1.284 Balita di Gianyar Terindikasi Stunting
Pola Makan Teratur
Rembuk Stunting
Satgas Stunting Provinsi Bali
Bumil (ibu hamil)
Drg Anak Agung Gde Suputra
Pola makan teratur berdampak positif pada tumbuh kembang anak.
GIANYAR, NusaBali
Sebanyak 1.284 balita di Kabupaten Gianyar terindikasi stunting. Data ini terungkap setelah kader Posyandu banjar melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif hingga berhasil meningkatkan kedatangan balita sasaran ke Posyandu.
"Sampai bulan Juni 2024, D/S (datang per sasaran) balita sudah 100%. Angka stuntingnya 4,8% atau sebanyak 1.284 balita," ungkap Technical Assistant Satgas Stunting Provinsi Bali Drg Anak Agung Gde Suputra saat menjadi narasumber Rembuk Stunting di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Jumat (19/7).
Mantan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar ini meminta kepala kewilayahan mengawal D/S agar tetap 100%. Ketika ada balita sasaran yang tidak datang ke balai banjar untuk ditimbang agar Kepala Kewilayahan bersama kader Posyandu aktif mendatangi rumah balita. "Sebisa mungkin agar semua balita ditimbang," pinta Agung Suputra.
Agung Suputra yakin penanganan stunting akan lebih mudah ketika konsisten dilakukan. "Bahwa kita semua komitmenkan D/S ini 100% sampai Desember. Jika berat badan bayi stagnan selama 3 bulan, maka perlu pendampingan khusus. Apalagi kalau gizi kurang atau gizi buruk jika dibiarkan ini yang bisa jatuh ke stunting," ujar Agung Suputra.
Dijelaskannya, stunting disebabkan kebutuhan gizi bayi yang kurang, bahkan mulai sejak dalam kandungan. Maka dari itu, Agung Suputra mengingatkan kader Posyandu agar memperhatikan ibu hamil di banjar masing-masing. Terutama ibu hamil yang terindikasi mengalami kekurangan energi kronis.
"Misalnya ada bumil (ibu hamil) yang ngidam tidak enak makan berlangsung terus menerus tidak ke dokter. Harus intervensi, karena tak jarang karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang cukup, menyebabkan terjadinya stunting," ujar Agung Suputra.
Fenomena kekinian yang juga memicu balita kurang asupan gizi adalah pola asuh anak bagi orangtua yang bekerja. Agung Suputra menekankan, kalaupun bayi dititipkan pada nenek ataupun pengasuh hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah jam makan. Pola makan teratur berdampak positif pada tumbuh kembang anak.
Sebaliknya jika pola makan tidak teratur, akan mengganggu perkembangan anak. Akibat stunting dalam jangka pendek di bawah 5 tahun akan mengalami gangguan-gangguan perkembangan otak, fisik, dan kemampuan motorik pada bayi. Jangka panjang bisa berakibat pada tingkat kecerdasan rendah, prestasi belajar rendah, hingga kalah bersaing saat mencari kerja. Di usia tua, kondisi tubuh cenderung gemuk disertai menderita penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke. 7 nvi
Komentar