Jenazah I Made Dwi Putrayasa Tiba di Rumah Duka, Pekerja Magang yang Meninggal di Jepang
Pekerja Keras yang Disukai Bos, Berencana Lanjut Kontrak Kerja
Karena kinerjanya bagus, Dwi sempat mengabarkan dirinya sudah mendapat tawaran agar menjalin kontrak setelah kontrak magang berakhir pada Maret tahun depan
NEGARA, NusaBali
Jenazah I Made Dwi Putrayasa,34, pekerja magang (pemagang) yang meninggal dunia akibat mengalami kecelakaan kerja di Jepang telah tiba di rumah duka di Banjar Ketiman Kaja, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, Kamis (18/7) malam. Upacara ngaben alamarhum Dwi akan dilaksanakan di Setra Desa Adat Manistutu pada Redite Wage Landep, Minggu (21/7) besok.
Ayah almarhum Dwi, yakni I Ketut Winarka,59, saat ditemui di rumah duka, Jumat (19/7) mengatakan pesawat yang membawa jenazah anaknya dari Jepang, tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Badung, pada Kamis petang sekitar pukul 18.25 Wita. Kedatangan jenazah di bandara, dijemput menggunakan mobil ambulance RSU Negara bersama pihak keluarga dan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Jembrana. "Tiba di rumah malam sekitar pukul 20.45 Wita," ujarnya.
Setelah jenazah diterima keluarga, Winarka mengaku keluarga sendiri belum melihat secara langsung kondisi jenazah Dwi. Pasalnya jenazah Dwi yang telah diurus pihak terkait di Jepang itu sudah diberikan obat pengawet lengkap dengan menggunakan setelan jas dan diterima di dalam peti yang telah ditutup sedemikian rupa untuk menjaga keawetan jenazah. "Nanti akan dibuka pas nyiraman layon (prosesi pemandian jenazah, red). Untuk nyiramannya juga sekalian di tanggal 21 Juli, sebelum dibawa ke setra," ucap Winarka.
Winarka menuturkan, putranya Dwi merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Kepergian Dwi buat selamanya meninggalkan seorang istri serta dua orang anak yang masih berusia 14 tahun dan 5 tahun. Dwi sendiri berangkat magang kerja ke Jepang pada bulan Maret 2022 lalu melalui salah satu agen penyalur tenaga kerja PT Japan Indonesia Asaori (JIA) di Jembrana.
Kursi bambu hasil karya almarhum I Made Dwi Putrayasa yang sempat dia buat atas inisiatif pribadi untuk bosnya di Jepang. –IST
"Sebelum magang ke Jepang, kerjanya (Dwi) serabutan. Orangnya memang ulet. Apapun pekerjaan dia berusaha ambil. Baik jadi kuli bangunan dan bertani. Pokoknya tidak pernah milih-milih kerjaan. Semangat kerjanya tinggi," ucap Winarka yang juga mantan Kelian Banjar Ketiman Kaja periode 2006-2011 ini.
Sebelumnya, Dwi yang alumni jurusan pelayaran di SMKN 2 Negara ini juga pernah merantau ke Sumatera. Di sana, Dwi sempat berjibaku di pertanian bersama dengan salah satu pamannya yang menjadi transmigran di Sumatera. Setelah menikah dan kembali ke Bali, Dwi memutuskan mengikuti program magang kerja ke Jepang dan ditempatkan di salah satu tempat usaha perkebunan lotus. Selama di Jepang, Dwi yang merupakan sosok pekerja keras ini pun disenangi oleh bos ataupun keluarga bosnya.
Mengingat selain memiliki semangat kerja yang tinggi, Dwi dikenal sebagai sosok yang kreatif. Sambil menjalani masa magang, Dwi diketahui kerap membuat beberapa kerajinan dari bahan bambu. Seperti membuat kursi bambu yang dibeli langsung oleh bosnya. "Memang orang kreatif. Kebetulan di sana banyak pohon bambu. Dia iseng buat kursi dan itu disenangi sama bosnya. Sebenarnya dia juga masih ada pesanan membuat beberapa kursi yang belum sempat dia kerjakan," ucap Winarka yang bekerja sebagai waker di salah satu perusahaan properti di Kelurahan Pendem, Jembrana ini.
Almarhum I Made Dwi Putrayasa –IST
Menurut Winarka, Dwi kerap menceritakan kepada istri ataupun dirinya bahwa dia sangat betah bekerja di perusahaan itu. Sebab, Dwi mengaku sudah dianggap seperti anak sendiri oleh keluarga bosnya. Bahkan karena kinerjanya yang dinilai sudah sangat baik, Dwi juga sempat mengabarkan bahwa dirinya sudah mendapat tawaran agar menjalin kontrak setelah kontrak magang berakhir pada bulan Maret tahun 2025 nanti.
"Kontrak magang hanya 3 tahun. Nah dia (Dwi) sempat bilang kalau dia sudah diminta agar nanti lanjut kerja dan dia rencananya akan ambil kesempatan itu. Apalagi dia bilang untuk proses visa kerja akan dibantu sama bosnya. Rencananya pas pulang setelah habis kontrak magang, bosnya dibilang akan ikut ke Jembrana," ujar Winarka. Namun rencana Dwi untuk menjalin kontrak kerja di tempat magangnya itu pun pupus. Kepergian Dwi buat selamanya juga mengkandaskan sejumlah cita-cita yang hendak diberikan kepada keluarganya. Selama magang 2 tahun lebih, Winarka mengaku, Dwi baru mampu melunasi utang untuk biaya pemberangkatan ke Jepang.
"Banyak cita-citanya yang belum terwujud. Seperti mau memperbaiki rumah, sanggah, dan rencana mau beli tanah," ucap Winarka. Terkait insiden kecelakaan yang menimpa anaknya, Winarka mengaku hanya bisa pasrah. Dia pun mengaku tetap berusaha tegar agar proses yadnya putranya dapat berjalan lancar. Sebagai bentuk tanggungjawab terhadap insiden yang menimpa anaknya, Winarka mengaku ada santunan untuk biaya pemulangan jenazah serta pengabenan anaknya dari pihak agen dan perusahaan tempat magang putranya.
Termasuk diinformasikan ada hak asuransi sebagai pemagang berstatus resmi yang akan diterima keluarga di luar bantuan progam santunan kematian dari Pemkab Jembrana. Di mana untuk santunan kematian Pemkab Jembrana senilai Rp 1,5 juta (dipotong pajak) sudah diterima keluarga pada, Kamis (18/7). "Ya katanya juga ada asuransi dan masih proses. Tetapi juga belum kami pastikan lagi karena sekarang masih fokus untuk upacara ngaben," ucap Winarka.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang pemagang asal Kabupaten Jembrana di Jepang bernama I Made Dwi Putrayasa,34, meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan saat bekerja. Dwi dinyatakan meninggal dunia dalam perawatan di salah satu rumah sakit di Jepang pada, Rabu (10/7) sekitar pukul 21.36 waktu setempat. Dia dirawat setelah diketahui mengalami cidera kepala berat akibat terjatuh dari bak pick up saat mengirim akar teratai bersama bosnya pada Senin (8/7) sekitar pukul 10.00 waktu setempat. 7 ode
Komentar