PDIP Sudah Siapkan Kandidat di Bali
Pengumuman Rekomendasi Tunggu Momentum yang Tepat
Siapa yang akan direstui sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Bali, Hasto menegaskan masih menunggu waktu yang pas.
JAKARTA, NusaBali
Menghadapi Pilkada Serentak 2024, PDI Perjuangan (PDIP) telah menyiapkan kandidat calon kepala daerah (cakada) untuk di Provinsi Bali. Pengumuman rekomendasi kandidat masih menunggu momentum yang tepat.
Hal tersebut, dikatakan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto usai diskusi dalam rangka memperingati peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) bertajuk “Kudatuli, Kami Tidak Lupa” di DPP PDIP, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat, Sabtu (20/7).
“Dari Bali, kami sudah siapkan dengan baik, satu kesatuan. Bahkan, kami meyakini dengan melihat perkembangan di Jembrana dan Klungkung, kami memiliki tingkat kepercayaan dari rakyat yang semakin besar,” ujar Hasto. Dengan tingkat kepercayaan yang besar itu, lanjut Hasto, PDIP berhasil menambah perolehan kursi legislatif.
“Di Bali, dalam pemilu kemarin di tingkat kabupaten dan kota, kursi kami bertambah 14. Ini menunjukan kepercayaan rakyat terhadap siapa yang dicalonkan, sehingga muncul nama Pak Koster, Pak Giri Prasta dan beberapa nama kepala daerah dari PDIP,” kata Hasto.
Disinggung, siapa yang akan direstui sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Bali, Hasto menegaskan, masih menunggu waktu yang pas. “Tunggu moment yang tepat. Nanti akan diumumkan secara bersama-sama dengan calon lainnya,” ucap Hasto singkat.
Dalam kesempatan tersebut, Hasto memastikan Pilkada Jawa Timur (Jatim) dan Sumatera Utara (Sumut) tidak akan terjadi melawan kotak kosong. Lantaran PDIP sudah mempersiapkan calon kepada daerah di sana. Diketahui, dalam Pilkada Sumut, menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Bobby Nasution maju sebagai calon gubernur. Kemudian di Jatim, Khofifah Indar Parawansa maju kembali. Keduanya, telah mendapat dukungan dari sejumlah partai. Sementara PDIP sampai saat ini belum menyebutkan siapa yang akan mereka usung, sehingga diperkirakan Khofifah dan Bobby akan menghadapi kotak kosong.
Hasto menjelaskan, dalam demokrasi ada ruang konteslasi baik dalam ide, gagasan maupun figur. Di Sumut, kata Hasto, PDIP bisa mencalonkan sendiri. “Di Jatim juga kami sedang menyiapkan kerja sama politik, sehingga kotak kosong itu tidak akan terjadi untuk Jatim dan Sumut, karena ini juga mencerminkan aspirasi rakyat terhadap adanya alternatif-alternatif calon pemimpin,” terang Hasto.
PDIP pun, terus bergerak cepat. Bahkan, mereka telah mengadakan pelatihan tim kampanye yang saat ini sudah memasuki gelombang ketiga, sehingga PDIP menganggap Pilkada bukan hanya sekedar figur. Melainkan konsolidasi partai dan pergerakan mesin partai untuk memenangkan Pilkada berdasarkan kepada kekuatan partai yang menyatu dengan rakyat.
Sedangkan mengenai Pilkada Jakarta, Hasto mengatakan, PDIP masih mencermati karena sangat dinamis. Pasalnya, berbagai wacana muncul nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), termasuk kombinasi keduanya atau kemungkinan rivalitas diantara keduanya. Di lain sisi, muncul pula nama baru seperti nama mantan Sekjen PDIP, Pramono Anung.
Bagi Hasto, itu merupakan sebuah dinamika yang menyehatkan demokrasi. “Maka PDIP terus membuka suatu ruang bagi hadirnya calon-calon pemimpin yang nantinya kita cermati. Berdasarkan suara arus bawah, muncul Mas Pramono Anung di Jakarta. Di Jatim, Ibu Risma. Di Jawa Tengah, muncul nama Pak Andika (mantan Panglima TNI) dan Pak Hendi (mantan Wali Kota Semarang). Ada juga yang mengatakan, Pak Andika cocok di Jakarta,” jelas Hasto.
Nama-nama semua itu, kata Hasto, masih dicermati oleh PDIP. PDIP tak masalah partai lain telah bergerak, karena mereka beda strategi. PDIP bergerak dengan mesin parpol, termasuk dengan menggelar pelatihan tim kampanye. “Masing-masing parpol punya strategi, tetapi PDIP tidak akan mengambil keputusan yang tidak senapas dengan arus bawah partai, arus bawah rakyat. Itu yang diperhatikan oleh PDIP,” tegas Hasto. k22
1
Komentar