Sekda Dorong Pengembangan Pariwisata Bali Nusra
DENPASAR, NusaBali - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra, mengingatkan pentingnya integrasi kebijakan dan penguatan sinergi pemerintah daerah di Kawasan Bali Nusra (Bali, Nusa Tenggara Barat/NTB, dan Nusa Tenggara Timur/NTT). Untuk itu Sekda Dewa Indra mendorong pengembangan pariwisata di kawasan Bali Nusra.
Penekanan tersebut disampaikan dalam sambutannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Bank Indonesia Kawasan Bali Nusra di Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, Jalan Tantular, Niti Mandala, Denpasar, Selasa (30/7).
Sekda Dewa Indra mengingatkan historis tiga daerah yaitu Bali, NTB, dan NTT yang dulunya tergabung dalam satu kawasan yaitu Sunda Kecil. Dalam perkembangannya, tiga daerah bertetangga ini saling terkait dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor pariwisata.
Sebagaimana diketahui, pesatnya perkembangan sektor pariwisata Bali berimbas positif bagi kawasan NTB dan NTT. Sebaliknya, keberadaan Sirkuit Internasional Mandalika juga berimbas bagi Bali manakala digelar kejuaraan MotoGP. “Waktu kejuaraan pertama digelar, sebagian besar penonton menginap di Bali,” ujarnya.
Mengingat jejak historis dan kedekatan tiga daerah ini secara geografis, Sekda Dewa Indra mendukung langkah Bank Indonesia dalam mendorong pengembangan pariwisata inklusif di kawasan Bali Nusra. Dia menyampaikan apresiasi kepada jajaran Bank Indonesia yang menginisiasi penyelenggaraan rapat koordinasi tiga wilayah ini.
Pada bagian lain, Sekda Dewa Indra juga mendukung penuh gerakan digitalisasi yang terus diupayakan oleh jajaran Bank Indonesia. “Kami di Bali juga sudah membangun kolaborasi dengan BPD Bali dan sejauh ini gerakan digitalisasi berkembang progresif,” kata Sekda Dewa Indra.
Masih dalam sambutannya, birokrat kelahiran Buleleng ini menyinggung pengembangan sektor pariwisata yang sempat terpuruk pada masa pandemi Covid-19 dan saat ini telah kembali pulih. Kebangkitan sektor pariwisata ini menurutnya tak terlepas dari andil berbagai komponen, termasuk kebijakan Bank Indonesia. Namun demikian, sejalan dengan pulihnya pariwisata pasca pandemi, belakangan bermunculan isu sensitif yang berkaitan dengan sektor ini.
“Pertama ada isu overtourism, ini sudah menjadi diskursus di ruang publik,” sebutnya.
Isu lainnya yaitu makin meningkatnya kasus wisatawan nakal yang melanggar norma kesusilaan dan norma hukum. Selain itu, mencuat pula isu lingkungan karena persoalan sampah dan belum efektifnya program pungutan wisman.
“Itu sederet isu yang mengemuka. Harus kita sikapi bersama dan selesaikan dengan baik,” ucapnya.
Sejatinya, Sekda Dewa Indra menambahkan, Pemprov Bali sudah punya regulasi terkait pembangunan pariwisata secara berkelanjutan yaitu Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali. Namun, regulasi itu belum diterapkan secara optimal karena situasi pandemi.
“Nah, karena pandemi sudah berlalu, saatnya kita terapkan standar pembangunan pariwisata sesuai dengan Perda Nomor 5 Tahun 2020,” tandas Sekda Dewa Indra.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan pelaksanaan Rakorwil ke-3 setelah sebelumnya digelar pada akhir tahun 2023 dan awal 2024.
Disebutkannya, kegiatan ini bertujuan membangun sinergi dan koordinasi di level regional hingga nasional. Dia berharap, pelaksanaan rakorwil yang melibatkan Kantor Perwakilan BI, jajaran birokrasi, dan pelaku pariwisata Bali, NTB, NTT ini menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di tiga wilayah.
Rakorwil juga menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta, yang dalam arahannya menekankan pentingnya digitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia menginformasikan bahwa saat ini BI tengah membangun literasi digital di seluruh pelosok sebagai upaya mendorong pembangunan sektor pariwisata. Oleh sebab itu, dia berharap Rakorwil Bali Nusra ini dapat merumuskan dan menghasilkan strategi yang bisa diterapkan dalam menghadapi tantangan di sektor pariwisata. 7 a
1
Komentar