Gamelan Mulut Dipentaskan di Eropa Serangkaian Olimpiade Paris
DENPASAR, NusaBali - Kesenian gamelan mulut (Gamut) yang diciptakan seniman Bali, Made Agus Wardana menyita perhatian pecinta seni di Eropa.
Seni karawitan menggunakan suara vokal ini dipentaskan pada ajang ‘Olympiade Culturelle’ yang jadi rangkaian ajang Olimpiade Paris 2024.
Made Wardana mengatakan, pementasan yang berlangsung 29 Juni 2024 lalu itu merupakan bagian Project EVE (exister avec la voix ensemble), sebuah perpaduan vokal suara yang dirancang sebagai ansambel antargenerasi yang terbuka untuk semua repertoar (gamut, janger) diperkuat semangat kolektif atau kebersamaan. Para peserta yang tampil adalah siswa Paris dengan rentang usia 11-15 tahun yang didampingi oleh para instruktur dari Teater Philharmonie De Paris.
“Penyelenggara adalah Philharmonie de Paris, sebuah institusi prestisius sebagai pusatnya segala seni di Paris, Prancis. Gamut menjadi sangat terhormat diapresiasi,” ujar Wardana kepada NusaBali, Rabu (17/7).
“Karya ini bisa disebut gamut kreasi. Penonton berjubel saksikan karya extraordinary ini,” ucapnya bangga. Bukan kebetulan, kesenian gamut yang diciptakan Wardana pada 2015 itu sukses dipentaskan di ajang internasional. Tahun lalu, dengan dukungan Kemendikbudristek, Made Wardana bersama duetnya berkeliling Eropa memperkenalkan seni gamut. Di atas panggung Wardana memerankan tokoh Bli Ciaaattt bertandem dengan tokoh Man Kenyung sambil memainkan gamut.
Program Gamut Europe Tour 2023 itu berlangsung 17 Juli-1 Oktober 2023. Pada saat itu, Wardana mengajarkan tradisi janger, gamut, genjek, cakepung, hingga tercipta gending ‘Liu Pisan’ yang dipentaskan di Paris kali ini. Liu Pisan bercerita tentang lalu lalang stasiun metro bawah tanah di Eropa yang disesaki manusia. “Nak ngudyang, nak ngudyang di margane nak ngudyang, nak ngudyang di margane. Liu pisan mecaplagan. Wih, sing dadi dengang! Ais, sing dadi kual. Aruh, sing dadi kenyat. Hahahahe ho sir,” ujar alumnus ISI Denpasar ini menyanyikan gending Liu Pisan.
Gamut mengkhususkan menyuarakan bunyi instrumen pemade, ugal, kantilan, kendang, kajar, ceng-ceng, gong, dan kempur dengan menggunakan suara vokal atau mulut seperti 'nyang nying nyong nyeng' yang terdengar mendekati suara gamelan.
Menurut Wardana yang sempat puluhan tahun menetap di Belgia, ada tantangan tersendiri mengajarkan seni gamut kepada masyarakat di Eropa. Ketika menyuarakan nada-nada nding, ndong dengan logat Bali, mereka sulit mengucapkan kata ngudyang. “Biasanya terdengar ngujang. Ini diperlukan kepekaan tinggi terhadap nada agar menjadi sesuai,” ujar seniman asal Sesetan, Denpasar ini. 7 a
1
Komentar