Klungkung Tampilkan Cepuk Endek dan Payas Agra
Parade Busana Adat
Pesta Kesenian Bali
Pj Bupati Klungkung
I Nyoman Jendrika
Ketua TP PKK Klungkung
Ny Wiryani Jendrika
SEMARAPURA, NusaBali - Pj Bupati Klungkung I Nyoman Jendrika bersama Ketua TP PKK Kabupaten Klungkung Ny Wiryani Jendrika, Kadis Kebudayaan Kabupaten Klungkung I Ketut Suadnyana menyaksikan parade busana adat khas Kabupaten Klungkung di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI Tahun 2024, Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Denpasar, Sabtu (6/7).
Kabupaten Klungkung menampilkan busana Menek Deha/Ngeraja Sewala yakni busana wanita menggunakan wastra/kemben cepuk motif kecubung, busana laki-laki menggunakan kamen cepuk lingking paku. Lingking paku dan kecubung memiliki filosofi membentengi dari hal-hal negatif dan memberi keselamatan. Menek kelih/munggah deha/ngeraja sewala merupakan upacara pada seorang remaja yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri. Selanjutnya ‘Busana Malukat’ mengenakan kamben cepuk sudamala warna hitam putih. Cepuk sudamala diyakini memiliki nilai magis sebagai pembersihan diri sekala niskala dan melindungi diri dari aura negatif pada yang memakai.
Selanjutnya menampilkan ‘Busana Payas Natab Banten Matatah’. Upacara matatah tidak memakai riasan lengkap. Sejak dulu matatah hanya memakai semi (rambut yang diisi malem kemudian melingkar di atas daun telinga) tanpa memakai aksesoris kepala. Busana yang dipakai hanya memakai kain keling dan selendang kuning yang dililitkan di badan setelah selesai matatah. Menjelang natab banten memakai busana lengkap sesuai tradisi. Diawali dengan memakai tapih, songket (songket yang dipakai adalah songket medeldel ciri khas songket Gelgel Klungkung). Memakai sabuk toros ditutup dengan sabuk prada dan dililit selendang songket.
Aksesoris kepala memakai bunga ngiras di mana model payas ngiras adalah memakai bunga di sebelah kanan diimbangi dengan tagelan rambut yang terlihat dari depan. Sanggul yang dipakai adalah sanggul kletek mandel. Sanggul ditutup dengan bunga kompyong memakai aksesoris telinga berupa subeng. Tak ketinggalan gelang, cincin, dan bros. Untuk busana pria memakai kancut songket atau prada, kampuh songket, umpal songket/prada, dan destar songket. Destar yang dipakai memakai ikat wewangsulan dan memakai bunga pucuk emas dan bros. Selanjutnya ‘Busana Payas Agra Klungkung’ adalah payas awal yang ada di Klungkung. Payasan ini sangatlah sederhana dan sudah ada sejak zaman penjajahan. Riasan ini digunakan di kalangan puri.
Pj Bupati Klungkung Nyoman Jendrika memberikan apresiasi atas tekad yang kuat melestarikan budaya khas Kabupaten Klungkung. Salah satunya dengan penampilan peragaan busana mengangkat kain cepuk, kain endek, dan payas arga sebagai tema besarnya. “Peragaan busana khas kabupaten ini untuk mempromosikan produk unggulan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keunikan dan apa saja produk lokal Kabupaten Klungkung,” ujar Jendrika. @ wan
1
Komentar