Warga Binaan Peduli Anak Difabel
Di tengah proses menjalani masa tahanan, warga binaan Rutan Kelas II B Bangli masih mampu berkegiatan sosial.
BANGLI, NusaBali
Mereka menunjukkan kepedulian pada anak-anak difabel yakni dengan penyerahan bantuan dan mengajari anak-anak membuat kerajinan tangan. Kegiatan tersbeut dilaksanakan di Yayasan Kupu-Kupu, Jalan Lettu Kapten, Bangli, Kamis (10/8).
Kepala Rutan Kelas II B Bangli Diding Alpian mengatakan kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian warga binaan dan petugas Rutan terhadap anak difabel. Kegiatan ini juga serangkaian menyambut HUT Kemerdekaan RI ke -72. Sumbangan yang diberikan merukapan hasil kerja warga binaan yang disisihkan dan dikumpulkan sejak sebulan lalu. "Napi kami punya penghasilan dari menjual kerajinan tangan, seperti bokor, sokasi dari koran bekas. Nah hasilnya ini yang disisihkan," jelasnya.
Jumlahnya tidaknya banyak, namun ada manfaat yang bisa dirasakan warga binaan. Pihaknya berharap dengan kegiatan semacam ini, bisa mengetuk hati warga binaan maupun masyarakat, bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung. "Kami tidak bisa memberikan banyak, tapi kami coba untuk berbagi. Kami juga mengingatkan warga binaan yang nanti bebas agar tetap ingat dengan anak-anak ini, kalau bisa diperhatikan," imbuhnya.
Ada enam warga binaan yang diajak langsung ke Yayasan Kupu-Kupu untuk menyerahkan sumbangan dan mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus ini membuat kerajinan tangan berbahan korban. Satu di antaranya, Ayu asal Klungkung mengaku senang bisa berbagi meski tidak banyak. "Kami disini merasa sakit, terkurung bertahun-tahun setelah melihat anak-anak difabel, kami baru merasa ada yang lebih sakit dari kami," ujarnya.
Ayu yang terjerat kasus narkoba ini merasakan kedekatan dengan anak-anak, meski untuk berkomunikasi terbatas. "Saya jadi ingat anak di rumah," ucapnya. Sementara itu, Sekretaris Yayasan Kupu-Kupu Made Rai Kusumawati, kaget dengan kehadiran warga binaan dan petugas Rutan Bangli. Pihaknya menduga warga binaan akan dikawal ketat, namun suasananya jauh berbeda yakni sangat kekeluarga. "Kami kira ada pengawalan ketat, tapi nyatanya tidak. Anak-anak terlihat nyaman saat dikunjungi," jelasnya.
Pihaknya mengaku terkesan dengan kehadiran warga binaan, Karena mereka yang di tahanan masih bisa menyisihkan apa yang mereka miliki untuk anak-anak di Yayasan Kupu-Kupu. "Apa yang diberikan sangat bermanfaat bagi kami, terlebih lagi ilmu yang mereka bagi. Nanti kami akan latih anak-anak untuk membuat kerajinan dari koran bekas ini," imbuhnya.
Yayasan Kupu-Kupu mengasuh 25 orang dari seluruh Bangli. Anak-anak ini tidak tinggal di yayasan melainkan di rumah masing-masing. Setiap hari anak-anak diantar jemput pihak yayasan. "Kami pungurus ada enam orang, dan anak-anak biasanya diajarkan untuk menulis, membaca, menggambar ataupun membuat kerajinan," jelas Kusumawati. *e
Kepala Rutan Kelas II B Bangli Diding Alpian mengatakan kegiatan itu sebagai bentuk kepedulian warga binaan dan petugas Rutan terhadap anak difabel. Kegiatan ini juga serangkaian menyambut HUT Kemerdekaan RI ke -72. Sumbangan yang diberikan merukapan hasil kerja warga binaan yang disisihkan dan dikumpulkan sejak sebulan lalu. "Napi kami punya penghasilan dari menjual kerajinan tangan, seperti bokor, sokasi dari koran bekas. Nah hasilnya ini yang disisihkan," jelasnya.
Jumlahnya tidaknya banyak, namun ada manfaat yang bisa dirasakan warga binaan. Pihaknya berharap dengan kegiatan semacam ini, bisa mengetuk hati warga binaan maupun masyarakat, bahwa masih banyak orang yang kurang beruntung. "Kami tidak bisa memberikan banyak, tapi kami coba untuk berbagi. Kami juga mengingatkan warga binaan yang nanti bebas agar tetap ingat dengan anak-anak ini, kalau bisa diperhatikan," imbuhnya.
Ada enam warga binaan yang diajak langsung ke Yayasan Kupu-Kupu untuk menyerahkan sumbangan dan mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus ini membuat kerajinan tangan berbahan korban. Satu di antaranya, Ayu asal Klungkung mengaku senang bisa berbagi meski tidak banyak. "Kami disini merasa sakit, terkurung bertahun-tahun setelah melihat anak-anak difabel, kami baru merasa ada yang lebih sakit dari kami," ujarnya.
Ayu yang terjerat kasus narkoba ini merasakan kedekatan dengan anak-anak, meski untuk berkomunikasi terbatas. "Saya jadi ingat anak di rumah," ucapnya. Sementara itu, Sekretaris Yayasan Kupu-Kupu Made Rai Kusumawati, kaget dengan kehadiran warga binaan dan petugas Rutan Bangli. Pihaknya menduga warga binaan akan dikawal ketat, namun suasananya jauh berbeda yakni sangat kekeluarga. "Kami kira ada pengawalan ketat, tapi nyatanya tidak. Anak-anak terlihat nyaman saat dikunjungi," jelasnya.
Pihaknya mengaku terkesan dengan kehadiran warga binaan, Karena mereka yang di tahanan masih bisa menyisihkan apa yang mereka miliki untuk anak-anak di Yayasan Kupu-Kupu. "Apa yang diberikan sangat bermanfaat bagi kami, terlebih lagi ilmu yang mereka bagi. Nanti kami akan latih anak-anak untuk membuat kerajinan dari koran bekas ini," imbuhnya.
Yayasan Kupu-Kupu mengasuh 25 orang dari seluruh Bangli. Anak-anak ini tidak tinggal di yayasan melainkan di rumah masing-masing. Setiap hari anak-anak diantar jemput pihak yayasan. "Kami pungurus ada enam orang, dan anak-anak biasanya diajarkan untuk menulis, membaca, menggambar ataupun membuat kerajinan," jelas Kusumawati. *e
Komentar