PKB Budayakan Pilah dan Kurangi Sampah
449 Kilogram Sampah Anorganik Berhasil Dikelola Relawan
Sejatinya PKB yang identik dengan pelestarian budaya, pertunjukan tari-tarian, gamelan, dan produk seni juga seharusnya mampu melestarikan budaya bersih.
DENPASAR, NusaBali
Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI di Taman Budaya Bali, Denpasar, ajang pentas seni termegah di Bali. Ajang ini juga tak abai sebagai ajang kontestasi 'seni' mengelola sampah. Berbekal jaket dan topi, sekelompok anak muda bergerak menuju deretan tenant kuliner untuk mengedukasi pilah dan kurangi sampah.
Para relawan dengan sigap menunjukkan, memberikan dan menjelaskan brosur lalu memastikan para tenant kuliner khusus di area Taman Budaya Bali untuk mematuhi peraturan memilah sampah organik, anorganik dan residu, serta tidak menyediakan tas kresek, sedotan plastik dan styrofoam.
Total ada 122 relawan yang mendaftar sebagai tenaga edukasi untuk tenant kuliner dan pengunjung. Mereka dibagi menjadi belasan relawan yang berjadwal piket per hari dari 15 Juni 2024 hingga 13 Juli 2024.
Relawan pengelolaan sampah I Made Sumerta Yasa menyampaikan bahwa awalnya dia merasa segan untuk menegur tenant kuliner yang melanggar peraturan.
“Pada awalnya saya sedikit merasa kaget dan juga segan dalam menegur tenant kuliner yang masih menggunakan plastik sekali pakai, tapi setelah kegiatan berjalan sejauh ini, saya bangga sebagai relawan yang dapat mengarahkan para tenant kuliner dan masyarakat menjadi lebih peka dalam kelestarian lingkungan,” ujar Sumerta Yasa, Rabu (10/7).
Calon mahasiswa kedokteran yang sudah 8 kali ikut dalam piket relawan ini mengungkapkan, selama menjalankan tugas ke para tenant kuliner yang ada di area Taman Budaya Bali, tantangan yang dihadapi seperti masih ada tenant kuliner yang belum memilah sampah dan masih ada yang memakai plastik sekali pakai. Selain itu, tanggapan para tenant kuliner ketika relawan hadir pun bervariasi, ada yang ramah dan sebaliknya.
“Tentu saja hal itu tidak langsung disambut baik. Pada awalnya memang hampir seluruh tenant kuliner mengeluh dan mencari alasan yang dapat menguatkan mereka. Namun, setelah kami memberikan edukasi dan pengarahan mengenai hal tersebut, semakin hari, para tenant kuliner semakin menyadari pentingnya memilah sampah dan mengurangi plastik sekali pakai,” ungkap Sumerta Yasa.
Hingga di hari ke-25 pendampingan, relawan yang merupakan gabungan dari organisasi Merah Putih Hijau, PlastikDetox dan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup Bali (PPLH Bali) dan relawan dari publik mencatat bahwa sebanyak 35 tenant kuliner yang mau memilah sampah dari sumber secara konsisten, 13 tenant kuliner sudah mau memilah namun masih memerlukan edukasi lanjutan, dan 32 tenant kuliner tidak menggunakan plastik sekali pakai.
Berdasarkan pantauan tim pengelolaan sampah, tenant kuliner Umah Tuak Manis tercatat sebagai tenant kuliner yang paling mengikuti peraturan memilah sampah dan tidak menyediakan tas kresek, sedotan plastik dan styrofoam.
“Saya sering ketemu tim edukasi. Mereka memastikan tenant kuliner sudah memilah sampah, cek-cek ke dapur kita. Sebenarnya peraturan ini selalu disampaikan saat kita ikut pameran tiap tahun. Jadi sudah terbiasa memilah mana sampah yang bisa diolah,” kata pemilik Umah Tuak Manis I Gusti Agung Ayu Kartini Dewi asal Jembrana dengan ramah.
Dia juga mengapresiasi relawan khususnya mahasiswa yang mau memilah sampah. “Mereka tipe mahasiswa yang berbeda. Sesuatu yang sangat bagus dan patut banggakan,” salutnya.
Para pengunjung juga sudah mulai memilah sampah sesuai jenis tempat sampah yang disediakan. Dengan itu, sebanyak 449 kilogram sampah anorganik yang berhasil dikelola.
Direktur Program Merah Putih Hijau dan juga koordinator Relawan Pengelolaan Sampah, Hermitianta Prasetya mengungkapkan bahwa PKB ini memiliki peran dalam perubahan perilaku yang berbudaya.
