Petani Kesulitan Cari Buruh Petik
Panen Cengkeh ‘Undang’ Tenaga Luar
DENPASAR, NusaBali - Bali kini sedang dalam masa panen cengkeh, salah satunya di kawasan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng.
Masa panen cengkeh tersebut hampir berbarengan dan panen kopi. Namun, untuk memetik cengkeh, kalangan petani terpaksa mendatangkan buruh petik dari luar daerah, seperti dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Salah seorang petani cengkeh dari Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng, I Ketut Edi Astana, mengaku kesulitan mendapatkan buruh petik, baik dari Munduk maupun dari daerah lainnya di Bali. “Karena sebagian besar kembali sibuk bekerja, terutama di pariwisata,” ujar Edi Astana, Jumat (19/7).
Kesulitan mencari buruk petik cengkeh tersebut, kata Edi Astana, setelah pariwisata pulih kembali pasca pandemi Covid-19. “Walau belum pulih sepenuhnya, namun rata-rata sudah sibuk kembali,” imbuh pria yang juga pengusaha wisata ini. “Kalau saat pandemi Covid-19, gampang cari tenaga (buruh petik),” akunya.
Bagi seorang petani seperti Edi Astana, tidak mungkin membiarkan bunga cengkeh tidak dipetik. Karena bila dibiarkan, petani rugi sendiri. Karenanya, petani pun mesti mendatangkan buruh petik, sekalipun dari luar Bali. “Ongkos buruh petik cengkeh kisaran Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilogram,” sebutnya.
Untuk memetik cengkeh, memang cukup sulit, karena tinggi pohon cengkeh sampai 20 meter. Beda dengan memetik kopi, relatif gampang, karena pohonnya tidak terlalu tinggi. “Bisa dilakukan petani sendiri,” kata Edi Astana.
Munduk dan sekitarnya selama ini memang dikenal sebagai perkebunan cengkeh, termasuk kopi. Kepemilikan lahan kebun cengkeh, sebut Edi Astana, perkirakan hingga 2 hektare setiap petani. Sementara harga cengkeh kering saat ini Rp 75.000 per kilogram. 7 k17
1
Komentar