Kerajinan Kayu Jadi Andalan Ekspor Bali
Pada periode Januari-Juni 2024, komoditi ini berkontribusi Rp 569, 6 miliar
DENPASAR, NusaBali
Kerajinan yang terbuat atau berbahan dari kayu menjadi yang terbesar ekspor komoditi kerajinan Bali. Dari total nilai ekspor komoditi kerajinan sebesar 34.919.392,16 dollar AS (Rp 569, 6 miliar) pada periode Januari-Juni, ekspor kerajinan kayu berkontribusi 7,31 persen.
Di bawahnya kerajinan perak sebesar 8.265.268,11 dollar AS atau 6,46 persen. Pada peringkat ketiga ekspor kerajinan logam senilai 5.319.575,88 dollar AS atau 4,16 persen.
Jenis produk kerajinan kayu beragam. Mulai dari suvenir, ukiran kayu, furniture dan jenis-jenis maupun produk yang lain berbahan kayu.
“Ya, itu yang sudah diketahui bersama, jenis seperti handycraft yang banyak,” ujar Ni Wayan Lestari, Kabid Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali.
Karena kontribusinya terbesar itulah, Lestari mengiyakan kerajinan kayu, merupakan andalan ekspor Bali dari komoditi kerajinan. Hal itu karena memang potensi kerajinan kayu yang dimiliki Bali yang besar. Dan trend ‘dominasi’ ekspor kerajinan kayu itu sudah lama, unggul dari jenis kerajinan yang lain.
“Itu ada 17 item jenis komoditi ekspor kerajinan,” terangnya. Pemerintah, dalam hal ini Disperindag tentu mendukung terus upaya peningkatan ekspor. Tidak saja ekspor kerajinan, namun produk lain yang juga penting. Antara komoditi industri, pertanian dan perkebunan dan komoditi lainnya.
“Ada semacam pendampingan, seperti penekanan kembali syarat-syarat ekspor,” terangnya. Terpisah, Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali, Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra menyatakan trend ekspor kerajinan, khususnya kerajinan kayu masih positif.
“Sejauh ini masih bagus,” terang pebisnis asal Kerobokan, Kuta Utara, Badung. Kata Gung Bayu, sapaan AA Bagus Bayu Joni Saputra, ekspor kerajinan kayu bukan hanya suvenir atau handycraft. Menurutnya, furniture, kemudian komponen rumah jadi seperti untuk vila dan resort juga termasuk.
Kawasan Timur Tengah, seperti Dubai salah satu pasar kerajinan kayu dari Bali. Belakangan ke China juga mulai ramai ekspornya.
Menurut Gung Bayu, inovasi dan kreativitas menjadi kunci, agar produk kerajinan Bali, tetap diminati pasar ekspor. “Produk itu ‘kan ada titik jenuhnya. Apalagi kalau misalnya dibuat massal,” ungkapnya.
Sejauh ini, menurut pengalaman Gung Bayu, inovasi dan kreativitas perajin maupun pengusaha (eksportir) relatif terjadi, sehingga produk tidak monoton. “Tantangan kita saat ini adalah peningkatan biaya kontainer dan kargo,” kata Gung Bayu.
Diperkirakan hal itu akibat imbas dari konflik geopolitik. “Misalnya mengirim ke negara tujuan ekspor, namun karena ada konflik, kapal bisa berlayar lebih jauh untuk menghindar, “ terangnya.
Akibatnya jarak pelayaran lebih panjang dan waktu meniadi lebih lama. Itulah menurutnya sebagai tantangan, karena berdampak pada peningkatan biaya. “Jadi bukan kendala, kita anggap sebagai tantangan,” jelasnya. k17.
1
Komentar