah-sah saja suatu prosesi upacara baik itu pawiwahan, metatah, mebayuh oton digelar di Griya. 

Efisiensi yang dimaksud yakni pada banten ke Dewa dan ke Bhuta bisa bersama-sama, namun banten personal disiapkan untuk masing-masing individu.  "Kalau bayuh oton itu bisa massal ketika otonnya sama. Hari yang sama, wuku yang sama. Tapi ingat di situ bukan hanya yg diupacarai saja yang akan dapat energi positif, tetapi juga Ida Bhatara Hyang Guru. Karena setiap orang walau sama oton, secara leluhur geniologis berbeda," terangnya. 

Ditanya apakah mebayuh oton bisa dilakukan di Griya? Menurut Ida Pandita bahwa sanggah/merajan maupun Griya itu sama-sama mandala suci. "Kami bisa menghadirkan Bhatara Hyang Guru di Griya. Dalam konsep Bali itu disebut nyawang. Bisa itu, fleksibel," tegasnya.

Ditambahkan Ida Pandita, upacara Yadnya itu wujud dari pembayaran hutang. Maka itu yang tidak boleh kalau pun digelar secara massal adalah seluruhnya gratis. "Jangan merasa senang kita dikasih gratis. Saya tidak setuju, sia-sia upacara itu karena bukan upacaranya yang dipentingkan. Paling prinsip dasar, setiap manusia itu harus melakukan Karma dan melakukan Yadnya. Itu si orang tua yang punya kewajiban mengupacarai anaknya sama sekali tidak ada kontribusi sedikitpun itu yang tidak boleh. Ya jangan sampai nanti orang lain yang memperolehnya," jelasnya. 

Ketika kewajiban itu diabaikan, sama halnya dengan Arjuna ketika dia mengabaikan kesatriaan-nya maka Sri Kresna memberikan wejangan sebagai cikal bakal lahirnya Bagawadgita. "Yang paling lucu, sekarang orang mau gratis di ritual tapi datang dengan payas agung, itu yang nggak bagus," imbuhnya. 

Demikian juga upacara ngaben bersama, paling tidak mesti ada jatu atau kontribusi si anak yang akan mengupacarai orangtuanya. 

Ketua PHDI Gianyar, I Wayan Ardana, mengamini manfaat upacara massal. Upacara massal yang difasilitasi oleh yayasan, pasraman, atau desa adat seperti ngaben massal, nyekah, metatah, dan lain sebagainya, sangat membantu meringankan beban masyarakat.

"Dengan catatan Yadnya yang dilaksanakan dilandasi tiga kerangka dasar Agama, yaitu Tatwanya jelas, susila atau etika pelaksanaannya dan upacara atau upakara-nya. Tentu juga didasari atas keyakinan atau sradha serta rasa tulus ikhlas beryadnya dan ini tidak merusak tradisi adat," jelasnya.

Upacara massal ini juga sudah dilakukan dari zaman dulu, contohnya ngaben masal, nyekah masal ngiring di Griya. "Tidak ada masalah. Jadi dapat disimpulkan upacara masal sangat membantu umat dan tidak ada merusak adat istiadat," imbuhnya.

Upacara massal di Griya sah, bermanfaat, dan sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya Hindu di Bali. Upacara massal menjadi solusi praktis di era modern, dengan tetap menjaga makna dan esensi upacara.

Dengan mengikuti aturan dan tata cara yang benar, serta dilandasi keyakinan dan keikhlasan, upacara massal di Griya dapat menjadi sarana spiritual yang mempererat persaudaraan dan meringankan beban umat Hindu di Bali.*nvi


Komentar