Penyuluh Bahasa Bali Temukan Sabuk Kawisesan
Konservasi Lontar Jelang Saraswati di Tibubiu, Tabanan
TABANAN, NusaBali - Serangkaian Hari Suci Saraswati yang jatuh pada Saniscara Umanis Watugunung, Sabtu (13/7), Penyuluh Bahasa Bali di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan melaksanakan konservasi lontar di Banjar Pasut, Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Kamis (11/7).
Menariknya konservasi lontar yang dilaksanakan di rumah I Nyoman Sucita itu menemukan Sabuk Kawisesan sejumlah tiga buah. Sabuk Kawisesan ini ditemukan dengan warna putih, merah, dan warna poleng.
Baga Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Tabanan, I Nyoman Widana mengatakan Sabuk Kawisesan itu ditemukan saat tim melaksanakan kegiatan konservasi lontar serangkaian bhakti Saraswati. "Awalnya pemilik lontar ingin mengkonservasi lontar yang dimiliki untuk mengetahui silsilah keturunannya, yakni Pratisentana Pasek Gaduh. Namun saat kegiatan itu ditemukan juga sabuk merah, sabuk putih dan sabuk poleng. Dilihat dari fungsinya sabuk tersebut tergolong Sabuk Kawisesan," beber Widana.
Menurutnya, tiga sabuk yang ditemukan ini kondisinya masih bagus. Dari segi ukuran panjangnya kalau diikat di pinggang orang dewasa ada tiga putaran. Kemudian dari segi bentuk isinya ada 3 bentuk, berbentuk bulat, bentuk kotak, dan segi panjang. "Jumlah isinya kita lihat ada 7 ikatan. Dari isi aji, keputusan-keputusan yang ditulis di atas daun lontar kemudian dilipat-lipat. Tidak cukup terisi tulisan lontar saja namun terisi juga berbagai macam batu-batu dan uang kepeng," terang Widana.
Bahkan kata Widana Sabuk Kawisesan yang ditemukan ini tergolong bagus dibandingkan dengan Sabuk Kawisesan yang ditemukan di daerah lain. Sebab saat dibuka sabuk yang berwarna poleng tersebut masih utuh. Sebab tiap-tiap ikatannya itu kondisinya utuh tidak ada rusak. Jadi sesuai pengalaman saya saat konservasi, sesabukan ini yang paling bagus kondisinya," katanya. Dia menambahkan sesuai dengan tutur pemilik, sesabukan yang disimpan itu memang warisan dari leluhurnya.
Konon dulu panglingsirnya ini adalah abdi di Puri Kerambitan. "Selama warisan itu ada keluarga memang sudah tahu, namun mereka tidak mengetahui isi dari sesabukan itu. Namun kalau sikap bhakti keluarga tetap, yaitu dihaturkan sesajen dan diupacarai setiap Hari Suci Saraswati," imbuh Widana. 7 des
Komentar