Aktivis Tuntut Perubahan di Pilkada 2024
Pembangunan di Bali dinilai tanpa arah, sehingga menimbulkan permasalahan mulai sampah hingga wisatawan asing berulah.
DENPASAR, NusaBali
Para aktivis dari berbagai bidang di Bali sepakat menuntut perubahan kepada para pemimpin Bali yang nantinya terpilih pada Pilkada serentak 2024. Menurut mereka pembangunan Bali cenderung tanpa arah yang jelas, sehingga permasalahan berserakan di mana-mana. Hal itu terungkap dalam diskusi yang digelar Jaringan Nasional Aktivis 1998 (Jarnas 98) Bali di Denpasar, Sabtu (27/7).
Untuk itu, menurut para aktivis, ajang Pilkada serentak kali ini semestinya tak hanya dimaknai sebagai prosesi persaingan dan pergantian kekuasaan. Event ini akan jauh lebih bermutu bila juga memiliki muatan untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas perjalanan kepemimpinan di Bali beserta dampak serta tantangan yang harus dihadapi di masa depan.
Aktivis yang juga calon anggota DPD Dapil Bali terpilih Niluh Djelantik ingin para pemimpin lebih peka dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Ia mengungkapkan dirinya menerima ribuan pengaduan setiap harinya dari masyarakat yang mengeluhkan berbagai permasalahan. Mulai kesulitan air bersih, sampah, hingga ulah oknum wisatawan asing yang mengganggu ketertiban.
“Sebagai daerah wisata terbaik dunia, sangat memalukan memiliki angka tingkat bunuh diri tertinggi di Indonesia,” ujar Niluh mengungkap masih adanya permasalahan kesehatan mental di tengah-tengah masyarakat Bali.
Dalam diskusi bertema ‘Membangun Bali yang Adil dan Berkelanjutan’, Niluh menuntut para calon kepala daerah membuat kontrak politik sehingga nantinya bisa dipertanggungjawabkan saat menyelesaikan kememimpinannya. Ia mengkritik para calon kepala daerah yang hanya mengandalkan popularitas melalui pemasangan baliho. Pengusaha perempuan ini pun menyebut ketimpangan ekonomi masih terjadi Bali.
“Orang Bali mencari penghidupan jauh-jauh sampai ke Alaska, meninggalkan keluarga, bukan karena mereka ingin jalan-jalan,” ucapnya. Ketua Paiketan Krama Bali Wayan Jondra mengingatkan para pemimpin di Bali untuk tetap berpihak kepada kepentingan krama dan alam Bali.
Menurutnya saat ini alam Bali perlahan dibabat habis hanya demi kepentingan para investor, sehingga pembangunan berkelanjutan yang digaung-gaungkan hanya menjadi jargon semata. “Di puncak gunung pun ada pembangunan besar-besaran, laut dibongkar dan diurug, itu untuk siapa?” ujar mantan Ketua KPU Bali ini.
Sementara itu Ketua Jarnas 98 Bali Nyoman Mardika mengatakan pihaknya memandang perlu untuk ikut berkiprah dalam ajang Pilkada ini dengan memfasilitasi munculnya gagasan masyarakat agar dapat memaknai kontestasi yang terjadi.
“Untuk kontestasi calon kami belum memiliki arah dukungan terhadap calon tertentu. Saat ini yang penting adalah aspirasi masyarakat mengenai masa depan Bali dapat dimunculkan,” kata Mardika.
Menjelang pelaksanaan Pilkada, Jarnas 98 Bali setidaknya akan menggelar tiga kali diskusi dan direncanakan pada diskusi terakhir akan mengudang para calon yang sudah ada. Hal itu untuk memastikan bahwa aspirasi masyarakat akan dapat tersampaikan.
“Untuk diskusi awal ini nantinya akan kita serahkan ke KPU Bali agar dapat menjadi masukan khususnya bagi pelaksanaan debat para kandidat. Selain itu akan kami sampaikan kepada pihak partai politik agar menjadi pertimbangan dalam penentuan calon.” sebut Mardika. 7a
Komentar