Tradisi Bukakak di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng
Arak Babi Sebagai Rasa Syukur Panen Melimpah
SINGARAJA, NusaBali - Ratusan krama subak Dukuh Gede, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng bersuka cita melaksanakan tradisi Bukakak, Soma Kliwon Landep, Senin (22/7) malam. Ritual agraria ini dilaksanakan rutin setiap tahunnya sebagai ungkapan syukur atas kesuburan lahan dan hasil panen melimpah.
Pangempon Subak Dukuh Gede, Desa Sudaji seluruhnya terlibat dalam menyiapkan sarana dan prasarana, termasuk persiapan hewan babi besar dan sarana upakara lainnya. Babi ini harus dalam kondisi sempurna baik fisik maupun bulunya. Sebelum prosesi, babi dihiasi dengan kain putih, bunga, dan dupa, lalu diarak menuju Pura Desa. Hewan babi ini kemudian dipanggang setengah matang, dengan bagian punggung yang masih mentah, sedangkan bagian badannya telah matang.
Seluruh krama lanang subak sudah berkumpul di dua titik dengan mengenakan pakaian adat bertelanjang dada. Krama yang akan berpartisipasi dalam tradisi sejak senja sudah berhias, menggunakan kain dan saput poleng (hitam putih) dan udeng (ikat kepala) putih.
Krama dibagi menjadi dua grup dalam tradisi ini, sebab subak menggunakan dua sarana bukakak dari babi yang dijepit bambu untuk diarak. Pasukan yang bertugas mengarak pekak ageng (bukakak dengan babi dengan ukuran besar) menggunakan slayer hijau yang diikatkan di leher. Warna hijau melambangkan Dewi Sri simbol dewi kemakmuran. Sedangkan pasukan yang mengusung pekak alit (bukakak babi dengan ukuran lebih kecil) menggunakan slayer merah di leher. Slayer merah melambangkan Dewa Brahma sebagai pencipta.
Semarak tradisi yang selalu dinanti-nantikan masyarakat desa saat pengarakan dua pekakak. Pengarakan bukakak akan dimulai setelah dilaksanakan persembahyangan bersama. Pekakak ageng diarak dari Pura Desa Adat Sudaji sedangkan Pekakak alit diarak dari Pura Subak Mas Pahit Bedugul. Masing-masing akan diarak dan bertemu di catus pata desa. Selama pengarakan sorak sorai pengusung dihantarkan alunan baleganjur dan percikan api menambah semarak tradisi yang berlangsung.
Kelian Subak Dukuh Gede Jro Made Darsana mengatakan tradisi Bukakak ini sudah dilaksanakan turun temurun sejak tahun 1959. Tradisi ini pernah tidak dilaksanakan sekali, yang membuat petani gagal panen.
“Sejak saat itu, selalu dilaksanakan karena kami percaya. Selain sebagai ungkapan syukur hasil panen yang bagus, juga sebagai momentum mempererat tali persaudaraan antar warga desa,” ucap Jro Darsana.
Usai diarak dan dipertemukan di Catus Pata, bukakak akan dibawa ke Pura Mas Pahit Bedugul. Babi sarana bukakak akan diolah dan dimasak oleh krama subak. Menu spesialnya yakni Lawar Guntung. Olahan makanan ini terbuat dari kelapa panggang dan daging cincang yang bukan sembarang daging, melainkan dari daging babi yang digunakan sebagai persembahan dalam rangkaian Ngusaba Bukakak. Setelah matang dan dimasak ulang akan dibagikan khusus kepada krama subak Dukuh Gede. Semua proses ini berlangsung di Pura Mas Pahit dengan melibatkan seluruh krama subak.7 k23
1
Komentar