nusabali

Kartunis Bali Belum Merasa Tersaingi AI: Hambar, Enggak Bisa Bikin Tangan

  • www.nusabali.com-kartunis-bali-belum-merasa-tersaingi-ai-hambar-enggak-bisa-bikin-tangan

DENPASAR, NusaBali.com - Kemajuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merangsek sendi-sendi kehidupan, salah satunya dunia seni rupa. Seniman/ilustrator pun bisa tersingkir di masa depan karena tergantikan AI yang lebih praktis.

Namun, sejumlah seniman seni rupa di Bali tidak ambil pusing dengan kemajuan AI. Sebab, AI masih terlalu dini untuk disebut menyingkirkan perupa. Di samping itu, AI memiliki beberapa kelemahan dan nihil unsur intrinsik maupun ekstrinsik yang dimiliki karya seni rupa bikinan manusia.

Made Ardiana, kartunis dan ilustrator asal Bali yang juga anggota Bali Cartoonist Association (Balica) menilai, karya seni rupa buatan AI dan seniman punya pangsa pasar masing-masing. Ia pun mengaku, AI justru mendorong seniman lebih berani bereksplorasi lini yang tidak bisa dijangkau teknologi masa depan ini.

"Sudah ada pasar masing-masing. Kebanyakan orang lebih suka yang original, handmade," ungkap Ardi kepada NusaBali.com ketika ditemui di pameran karikatur Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar, Minggu (7/7/2024).

Selain itu, dalam menciptakan karya seni rupa, AI bekerja berdasarkan prompt (perintah), biasanya tertulis. Terkadang, hasil yang ditawarkan AI dengan prompt-nya tidak memuaskan user (pengguna). Berbeda dengan karya original yang lebih spesifik dan juga memiliki emosi.

Gambar yang dihasilkan AI merupakan hasil menganalisis dan mempelajari data gambar di internet. Data yang disimpan akan dijadikan basis menyusun gambar yang dikehendaki prompt.

User dan analis menyoroti kelemahan AI dalam menghasilkan gambar tangan, jari, dan telinga. Sebab, bagian-bagian tubuh ini berukuran kecil dan sangat jarang menjadi fokus dari gambar yang terunggah ke internet. Data yang bisa diolah AI untuk membuat bagian-bagian tubuh ini pun terbatas.

Kelemahan ini diketahui seniman dan ilustrator seperti Ardi. "Coba misalkan AI itu disuruh merevisi pose tangan seperti klien meminta kepada seniman manusia, 'seniman AI' itu enggak bisa," tutur Ardi.

Sementara itu, kolega Ardi, Chuck 'Bogbog' Handono juga berpendapat senada. Menurutnya, seniman harus bisa menyikapi perkembangan AI di dunia seni rupa secara bijak dengan menghasilkan karya signature (berciri khas).

Kata Bogbog, AI bisa jadi ancaman namun bukanlah 'musuh' seniman yang mematikan. AI belum bisa menghasilkan karya yang benar-benar sesuai keinginan user. Seniman justru disebut bisa menghasilkan karya dengan mengeksploitasi kelemahan AI.

"Saya sebenarnya nyoba-nyoba AI itu juga tapi bisa dilihat hasilnya tidak perfek. Masih banyak kekurangannya," kata Bogbog.

Di samping kekurangannya, AI tidak mampu mengakomodir gayabkhas dan emosi seniman di setiap bagian karya. Pada akhirnya, karya AI dan seniman ini seperti produk produksi massal pabrikan dan produk kerajinan. *rat

Komentar