Buleleng Petakan Ulang Kontijensi Wabah Penyakit
"Intinya kita harus memiliki kewaspadaan dini bukan kepanikan, dengan antisipasi terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat"
SINGARAJA, NusaBali
Provinsi Bali termasuk Kabupaten Buleleng dengan mobilitas tinggi dan jumlah populasi yang semakin meningkat sangat rentan terdampak wabah penyakit. Bahkan jenis wabah tidak hanya pengaruh lingkungan lokal saja, tetapi juga secara global. Pemerintah Kabupaten Buleleng difasilitasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memetakan ulang kontijensi wabah penyakit untuk langkah antisipasi yang tepat, Selasa (16/7) kemarin.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr Putu Arya Nugraha menyebut, potensi wabah penyakit di suatu daerah sangat dipengaruhi banyak faktor. Selain perubahan iklim secara global, juga bisa dipengaruhi perubahan gaya hidup, populasi dan juga mobilitas penduduk. Terlebih Buleleng dan Bali pada khususnya merupakan daerah tujuan wisata dunia.
Khusus untuk potensi wabah di Buleleng selain kasus-kasus bersifat global seperti Coronavirus Disease (Covid), Flu Singapura, juga punya persoalan tersendiri. Seperti Meningitis Babi, Flu Burung dan Rabies yang masih menjadi kasus-kasus sporadis dan belum dapat benar-benar dihilangkan.
“Intinya kita harus memiliki kewaspadaan dini bukan kepanikan, dengan antisipasi terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat,” terang Arya Nugraha.
Menurut Arya Nugraha, ancaman wabah lokal seperti meningitis babi dan rabies bersifat sporadis. Dia menyebut, kasus akan cenderung meningkat saat sosialisasi kendor dan tingkat kewaspadaan masyarakat menurun. “Saat kasus banyak, pemerintah ada sosialisasi, kasus menurun. Tetapi begitu situasi tenang dan kemudian kembali berkuliner tidak memperhatikan cara memasak yang benar, maka kasus (meningitis) akan muncul lagi,” imbuhnya yang merangkap jabatan sebagai Dirut RSUD Buleleng.
Pasien dengan meningitis, meski mudah disembuhkan, namun sebagian besar berdampak pada kecacatan permanen seperti ketulian. Kasus meningitis akan sangat berbeda dengan wabah flu burung dan rabies yang tingkat kematiannya 100 persen.
“Khusus wabah yang ditularkan lewat konsumsi olahan hewan yang persoalannya ada di cara memasak jangan dianggap sepele. Karena kalau cara memasak tidak tepat, wabah akan terus ada,” papar Arya Nugraha.
Tahun ini rata-rata trend wabah penyakit secara jumlah kasus rata-rata mengalami penurunan. Seperti Flu Singapura yang tahun lalu tercatat ada 400 pasien seluruh Buleleng, pertengahan tahun ini baru bergerak di angka 100 kasus. Begitu pula dengan kasus meningitis babi, angka kasus tahun 2023 dengan tahun 2024 ini selisih tipis di angka puluhan.
Terkait antisipasi dan penanganan wabah penyakit, Buleleng menurutnya sudah sangat siap. Terutama dari kesiapan rumah sakit dan tenaga kesehatan. Hal tersebut dibuktikan saat Pandemi Covid-19 menerjang selama tiga tahun, RSUD Buleleng dan rumah sakit di Buleleng mampu menangani pasien secara maksimal.
Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa yang membuka acara penyusunan Dokumen Rencana Kontijensi Penanggulangan Penyakit Berpotensi Wabah, akan dilakukan pemetaan ulang. Mengingat Surat Keputusan (SK) penanganan wabah di Buleleng terakhir diterbitkan pada tahun 2015.
Perkembangan wabah penyakit yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat perlu pemetaan ulang termasuk Standar Operasional Prosedur (SOP) antisipasi dan penanganan.
“Di Buleleng kontinjensi wabah kita hanya punya untuk H1N1 (flu babi), untuk penyakit lain kita belum punya. Nanti misalkan terjadi wabah itu, kalau kita punya SK penanggulangan, paling tidak potensi penyebaran pasti tahu, kemudian langkah-langkah persiapan antisipasi, termasuk SOP penanganan. Jadi tidak begitu ada wabah baru kita berdiskusi tentang SOP,” ungkap Suyasa.7 k23
Komentar