Banyu Pinaruh, Warga Padati Pantai Kerobokan
SINGARAJA, NusaBali - Masyarakat memadati Pantai Kerobokan di Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan, Buleleng pada Minggu (14/7) pagi.
Sebagian besar warga yang datang dengan keluarganya itu ke pantai untuk melakukan upacara banyu pinaruh, yang dilakukan sehari setelah perayaan Hari Suci Saraswati.
Warga memadati pantai yang menjadi destinasi di Kecamatan Sawan itu sejak pukul 06.00 Wita. Mereka datang dengan membawa banten sebagai sarana upacara. Dalam melaksanakan upacara banyu pinaruh, sebagai penglukatan atau penyucian diri. Momen itu juga dimanfaatkan untuk berwisata saat akhir pekan.
Salah satu pengunjung asal Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Made Wirta, 73 , mengatakan melaksanakan upacara banyu pinaruh ini rutin dilakukan enam bulan sekali, atau setelah Hari Suci Saraswati. Ia datang bersama keluarganya dengan membawa sejumlah sarana untuk memohon tuntunan dan keselamatan kepada Sang Hyang Baruna sebagai penguasa laut.
Dirinya memilih ke Pantai Kerobokan karena cukup dekat dengan tempat tinggalnya. “Memilih pantai kerobokan karena dekat, pemandangan juga bagus dan ombak tenang. Semoga usai banyu pinaruh ini memperoleh kerahayuan dan bisa melewati serta dianugerahi keselamatan lahir batin,” ujarnya ditemui kemarin.
Warga lainnya, Made Septiani, 23,menyebut, memilih pantai Kerobokan karena menurutnya pantai tersebut memiliki daya tarik yang lebih memikat dibanding pantai lainnya. “Banyu Pinaruh di pantai ini sepertinya lebih khusyuk, karena cenderung lebih luas dibandingkan dengan pantai lainnya. Apalagi di sini ada pelinggih menjadi lebih mudah untuk bersembahyang,” kata dia.
Sementara itu, menurut Akademisi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja, I Made Bagus Andi Purnomo, Banyu Pinaruh pinaruh berasal dari dua kata yakni "banyu" berarti air dan "pinaruh" atau pangweruh yang artinya pengetahuan.
Banyupinaruh dimaknai sebagai prosesi penyucian badan kasar dan badan halus dengan sarana air. Ada pun air di sini bermakna pengetahuan yang diharapkan mampu menghilangkan kegelapan (awidya) yang ada pada diri manusia.
Dikaitkan dengan Saraswati, banyu pinaruh juga erat kaitannya dengan simbolisasi pengetahuan seperti air yang mengalir. Melalui prosesi Hari Suci Saraswati, umat Hindu diajak untuk tekun menuntut ilmu pengetahuan, baik itu kerohanian (para widya) dan ilmu material untuk kehidupan (apara widya) demi mewujudkan kebahagiaan di dunia (jagaddhita) dan di alam fana nanti (moksartham).
“Sudah tentu tujuan dan arahnya untuk membersihkan atau menyucikan diri dengan air ilmu pengetahuan, karena pikiran yang kotor atau kegelapan hanya bisa dibersihkan dengan pengetahuan suci,” kata Bagus Andi.7 mzk
Komentar