“PKB ini punya suara untuk membudayakan perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah di pesta-pesta. Organisasi Perangkat Daerah dapat menerapkan tata kelola ini ke depannya ke seluruh acara khususnya kedinasan di Provinsi Bali,” ungkap Hermit.
Sampah anorganik ini didominasi oleh gelas plastik dan botol plastik tanpa sisa minuman. Para relawan mengumpulkan dari 75 titik tenant kuliner dan tempat sampah yang disebar di area Pesta Kesenian Bali, lalu ditimbang dan diangkut oleh Bank Sampah Sumerta Kelod.
Agung Anom Suardana selaku Kepala Desa Sumerta Kelod menyatakan bahwa sampah anorganik dikelola oleh Bank Sampah Desa Sumerta Kelod khususnya oleh Jumali (Tim Juru Pemantau Lingkungan).
“Dana yang dikelola untuk mendukung operasional dan membantu masyarakat yang butuh pinjaman modal usaha dengan syarat mutlak sebagai pelanggan bank sampah aktif. Serta warga desa dapat meminjam tanpa jaminan dan tanpa bunga,” jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa Pesta Kesenian Bali tahun ini jauh lebih bersih dari tahun-tahun sebelumnya.
I Wayan Ria Arsika selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menaruh harapan besar dalam tata kelola sampah.
“Kami sangat mendukung kepada relawan yang merupakan anak-anak kita. Apa yang mereka lakukan semua mulai terlihat hasilnya. Pengunjung sudah mulai lihat-lihat tong sampah, baca petunjuk di tong sampah. Proses yang luar biasa,” ungkapnya.
Menurut Ria Arsika, di waktu mendatang tata kelola dan keterlibatan OPD yang bertanggung jawab masih perlu ditingkatkan. “Maunya kita, PKB semakin berumur semakin berkualitas. “Ini lho pesta terbesar se-dunia, tak ada festival lain dilaksanakan sebulan,” tekannya.
Inovasi aksi edukasi di PKB dilakukan oleh relawan dalam rangka mengimplementasikan Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai, Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber dan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 15 tahun 2023 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Budaya.
Kepala Satpol PP Provinsi Bali I Dewa Nyoman Rai Darmadi mengatakan peran anak muda sangat membantu tugas Satpol PP dalam sosialisasi karena anak muda cenderung lebih didengar oleh tenant kuliner.
“Kami tetap melakukan sosialisasi dan pembinaan. Memang perlu waktu menyadarkan masyarakat. Mengenai pemberian sanksi bisa-bisa saja, cuma kita perlu terapkan zona-zona tertentu,” terangnya.
I Made Teja selaku Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungn Hidup Provinsi Bali ikut berterima kasih atas inovasi dari Tim Pengelolaan Sampah PKB. “Apresiasi kepada tim yang terlibat. Ini sudah mengurangi beban kami di DKLH Provinsi Bali. Tahun depan kita lanjutkan saja, tenant kulinernya harus lebih dioptimalkan keseriusan mereka,” pesannya.
Dia menyebut budaya memilah sampah dan mengurangi plastik sekali pakai ini sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dilestarikan. Melalui tema PKB tahun ini, Jana Kerthi Paramaguna Wikrama yang berarti Harkat Martabat Manusia Unggul, seharusnya dapat diwujudkan dalam pelestarian lingkungan melalui perubahan perilaku manusia yang dapat meningkatkan harkat martabat manusia itu sendiri.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha mengucapkan terima kasih atas kerja cerdas dan kerasnya kepada relawan pengelolaan sampah.
Sejatinya PKB yang identik dengan pelestarian budaya, pertunjukkan tari-tarian, gamelan dan produk seni juga seharusnya mampu melestarikan budaya bersih. Perhelatan tahunan ini diharapkan mampu mewarisi budaya pilah sampah dan kurangi plastik sekali pakai. Peran manusia kini menjadi bagian dari sejarah masa depan dengan bentuk kepedulian lingkungan yang kuat yang diwujudkan melalui pesta-pesta.
“Siapa yang produksi sampah maka dia yang mengelola. Kita dorong perlahan-lahan ke edukasinya. Padahal Pergub-nya sudah ada. Silakan dilanjutkan ke depannya, dan saya sepakat dan berkomitmen meningkatkan kerjasama tata kelola sampah, kalau perlu dianggarkan ya silakan,” tanggapnya penuh semangat.7a
1
Komentar