Teman Lama Bantu Kebebasan Winasa
Dipasangkan dengan Ipat, Kembang: Itu Aspirasi
Winasa sempat melakukan sesi foto dengan menggandeng tangan Kembang Hartawan bersama putra sulungnya, Ipat, saat itu terdengar teriakan Kembang-Ipat.
NEGARA, NusaBali
Setelah membayar uang pengganti dan denda sebesar Rp 3,8 miliar lebih atas dua kasus korupsi yang dijalaninya, Mantan Bupati Jembrana dua periode (2000-2005 dan 2005-2010) Prof Dr drg I Gede Winasa akhirnya bebas dari Rutan Negara, Jembrana, Jumat (5/7) petang. Selain upaya keluarga, Winasa mengakui ada campur tangan teman-temannya yang ikut membantu dalam proses pembebasannya.
Menjalani awal-awal kebebasannya, Winasa sibuk menerima tamu yang berdatangan di kediamannya di Lingkungan Balar Bale Agung, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Para tamu itu pun kebanyakan adalah sanak sepupu, para pensiunan mantan birokrat di masa pemerintahannya, hingga masyarakat biasa yang sekadar bertatap muka ataupun bertegur sapa dengannya.
Di samping diam di rumah, Winasa sempat diajak keluarganya mencicipi salah satu kuliner babi guling yang cukup tersohor di wilayah Kecamatan Mendoyo. Mengingat mantan Bupati yang terkenal dengan berbagai inovasinya ini juga penghobi kuliner.
Begitu juga pada hari kedua pasca kebebasannya, Minggu (7/6), Winasa diajak jalan-jalan sambil bertegur sapa dengan masyarakat saat car free day di seputaran Gedung Kesenian Dr Ir Soekarno atau yang masih biasa disebut Twin Tower Jembrana. Namun buat sementara ini, Winasa mengaku belum bersedia menerima kunjungan elite yang berniat membahas soal politik. Namun beberapa saat sebelum Pilkada Jembrana 2024 nanti, dirinya memastikan akan menentukan sikap. Termasuk Winasa mengaku ada rencana membuat tempat Ngopi (Ngobrol Politik) Jimbarwana di rumah kediamannya.
"Belum berpikir ke sana (Pilkada Jembrana 2024). Sekarang masih nikmati dulu kumpul sama keluarga. Kita jangan terbawa situasi. Mungkin setelah seminggu baru kita bahas," ucap Winasa saat ditemui NusaBali di kediamannya di Tegal Cangkring, Sabtu (6/6). Dalam kesempatan wawancara itu, Winasa sempat menceritakan berbagai pengalaman yang dilaluinya selama 10 tahun lebih menjalani hukuman di Rutan Negara. Namun dirinya menegaskan selalu berusaha menjalani hidup dengan suka-cita dan berserah kepada Tuhan. "Dari sana banyak kita dapat pengalaman sosialisasi kehidupan. Melihat kualitas pertemanan. Ne cen seken timpal, ne cen hanya simulasi (yang mana benar-benar teman, yang mana hanya simulasi)," ujar Winasa yang juga mantan Guru Besar Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Mahasaraswati Denpasar ini.
Terkait dengan proses pembebasannya, Winasa mengaku banyak dibantu oleh teman-temannya. Meski tidak menyebut secara spesifik siapa teman-temannya itu, Winasa menyatakan bahwa teman-teman yang membantunya adalah teman lama. "Banyak teman lama. Sangat positif, dia peduli dengan Jembrana. Bukan peduli kepada pribadi Pak Winasa. Tetapi peduli Jembrana yang membantu pak Winasa agar bisa membawa Jembrana lebih baik," ucap Winasa.
Foto: Winasa saat menerima kunjungan pensiunan mantan birokrat Pemkab Jembrana di kediamannya, Sabtu (6/7). -IB DIWANGKARA
Ke depan, Winasa berharap Jembrana bisa menjadi lebih maju. Dirinya ingin Jembrana menjadi seperti slogan 'Yamaha' dan 'Suzuki', yakni Semakin di Depan dan Inovasi Tiada Henti. Untuk mewujudkan itu, tetap dilandasi motto dirinya, yakni Kalau Mau Pasti Bisa. "Terus terang kita tidak punya apa-apa di Jembrana. Kita dasarnya hanya niat baik. Jembrana kalau tidak kita inisiasi tetap akan menjadi biasa. Harus bisa memberikan lebih," ujar mantan Bupati Jembrana dengan segudang penghargaan Museum Rekor Indonesia (Muri) ini.
