nusabali

Seniman Yogyakarta Semarakkan PKB XLVI, Perkenalkan Kesenian Klasik hingga Kontemporer

  • www.nusabali.com-seniman-yogyakarta-semarakkan-pkb-xlvi-perkenalkan-kesenian-klasik-hingga-kontemporer

DENPASAR, NusaBali.com - Rombongan seniman dari Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ikut menyemarakkan perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI, Minggu (7/7/2024).

Seniman yang terdiri dari 25 penari dan musisi itu diboyong oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan), Kota Yogyakarta untuk memperkenalkan kesenian tari klasik, alat musik, dan tari kreasi khas kebudayaan Jawa di Yogyakarta.

"Kami menampilkan kesenian klasik yaitu Klana Topeng Sembung Langu, kemudian mengenalkan alat musik bende dari Taman Budaya Embung Giwang, dan tari kreasi Yanu Asmara Dewi Srikandi," ujar Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta Yetti Martanti ketika ditemui usai acara.

Penampilan seniman dari luar Bali ini menjadi daya tarik bagi pengunjung PKB. Ratusan pengunjung tampak antusias menyaksikan kesenian yang jarang disaksikan di Pulau Dewata namun masih memiliki rasa dan kesan familiaritas di dalamnya.

Rekasadana (pergelaran) seniman Yogyakarta ini dimulai pukul 14.00 Wita di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar. Pengunjung yang didominasi warga lokal ini sudah memadati tribun kalangan sebelum acara dibuka.

Penonton disuguhkan tarian pembuka sekaligus sorotan dari rekasadana seniman Yogyakarta ini yaitu Klana Topeng Sembung Langu. Tari ini tergolong kesenian klasik yang mengambil cerita Panji (kepahlawanan).

"Tarian ini berdasarkan cerita Panji antara sang majikan Klana Sewandana yang sedang kasmaran dengan putri cantik Dewi Sekartaji Galuh Candrakirana, ia ditemani abdi setianya yang bernama Sembung Langu," ungkap Wawan Agus Suharyanto, Kepala Seksi Seni di Disbud Kota Yogyakarta.

Inilah yang menyebabkan kesenian yang ditampilkan seniman Yogyakarta ini terasa berbeda namun secara bersamaan terkesan familiar. Sebab, cerita Panji sendiri juga berkembang di Bali dan digubah salah satunya menjadi seni tari atau seni pertunjukan secara umum.

Hanya saja, gerakan tarian Jawa yang terkesan patah-patah dan tegas, serta diiringi alat musik yang berbeda membuat tari cerita Panji di Jawa berbeda dengan yang ada di Pulau Dewata. Kata Wawan, adanya nilai kecocokan dengan selera orang Bali ini jadi salah satu alasan tari klasik ini dipilih untuk ditampilkan.

Di sesi kedua usai tari Klana, penonton diajak belajar alat musik bende yang bunyi dan bentuknya mirip reyong di Bali. Beberapa bende dengan nada berbeda dibagikan ke penonton. Kemudian, dua musisi memberi tanda, nada apa yang mesti dipukul di waktu tertentu sehingga menghasilkan harmoni layaknya memainkan angklung bambu khas Jawa Barat.

"Agar mudah diterima masyarakat, kami juga menampilkan kebudayaan yang dikemas jadi seni kontemporer yaitu Yanu Asmara Dewi Srikandi," jelas Kepala Disbud Yogyakarta Yetti Martanti.

Yanu Asmara Dewi Srikandi ini diambil dari kisah pewayangan Jawa yakni kisah asmara pemanah perempuan ulung Srikandi dan Arjuna. Meski berangkat dari kisah tradisional Mahabharata, penggalan kisah Srikandi dan Arjuna ini dikemas modern dengan campuran seni tari, teater, dan musik.

Kata Yetti, kesempatan tampil di PKB XLVI ini membuka ruang bagi potensi kebudayaan di Kota Yogyakarta untuk dikenalkan ke masyarakat yang lebih luas. Bukan saja kepada masyarakat Bali tetapi juga wisatawan mancanegara yang ramai berkunjung ke PKB tahun ini. *rat

Komentar