Harga Cabai Rawit Semakin 'Pedas', Pemerintah Sebut karena Kekeringan di Jawa
Kenaikan harga cabai ini membuat pemilik usaha kuliner makan mengeluh.
SINGARAJA, NusaBali
Harga cabai rawit merah di warung maupun pasar di Kabupaten Buleleng semakin ‘pedas’. Harga cabai saat ini rata-rata tembus Rp 65.000 per kilogram. Komoditas ini paling sering mengalami fluktuasi harga, serta menjadi salah satu pemicu inflasi.
Berdasarkan pemantauan dari Dinas Perdagangan Perindustrian, dan Koperasi Usaha Kecil Menengah Kabupaten Buleleng, harga cabai rawit pada Kamis (1/8) sempat menyentuh angka Rp 57.000 per kilogram. Namun pada Jumat (2/8) harga tersebut mengalami kenaikan yang signifikan hingga menyentuh angka Rp 64.000 per kilogram.
Kenaikan harga cabai ini membuat pemilik usaha kuliner makan mengeluh. Salah satu pedagang nasi campur, Faiz menyebut kenaikan harga cabai ini membuat modal usahanya membengkak. Apalagi dalam sehari ia biasa menggunakan setidaknya hingga 4 kilogram cabai rawit. Untuk mengakalinya, ia pun mencampur dengan cabai jenis lain yang relatif lebih murah.
“Harga cabai yang naik otomatis mempengaruhi untuk pengeluaran belanja bahan jadi ikutan naik. Usaha kami kan memerlukan bahan baku cabai untuk memasak bumbu-bumbu lauknya. Sekarang harga cabai mahal, per kilogram Rp 64.000 di Pasar Banyuasri,” kata dia, ditemui Jumat siang.
Sementara itu, menurut Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Dinas Pertanian Buleleng, I Wayan Susila, fluktuasi harga cabai di Buleleng mengikuti harga cabai di Pulau Jawa. Kekeringan di Pulau Jawa menyebabkan harga cabai rawit tinggi, sehingga harga cabai rawit di Buleleng ikut tinggi.
"Kami terus pantau perkembangan harga dan stok komoditas pemicu inflasi di Buleleng, contohnya peninjauan yang kami lakukan saat ini dengan harapan agar rantai pasok dapat diperpendek sehingga kestabilan harga dapat tetap terjaga,” kata dia.
Ia menyebut, pemerintah berupaya mengendalikan inflasi pada komoditas cabai yang cenderung naik. Belum lama ini Satgas Pangan Kabupaten Buleleng meninjau sentra produksi cabe rawit yang ada di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak. Mereka berkunjung ke salah satu anggota Kelompok Tani Unggul Mulya Desa Pemuteran.
Di lahan seluas sekitar 25 are milik kelompok tani tersebut ditanami cabai varietas ori dengan rata-rata produksi 30 kilogram setiap hari. Harga jual per kilogram mencapai sekitar Rp 50.000 hingga Rp 55.000. “Kami berkunjung juga ke petani Ketut Arnawa, biasanya jika panen normalnya 8 kwintal per hari dikirim ke pengepul di Pasar Anyar. Namun untuk saat ini hanya 3-4 kwintal/hari,” jelasnya.
Selain itu Tim Satgas Pangan Kabupaten Buleleng berkunjung ke salah satu anggota Kelompok Tani Harapan Baru. Kelompok tani ini menanam 1 hektare cabe rawit dengan usia tanaman 3,5 bulan dan sudah mulai panen petik pertama. Diperkirakan dapat panen sampai 4 bulan ke depan.
Pihaknya juga berkunjung ke Desa Pemuteran, Pejarakan dan Sumberklampok yang memiliki potensi luas tanam mencapai 540 hektare. Namun dari ratusan hektare lahan itu saat ini hanya sebagian 20 hektare yang ditanami, karena faktor produksi tanaman yang tidak maksimal disebabkan oleh berkurangnya kesuburan tanah, dan tidak ada pergiliran varietas. 7 mzk
1
Komentar