Membangun Eksistensi Diri Anak Penyandang Disabilitas Melalui Tari Kecak: Sebuah Inovasi PKM Undiksha
Eksistensi Diri
Disabilitas
Fakultas Ilmu Pendidikan
Program Kreatif Mahasiswa (PKM)
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
Tari Kecak
TABANAN, NusaBali.com - Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) angkatan 2022 dan 2023 menginisiasi program kreatif mahasiswa (PKM) yang inovatif dan menyentuh hati.
Mengangkat tema ‘Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Tari Kecak untuk Mewujudkan Eksistensi Diri Anak Penyandang Disabilitas di Sentra Mahatmiya Bali,’ program ini memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan diri anak-anak penyandang disabilitas.
Program ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap anak-anak penyandang disabilitas di Sentra Mahatmiya yang berada di Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ini seringkali merasa kurang diakui dan memiliki eksistensi diri yang rendah. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan rasa percaya diri.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, tim PKM yang terdiri dari Ni Made Dwijasari (Ketua), Ni Putu Indriani, Ni Putu Novita Marayani, Komang Sri Aprila Tirtayani, dan Ni Komang Wimanendra Putri merancang program ‘CAKRA’ yakni Tari Kecak untuk Anak Tunanetra, Tunadaksa dan Tunawicara.
"Program ini bukan hanya tentang mengajarkan tari Kecak, tetapi juga tentang membangun kepercayaan diri dan karakter anak-anak penyandang disabilitas. Kami ingin mereka merasa dihargai dan memiliki eksistensi yang sama dengan anak-anak lainnya," kata Ni Made Dwijasari.
Di bawah bimbingan Ni Luh Putu Agetania SPd MPd, program yang dilaksanakan sepanjang bulan Mei hingga Juli 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan eksistensi diri anak-anak penyandang disabilitas melalui tari Kecak.
“Tari ini dipilih karena diyakini dapat membangun karakter Pancasila yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional,” kata Putu Agetania.
Tim PKM ‘CAKRA’ menerapkan metode pelaksanaan yang kreatif dan adaptif dengan kondisi anak-anak penyandang disabilitas. Program ini dibagi menjadi tiga tahap:
Tahap Persiapan (Cakra 1): Pada tahap ini, tim menyiapkan alat, bahan, dan buku pedoman yang akan digunakan selama program.
Tahap Pelaksanaan (Cakra 2): Tahap pelaksanaan meliputi pelatihan awal suara Cak dan gerak dasar tari Bali, pelatihan suara Cak lanjutan dan gerakan penari tokoh dalam tari Kecak, pelatihan kolaborasi suara penari Kecak dengan gerakan penari tokoh dalam tari Kecak, dan pendampingan kegiatan pelatihan.
Tahap Evaluasi (Cakra 3): Pada tahap ini, anak-anak penyandang disabilitas menampilkan hasil pelatihan mereka di Auditorium SDP Kampus Undiksha Denpasar.
Program ‘CAKRA’ telah memberikan dampak positif bagi anak-anak penyandang disabilitas di Sentra Mahatmiya Bali. Melalui pelatihan tari Kecak, mereka mendapatkan kepercayaan diri, rasa bangga, dan kemampuan untuk mengekspresikan diri. Selain itu, program ini juga membantu mereka dalam memahami nilai-nilai Pancasila dan membangun karakter yang kuat.
Manfaat program ini tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek, tetapi juga diyakini akan memberikan dampak positif bagi masa depan anak-anak penyandang disabilitas. Kemampuan dan kepercayaan diri yang mereka peroleh akan membantu mereka dalam menjalani kehidupan dengan lebih mandiri dan penuh makna.
Program ‘CAKRA’ merupakan contoh inspiratif dari bagaimana mahasiswa dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan kreativitas mereka untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Program ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif dan berkarakter tidak hanya penting bagi anak-anak pada umumnya, tetapi juga bagi anak-anak penyandang disabilitas. Mari kita dukung bersama upaya-upaya untuk membangun generasi muda yang inklusif dan berkarakter Pancasila. 7
Komentar