I Wayan Sukarmen, Disabilitas yang Jago Bahasa Inggris
Ingin Jadi Penyiar Radio atau MC
GIANYAR, NusaBali - Sekretaris Yayasan Cahaya Mutiara Ubud di Banjar Kawan Tengah, Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, I Wayan Sukarmen, 25, sangat fasih berbahasa Inggris.
Penyandang disabilitas asal Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Bangli ini selalu dipercaya sebagai juru bicara setiap ada kunjungan dari masyarakat, pejabat, maupun wisatawan asing. Dari atas kursi roda, Sukarmen dengan percaya diri menjelaskan berbagai program yayasan yang beranggotakan 42 penyandang disabilitas. Anak bungsu dari 5 bersaudara ini mengaku ingin menjadi penyiar radio atau MC.
Sukarmen punya semangat untuk meraih sukses di masa depan. Pemuda kelahiran 4 Desember 1998 ini sekarang sedang menempuh kuliah di Universitas Terbuka Jurusan Ilmu Komunikasi. Sukarmen menyukai bahasa Inggris sejak SD. “Saya bersyukur sejak SD sampai SMK bisa sekolah di sekolah formal. Selama itu saya terus mengasah kemampuan bahasa Inggris,” jelasnya, Senin (29/7). Sukarmen semakin terlatih karena yayasan sering mendapat kunjungan. Cukup banyak relawan yang datang langsung menjadi guru bahasa Inggris. “Mungkin karena praktik langsung, lumayan ada visitor yang datang. Yang penting adalah memberanikan diri,” jelasnya.
Dalam beberapa kali kesempatan, Sukarmen sudah biasa menjadi MC acara seremonial. Hanya saja, MC bahasa Inggris belum pernah dilakoni. Ke depan, Sukarmen optimis bisa mengasah potensi. “Saya harap potensi ini bisa membukakan akses untuk bekerja di hotel atau radio, kayak presenter,” ujarnya. Sukarmen sejatinya lahir normal dari ibundanya Ni Ketut Tarim. Namun sejak usia 6 tahun mulai sakit. Sukarmen didiagnosa mengidap Osteogenesis Imperfecta atau sejenis penyakit tulang rapuh. “Tulang saya mudah patah. Saya sudah mengalami patah tulang sebanyak 50 kali. Dari lima bersaudara, ada 1 kakak saya yang juga seperti saya,” terangnya.
Semenjak lulus SMK, Sukarmen memutuskan tinggal di Yayasan Cahaya Mutiara Ubud. Jika kangen rumah, Sukarmen berkendara sendiri menaiki sepeda motor roda tiga yang sudah dimodifikasi. “Saya biasa pulang pergi ke Kintamani jika ada odalan,” ujarnya. Selain dirinya, belasan anggota Yayasan Cahaya Mutiara Ubud juga biasa mengendarai sepeda motor roda tiga. Pada prinsipnya, anggota yayasan dituntut bisa mandiri dan berdaya.
Kunjungan wisatawan ke Yayasan Cahaya Mutiara Ubud di Banjar Kawan Tengah, Desa/Kecamatan Tampaksiring. -NOVIANTARI
Dari 42 anggota, hanya sebagian yang tinggal di asrama yayasan. “Sebagian ada yang kos dekat tempat kerja. Ada yang sudah menikah sehingga dianggap sudah sangat mandiri karena sudah menapaki jenjang kehidupan baru,” ujar Sukarmen. Untuk meningkatkan kemandirian, yayasan memiliki banyak program dan aktivitas. “Di asrama kami belajar hidup mandiri. Masak sendiri, bersih-bersih sendiri tidak ada pengasuh khusus,” terangnya.
Beberapa program di antaranya kesenian, modern dance, tari Bali, djimbe, fire dance, yang seluruh gurunya merupakan relawan. Ada juga program olahraga sehingga beberapa anggota yayasan sering menorehkan prestasi nasional bahkan internasional. “Tahun lalu Nengah Widiasih meraih dua medali emas di ASEAN Paragames,” ujarnya. Untuk mengisi waktu luang, yayasan juga menyewa lahan 10 are untuk ditanami sayur mayur. Hasil panen dipakai sendiri, selebihnya dijual ke masyarakat sekitar. “Kami juga punya ternak ikan. Semuanya kami lakukan untuk biaya operasional. Sebab sejauh ini belum ada donatur tetap,” jelas Sukarmen.
Sering kali pula, anggota yayasan membuat aneka kerajinan tangan yang dijual kepada wisatawan yang berkunjung. Sampai saat ini Sukarmen masih merasakan kesulitan para penyandang disabilitas mengakses kesempatan kerja. Meskipun secara aturan diwajibkan perusahaan mempekerjakan 1% penyandang disabilitas, nyatanya pemakai kursi roda masih minim direkrut. “Kendalanya, penyedia kerja tidak menyediakan infrastruktur untuk akses kursi roda. Jadi kebanggaan penyandang disabilitas yang direkrut itu yang masih bisa jalan,” ungkapnya. Sukarmen berharap akses kursi roda ini menjadi pertimbangan bagi pengusaha yang bermaksud menerima pekerja dari kaum difabel. 7 nvi
Komentar