Petani Cabai Terapkan Pola Tanam Estafet
BANGLI, NusaBali - Petani cabai di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut, Bangli, I Made Artana menerapkan pola tanam estafet. Hal ini dilakukan agar produksi/panen cabai berkesinambungan.
Saat ini, harga cabai di tingkat petani Rp 75.000 per kilogram. Made Artana mengaku menggarap lahan untuk bertanam cabai seluas 20 are. Namun pola tanam yang diterapkan dengan sistem estafet agar panennya bisa berkesinambungan. Saat ini, yang panen seluas 4 are. Sisanya, ada beberapa are tanaman yang berumur sebulan, ada juga yang jelang panen dan masih ada lahan yang dalam proses olah tanah.
"Untuk saat ini, harga cabai ditingkat petani yang diambil langsung oleh tengkulak sudah mencapai Rp 75.000 per kilogram. Iya, kita bersyukur harga sekarang cukup bagus," jelasnya, Kamis (25/7).
Lanjutnya, dari 4 are luas tanaman cabai yang saat ini dipanen, pada masa puncak mampu menghasilkan 20 kilogram cabai tiap dua hari panen. Sedangkan sekarang hasil panen sudah mulai berkurang, rata-rata hanya mencapai belasan kilogram saja setiap tiga atau empat hari sekali.
"Sering kali tanaman cabainya terserang penyakit busuk akar yang sangat sulit dikendalikan. Kemungkinan karena pH tanah disini beda dengan di wilayah Kintamani, makanya sering kali penyakit yang rawan menyerang dibagian bawah tanaman sehingga menyebabkan busuk akar. Itu sangat sulit kami tangani," ungkapnya.
Menurut Made Artana, penyakit akar busuk tersebut kian parah menyerang, terutama jika saat musim penghujan. Ketika sudah terserang busuk akar, maka tanaman akan cepat layu dan mati. Sedangkan jika tanaman yang sudah berbuah terserang, maka akan menyebabkan rawan rontok hingga gagal panen.
Diakui, berbagai upaya pencegahan dan pengobatan juga sudah dilakukan untuk mengantisipasi serangan penyakit tersebut. Hanya saja, hasilnya belum optimal. "Malahan saat hujan kemarin, ada sekitar 1.000 tanaman cabai saya yang berada di lahan sebelah atas hancur dan mati. Jika sudah terserang busuk akar, memang sangat sulit dikendalikan," ujarnya.
Selain serangan penyakit, dampak penurunan suhu cuaca yang kian dingin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. "Untuk buahnya sih tidak ada pengaruh. Namun untuk tanaman yang sedang masa pertumbuhan, cuaca dingin menyebabkan agak lambat pertumbuhannya," kata Made Artana yang juga pegawai di Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan. (PKP) Bangli, ini.
Ditambahkan, musim dingin juga memicu kemunculan serangan hama tanaman, antara lain lalat buah.7esa
1
Komentar