23 Desa di Jembrana Rawan Tsunami
Dari Simulasi Penanganan Tsunami di Jembrana
BPBD Jembrana
I Putu Agus Artana Putra
Simulasi Penangan Darurat Bencana Tsunami
Balai Wilayah Sungai (BWS)
KemenPUPR
Dari kajian kami di lapangan, kami sudah menemukan beberapa titik tempat evakuasi. Seperti ada lapangan umum dan GOR di tiap kecamatan. (Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra)
NEGARA, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana memetakan 23 dari 51 desa/kelurahan di Kabupaten Jembrana rawan dilanda bencana tsunami. Desa rawan bencana tsunami dimaksud merupakan desa-desa pesisir atau desa yang berbatasan langsung dengan laut.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra saat sempat mengelar Simulasi Posko Penanganan Darurat Bencana Tsunami di Kantor BPBD Jembrana, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Jembrana, Kamis (4/7) lalu. "Jumlahnya ada 23 desa. Semuanya tersebar di 5 kecamatan se-Jembrana," ujarnya.
Menurut Agus, saat ini Jembrana telah memiliki Peraturan Bupati (Perbup) Nomor : 13 Tahun 2024 tentang Rencana Kontijensi (Renkon) Bencana Tsunami Diakibatkan Gempa Bumi Megathrust Sumba. 23 desa itu telah masuk dalam Renkon.
"Dari kajian kami di lapangan, kami sudah menemukan beberapa titik tempat evakuasi. Seperti ada lapangan umum dan GOR di tiap kecamatan," ucapnya.
Dari 23 desa itu, Agus menyatakan baru ada 6 desa yang dilengkapi rambu evakuasi. Keenam desa tersebut masing-masing Desa Pengambengan, Desa perancak, Desa Yeh Kuning, Desa Air Kuning, Desa Delod Berawah, dan Desa Penyaringan. Kemudian tahun 2024 ini, juga ada rencana tambahan pengadaan rambu evakuasi di 2 desa, yakni di Desa Banyubiru dan Desa Tuwed. "Semua bantuan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)," ucapnya.
Secara umum, Agus mengaku, juga terus berusaha mendorong seluruh desa/kelurahan di Jembrana memiliki Kajian Risiko Bencana (KRB). Termasuk harapan seluruh desa bisa menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana) dengan predikat Utama. "Kalau sekarang baru 9 desa/kelurahan yang sudah tangguh Utama. Yakni Kelurahan Gilimanuk, Desa Blimbingsari, Desa Banyubiru dan 6 desa yang sebelumya telah dibantu rambu evakuasi," ujarnya.
Agus menjelaskan, untuk menjadi Destana Utama ada beberapa syarat. Di antaranya adalah memiliki peta daerah rawan bencana, relawan, termasuk aktif menggelar kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) ke masyarakat. "Termasuk di dalamnya ada upaya-upaya sistematis untuk mengadakan pengkajian dan manajemen risiko. Kemudian upaya-upaya sistematis untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan serta tanggap bencana," ucap Agus.
Sementara mengenai rencana pembangunan gedung tempat evakuasi sementara (TES) tsunami di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Agus mengaku masih menunggu keputusan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). Sebelumnya untuk rencana pembanguan gedung TES itu sudah disiapkan lahan dan telah disurvei tim Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida dan KemenPUPR.
"TES masih menunggu. Belum tahu kapan bisa direalisasi. Karena kita lihat sekarang juga masih banyak pekerjaan yang mesti dikerjakan BWS. Termasuk tahun ini kan sedang dikerjakan pengaman pantai Pebuahan (di Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara)," ucap Agus.7ode
Komentar