nusabali

Panen Raya Bawang Merah, Pengiriman ke Luar Bali Berkurang

  • www.nusabali.com-panen-raya-bawang-merah-pengiriman-ke-luar-bali-berkurang

Harga bawang merah ditingkat petani terus turun dari sebelumnya kisaran Rp 19.000-Rp 20.000 per kilogram kini menjadi Rp 16.000-Rp 17.000 per kilogram.

DENPASAR, NusaBali
Musim panen raya di sentra-sentra bawang merah di Indonesia, menjadikan stok bawang merah melimpah. Akibatnya harga bawang merah, khusus produksi petani Bali seperti di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ikut terdampak. Selain harga, pengiriman bawang merah dari Bali ke luar Pulau Jawa juga berkurang.

Walaupun siklus tahunan, namun pelemahan harga bawang merah akibat pasokan yang melimpah tersebut membuat pusing petani. Pasalnya, berkaitan dengan hitung-hitungan untung-rugi dari biaya yang dikeluarkan untuk budidaya. Penuturan petani harga bawang merah sudah turun terasa sekitar dua pekan lalu. Harga bawang merah ditingkat petani terus turun dari sebelumnya kisaran Rp 19.000-Rp 20.000 per kilogram kini menjadi Rp 16.000-Rp 17.000 per kilogram. “Iya, memang harga bawang merah sekarang ini agak fluktuatif,” ujar I Putu Kertayasa, seorang petani bawang merah dari Songan Kamis (11/7).

Dikatakan harga bawang merah saat ini dipengaruhi persediaan bawang merah yang lumayan banyak di pasaran, menyusul panen besar di sentra-sentra di luar Bali, di antaranya di Brebes (Jawa Tengah), Nganjuk (Jawa Timur) dan di Bima Sumbawa (NTB). Panen raya terjadi karena kondisi cuaca yang mendukung. “Jika cuaca bagus, tidak hujan hasil akan lebih bagus, dibanding hujan,” kata Kertayasa.

Karena di luar sudah panen raya, pengiriman bawang merah dari Bali, khususnya dari Kintamani ke luar daerah seperti ke Jawa, juga berkurang. Untuk sementara, produksi bawang merah lokal dominan mengandalkan serapan untuk memenuhi kebutuhan di Bali. Pendistribusian pemasarannya melalui beberapa pasar induk di Bali, seperti Pasar Galiran di Klungkung, Pasar Seririt di Buleleng dan yang lain.

Selain itu, permintaan bawang merah untuk keperluan di luar kebutuhan rumah tangga dan industri, juga berkurang. Misalnya, untuk kebutuhan bumbu hajatan pesta perkawinan atau untuk keperluan bumbu terkait upacara keagamaan berupa pujawali maupun karya atau upacara adat yang lain.

“Para orang tua (pedagang tradisional) sudah terbiasa dengan naik turun harga pasaran. Namun, bagi kita (kalangan petani muda), hal ini cukup membuat hitung-hitungan, karena kan harus hitung biaya,” kata Komang Sukarsana, petani lainnya.

Meski kondisi saat ini membuat petani bawang merah ‘menjerit’, namun kalangan petani yakin dan optimis harga bawang merah akan menguat, sesuai dengan perkembangan pasar dan cuaca, karena sebelumnya harga bawang merah pernah sampai tembus harga Rp 40.000 per kilogram.

Sementara, I Wayan Darma Yuda, PPL dari Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, mengiyakan panen raya di luar Bali berimbas pada harga bawang merah secara keseluruhan. Terkait hal tersebut, Darma Yuda menyarankan petani melakukan efesiensi guna menekan pengeluaran. Salah satunya dalam penggunaan saprodi seperti menyemprot bawang merah. Kata dia, kalau dalam seminggu sudah cukup menyemprot dua kali, misalnya, maka tak perlu lebih sampai 3 kali.

Kedua, lanjutnya, budidaya tanaman hortikultura lain yang cocok seperti tomat, cabai dan kol atau kubis bisa sebagai alternatif. Terutama untuk musim tanam Juli-September, sehingga ketika harga bawang merah turun, karena pasokan melimpah, petani punya tanaman lain yang harganya baik, sebagai sumber pendapatan. Tanaman- tanaman tersebut, selain cocok dengan iklim sekitar, juga nilai ekonomisnya siginifikan, karena termasuk kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan industri pariwisata, perhotelan, restoran dan lainnya. 7 k17

Komentar