Mentan Dukung Pengembangan Pompanisasi Tenaga Surya untuk Pertanian
JAKARTA, (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku siap mendukung pengembangan pompanisasi dengan menggunakan tenaga surya, guna menciptakan efisiensi dalam meningkatkan produktivitas pertanian dalam menuju swasembada pangan.
Amran menyampaikan hal itu, menanggapi adanya laporan dari salah satu penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang menyampaikan kepada Mentan bahwa di daerah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, ada yang mengembangkan pompa air pertanian dengan tenaga surya.
"(Kami akan) panggil itu anak, kalau saya ada waktu ketemu. Kalau tidak, (maka) ketemu Pak Dirjen (Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian/Dirjen PSP Kementerian Pertanian Ali Jamil)," kata Amran dalam keterangan Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Amran mengaku bahwa Kementerian Pertanian siap mendukung pengembangan pompanisasi dengan tenaga surya sehingga bukan hanya digunakan di daerah Purbalingga, tetapi bisa untuk daerahnya lainnya di Indonesia.
Bahkan Mentan menginstruksikan agar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) untuk melakukan refocusing anggaran.
"Kita (akan) anggarkan biar sampai 10 (unit), kita uji coba sampai 10 (unit). Kan sudah jadi ini (di Purbalingga), tinggal cek di sana (Purbalingga)," ucap Amran.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Ali Jamil mengaku bahwa masih ada kemungkinan untuk dilakukan refocusing anggaran.
"Kami lihat nanti, kemungkinan ada peluang (untuk refocusing anggaran), nanti kami lihat," ucap Ali.
Sebelumnya, seorang penyuluh pertanian lapangan (PPL) Purbalingga Nanik Istiqomah meminta dukungan kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk pengembangan pompanisasi dengan menggunakan tenaga surya.
Nanik melaporkan kepada Mentan bahwa ada putra daerah di Purbalingga yang mengembangkan pompanisasi dengan tenaga surya, sebagai solusi dari adanya permasalahan yang dihadapi petani di daerah tersebut soal mahalnya harga BBM saat menggunakan pompanisasi.
"Jadi, beberapa permasalahan di lahan pertanian untuk terkait pompanisasi adalah BBM, jadi petani beberapa sebagian itu ada yang agak keberatan karena biaya bisa Rp500.000 dalam satu bulan," ucap Nanik.
Akibatnya dengan biaya tersebut, petani harus mengeluarkan anggaran untuk biaya BBM pompanisasi hingga sekitar Rp43 juta dalam mengolah sawah di lahan seluas 120 hektare.
"Saat ini kami dari Pemerintahan Kabupaten Purbalingga, Bupati kami sangat mendukung untuk terkait dengan pompanisasi tenaga Surya. Kami butuh dukungan (dari Kementerian Pertanian) untuk pengembangan pompa tenaga surya," ucap Nanik.
Sementara dari sisi pompa air, Nanik mengaku daerah Purbalingga sudah memiliki banyak alat tersebut, hanya saja petani di daerah tempat ia mengabdikan diri membutuhkan pompa air tenaga surya.
Nanik juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Kabupaten Purbalingga melalui dana hibah bupati setempat, saat ini mengembangkan pompa air tenaga surya untuk mendorong produktivitas pertanian di daerah itu dengan menggunakan pompa ukuran saluran 3 inci.
"Saat ini untuk pengembangan tenaga surya dari anak daerah itu (biayanya) sekitar hanya Rp30 juta sampai Rp40 juta saja, dengan enam panel surya," jelasnya.
Oleh karena itu, dia berharap Kementan dapat mendukung pengembangan pompanisasi tenaga surya di Purbalingga sehingga ke depannya bisa menggunakan pompa ukuran sampai 6 inci.
"Kalau menggunakan pompa 6 inci, bisa mengalirkan air untuk 10 hektare dalam satu hari, tanpa biaya, nol rupiah," kata Nanik.
Komentar