INACA: Sulit Turunkan Harga Tiket Pesawat
Pemerintah diminta evaluasi dan jeli menetapkan biaya operasional maskapai
JAKARTA, NusaBali
Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) meminta pemerintah untuk jeli dalam mengevaluasi biaya operasional pesawat guna menurunkan harga tiket penerbangan. Karena menurutnya, sulit menurunkan harga tiket pesawat di tengah kondisi perekonomian saat ini.
Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengatakan, ada banyak komponen dalam biaya operasional pesawat sehingga diperlukan kejelian dalam mengevaluasinya.
"Pemerintah harus jeli dalam menetapkan opsi-opsi penurunan biaya operasi maskapai agar efektif andilnya," ujarnya seperti dilansir Kompas.com, Senin (15/7).
Dia menyebutkan, komponen dalam biaya operasional pesawat bisa berasal dari biaya sewa pesawat, perawatan, suku cadang, gaji pekerja, harga bahan bakar avtur, hingga biaya jasa bandara dan navigasi.
Ada juga komponen yang ditanggung oleh penumpang pesawat seperti Passenger Service Charge (PSC) atau airport tax, iuran asuransi Jasa Raharja, hingga Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
"Jadi cost activity yang mana yang mau dievaluasi dan dihapuskan sehingga biaya operasi turun dan harga tiket ikutan turun?" ucapnya.
Selain itu, menurutnya, menurunkan harga tiket pesawat secara signifikan sulit dilakukan di tengah kondisi perekonomian seperti saat ini.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga membuat harga minyak mentah dunia melonjak yang berimbas pada harga avtur menjadi naik.
Sementara nilai tukar rupiah dan harga avtur menjadi komponen utama dalam penetapan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019.
"Apakah pemerintah bersedia memberikan insentif nilai kurs dollar AS dan subsidi harga avtur sebagai opsi penurunan biaya operasi secara signifikan?" imbuhnya.
"Atau yang quick yield yaitu penghapusan pajak penjualan avtur serta moratorium biaya-biaya bandara?" pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan melakukan evaluasi biaya operasi pesawat untuk menurunkan harga tiket pesawat.
Luhut mengatakan, harga tiket pesawat naik lantaran aktivitas penerbangan global yang telah 90 persen pulih dibandingkan dengan situasi sebelum pandemi Covid-19.
Berdasarkan data IATA, pada 2024 akan ada 4,7 miliar penumpang global atau 200 juta penumpang lebih banyak daripada 2019.
Menurut Luhut, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara berpenduduk tinggi, harga tiket penerbangan di Indonesia menjadi termahal kedua setelah Brasil.
"Kami menyiapkan beberapa langkah untuk efisiensi penerbangan dan penurunan harga tiket, misalnya evaluasi operasi biaya pesawat," kata Luhut melalui akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Kamis (11/7). 7
Komentar