Animo Besar Masyarakat Harus Sejalan dengan Kualitas
Catatan dari Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI
DENPASAR, NusaBali - Ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI telah ditutup pada, Sabtu (13/7) malam. Kehadiran PKB setiap tahun seakan selalu dinanti, bukan hanya oleh masyarakat Bali tapi juga warga negara asing.
Selama sebulan penuh sebanyak 1,6 juta pasang mata menyaksikan pementasan seni di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyebut pelaksanaan PKB kali ini berjalan sukses. Tema ‘Jana Kerthi Paramaguna Wikrama, Harkat Martabat Manusia Unggul’ berhasil diejawantahkan para seniman maupun penampil di panggung pementasan. Melalui tema ini, PKB hendak mengingatkan masyarakat Bali untuk tidak melepas jati dirinya dalam belantara globalisasi.
PKB menjadi salah satu festival besar bukan saja di Bali tapi juga di Indonesia. Menyajikan ragam kesenian tradisional Bali, PKB bertahan hingga tahun ke-46 sejak pertama kali digelar 1979. Eksistensi PKB hingga puluhan tahun membawa misi penguatan dan pemajuan kesenian tradisional Bali. Seniman gambuh, Made Wardana mengakui peran PKB sangat besar dalam upaya melestarikan kesenian tradisional Bali.
PKB menjadi ajang para seniman terbaik yang ada di seluruh Bali untuk menampilkan kreativitasnya. Wardana bersama Sanggar Qakdanjur, Banjar Pegok, Desa Sesetan, Denpasar juga pernah mendapat kesempatan tampil di atas panggung PKB. Ia berharap PKB memberikan kesempatan seniman-seniman terbaik Bali lainnya agar bisa tampil dalam pesta rakyat Bali ini. Menurutnya, masih banyak sekaa kesenian yang berharap dapat menampilkan ciri khasnya di panggung PKB. “Saya kira perlu lebih ke akar rumput lagi merespons masyarakat yang keseniannya ingin ditampilkan di PKB,” ujar Wardana yang belasan tahun berkesenian di Eropa ini.
Di sisi lain, ia mengingatkan, kualitas penyelenggaraan PKB harus terus ditingkatkan setiap tahunnya agar sejalan dengan animo besar masyarakat Bali datang menyaksikan pementasan seni tradisional. Menurut Wardana tata kelola pementasan, seperti misalnya jeda di antara pertunjukan bisa menjadi masukan. Apalagi jika di sela itu penonton disuguhkan snack atau kudapan.
Wardana juga mengungkap keluhan sejumlah pihak, yakni ketika pementasan berlangsung justru mendapat gangguan suara gladi atau latihan di panggung lainnya. Menurutnya hal demikian tidak sepantasnya terjadi di event sebesar PKB.
“Kesannya kurang profesional,” sentil seniman yang juga mengembangkan gamelan mulut alias gamut.
Diakuinya permasalahan anggaran menjadi salah satu permasalahan klise. Ia berharap pemerintah daerah tidak meninggalkan ajang-ajang kesenian khususnya PKB. Apalagi kini dengan adanya pungutan wisatawan asing yang diperuntukkan untuk melindungi alam dan budaya Bali, seharusnya pembangunan kesenian Bali tetap menjadi salah satu prioritas pembangunan di Bali. “Itu bisa menambah anggaran PKB, membantu para seniman tetap berkarya,” ujarnya.
Di masa mendatang, Wardana menilai Pemerintah Daerah bisa mempertimbangkan pelaksanaan PKB di luar Kota Denpasar secara bergantian. Selain sebagai bentuk pemerataan hal itu dapat menekan biaya operasional yang dikeluarkan para seniman di luar Denpasar.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengatakan perbaikan kualitas selalu menjadi perhatian di setiap tahun penyelenggaraan PKB. Menurutnya, masyarakat Bali patut bangga akan eksistensi PKB yang terselenggara hingga tahun ke-46. Menurutnya sangat sedikit festival seni yang bertahan selama puluhan tahun seperti PKB.
“Selama PKB ini saya menerima kunjungan 8 duta besar dan 2 menteri pariwisata dan kebudayaan negara sahabat. Semuanya memuji PKB kita sudah berlangsung ke-46 kalinya tanpa jeda,” ungkapnya. Mantan Rektor ISI Denpasar menyebut salah satu faktor kesuksesan PKB selama ini adalah dukungan pemerintah daerah yang memperhatikan kehidupan seni budaya. Selain itu jiwa ngayah para seniman Bali turut menghidupi pesta rakyat Bali ini.
“Seniman Bali selalu bersedia tampil tanpa memikirkan bayaran. Nanti kalau mereka mendapatkan sesuatu dari berkesenian ini, itu adalah dampak dari rasa pengabdian mereka telah terjun di dunia seni,” ujarnya. “Jangan berhenti berbuat kebaikan, karena kebaikan dalam bidang seni sama nilainya dengan sembahyang memuja kebesaran Yang Maha Kuasa,” imbuhnya. 7 a
Komentar