Untuk diketahui, Winasa bebas dengan status Pembebasan Bersyarat (PB). Saat hari kebebasan Winasa, Jumat (5/7) lalu Winasa tampak disambut Ketua DPC PDIP Jembrana I Made Kembang Hartawan. Saat akan berpidato di hadapan masyarakat yang berkumpul di rumahnya, Winasa sempat melakukan sesi foto dengan menggandeng tangan Kembang Hartawan bersama putra sulungnya, I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat). Saat acara itu sempat beberapa kali terdengar warga yang menyuarakan Kembang-Ipat.
Kembang saat ditemui pada, Jumat malam itu mengatakan ikut menjemput selaku kawan Winasa. Dirinya mengaku bahwa Winasa adalah kawan lama, pernah menjadi ketua partainya. Di samping itu, dia mengaku juga sebagai salah satu anak didik dan pernah bersama-sama berjuang menjadikan Winasa sebagai pemimpin Jembrana. "Kita merasa terharu dan bangga beliau bisa menghirup udara bebas. Kita pernah dekat, jadi suka duka kita alami bersama. Beliau adalah sosok yang luar biasa, punya ide gagasan, pikiran yang luar biasa untuk kemajuan Jembrana," ujarnya.
Selama ini, Kembang mengaku intens berkomunikasi dengan Winasa. Baik saat menjadi Wakil Bupati Jembrana dan setelah menjabat, dirinya mengaku sering menjenguk Winasa, namun tidak diumbar ke publik. Dalam komunikasi selama ini, dirinya menyatakan tidak bicara soal politik. Tetapi lebih banyak membahas soal kemanusiaan dan diskusi tentang ide-ide pemikiran Winasa untuk kemajuan Jembrana.
"Satu lagi, berkenaan dulu Kembang diisukan memenjarakan Winasa. Hari ini saya pertegas kembali, saya atas nama pribadi beserta keluarga, tidak pernah ada niat sedikitpun terlintas di pikiran saya. Saya berani bersumpah 7 keturunan. Saya tidak pernah mendorong pak Winasa terlibat kasus. Nanti biarlah kebenaran mencari jalannya sendiri. Saya percaya apa yang disampaikan pimpinan partai kami, Satyam Eva Jayate. Kebenaran menjadi yang menang," ucap Kembang.
Mengenai informasi adanya campur tangan PDIP dalam proses pembebasan Winasa, Kembang memberi jawaban secara diplomatis. Menurutnya, Ipat sendiri sudah menyampaikan bahwa pembebasan Winasa ini adalah upaya dari keluarga dan juga sahabat-sahabat Winasa.
"Sahabat pak Winasa kan banyak. Sahabat pak Winasa kan PDI Perjuangan, ada juga sahabat-sahabat waktu di kampus beliau. Di mana-mana lah beliau sahabatnya. Itulah semua," ujar Kembang. Begitu juga saat disinggung mengenai adanya teriakan Kembang-Ipat yang sempat mengiringi kebebasan Winasa, Kembang menilai itu adalah aspirasi. Menurutnya, aspirasi itu tentu akan disampaikan ke induk partai dan induk partai yang akan memutuskan. Jika nantinya memang diputuskan seperti itu, dirinya menyatakan selalu siap mengikuti instruksi partai.
"Selaku kader saya harus taat dan patuh terhadap instruksi partai. Partai mengatakan jalan, jalan. Partai mengatakan diam, ya diam," ucapnya. Sementara Ipat sendiri mengaku tidak mau berspekulasi atau berandai-andai mengenai kemungkinan arah dirinya di Pilkada Jembrana 2024. Dirinya pun mengaku belum ada membahas soal politik bersama ayahnya. Dirinya juga menegaskan saat ini masih mengikuti proses di partainya, yakni Golkar. "Tentang koalisi juga saya sama Pak Tamba (Tamba-Ipat), itu baru lisan. Koalisi itu kan ditentukan oleh partai, sekarang ini saya kan masih berproses. Dari 3 kali rencana survei, baru sekali survei. Kan berarti masih jauh sebenarnya. Nanti kita ikuti dan akan survei kedua masih dilakukan. Jadi saya tidak mau berandai-andai karena semua masih proses," ujar Ipat. 7 ode
1
Komentar