nusabali

Angkat ‘Dharma Cakra Wastra’, Tampilkan Busana Gaya Bebadungan

  • www.nusabali.com-angkat-dharma-cakra-wastra-tampilkan-busana-gaya-bebadungan
  • www.nusabali.com-angkat-dharma-cakra-wastra-tampilkan-busana-gaya-bebadungan

DENPASAR, NusaBali.com - Duta Kabupaten Badung menampilkan busana gaya Bebadungan dalam Parade (Utsawa) Busana Adat Khas Daerah se-Bali serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Center) pada Sabtu (6/7). Dalam kesempatan tersebut, Duta Kabupaten Badung menampilkan busana terbaik yang bertemakan ‘Dharma Cakra Wastra’.

Mengusung tema ‘Dharma Cakra Wastra’, para perancang ingin menyampaikan pesan yaitu keberlangsungan busana dalam kehidupan adat Bali terus berputar, sesuai dengan perkembangan zaman tanpa mengubah pakem yang ada. 

Bali boleh maju dengan perkembangan zaman. Bali boleh ikut dalam arus globalisasi, namun jangan sampai akar adat, budaya Bali tergerus oleh semua itu.

Ada enam jenis busana adat yakni, busana Mepeed, busana ke Pura Anak-anak, busana Menek Kelih, busana Kerja Adat, busana Mepandes dan busana Pawiwahan. 

Koordinator Tim Penata Busana Kerja Adat dan ke Pura, I Gusti Ngurah Agung Sasmitra Wiguna mengatakan tema yang diangkat tahun ini adalah Dharma Cakra Wastra dan menggunakan pakem yang sudah ada di Badung. 

“Harapan kami bahwasanya pakem busana di Badung akan terus berlanjut tanpa mengubah sedikit pakemnya. Namun yang bisa diubah adalah materinya, seperti kain yang digunakan,” ucap Sasmitra Wiguna.

Sasmitra Wiguna menjelaskan, material tenun di Bali bisa terus berlanjut tanpa harus menghilangkan ciri khas dan untuk proses pengerjaan busana, membutuhkan waktu yang lama serta perlu banyak hal yang perlu dipersiapkan. 

“Untuk busana adat ke pura dan adat kerja prosesnya sekitar dua  bulan, dikarenakan proses menenun kain itu butuh waktu lama. Sedangkan untuk payas agung prosesnya sampai tiga bulan, dikarenakan banyak hal yang harus dipersiapkan seperti, aksesoris, bunga, wastra, dan prada,” bebernya.


Sementara Ni Nyoman Budawati SSn selaku Penata Busana Kawya Gaya Bebadungan mengungkapkan, selendang Brahmara menjadi ciri khas di Kabupaten Badung dan menjadi pembeda antara kabupaten lainnya. 

“Dalam selendang Brahmara ini mencerminkan riasan Kabupaten Badung yang diambil dalam riasan khas Puri Mengwi. Selain selendang Brahmara, juga terletak pada kain kamen yang menggunakan motif bun kacang, yang menandakan kita di Kabupaten Badung memiliki Puri yang sangat terkenal dan tersohor pada masanya yaitu Puri Mengwi,” paparnya.

Selain itu, dalam payasan khas di Kabupaten Badung, payas utama di beri nama Kawya yang diambil dari julukan lain dari Puri Mengwi. Ini diperuntukan untuk laki-laki yang menggunakan udeng sebagai ciri khasnya. “Sedangkan ciri khas untuk perempuan diberi nama pusung tanduk gaya Mengwi,” terangnya.

Sedangkan I Wayan Awi Marwida SS MM selaku Penata MUA Kabupaten Badung merasa sangat senang sekali diberikan kesempatan untuk berkarya dan juga mengembangkan lagi tradisi yang sudah ada khususnya di Kabupaten Badung. 

Sementara itu, Perwakilan DWP Kabupaten Badung mengapresiasi penampilan dari Duta Kabupaten Badung serta menyampaiakan agar terus berkreatifitas dan tampil maksimal. 

“Untuk para desainer, perancang busana, dan para pencipta karya busana adat khusunya Kabupaten Badung selalu tampil maksimal dan kedepannya agar lebih ditingkatkan lagi serta tetap berkreatifitas. Saya sangat apresiasi terhadap penampilan Duta Badung hari ini,” ucapnya. @ind

Komentar