nusabali

Alumni Kokar Ngayah di Pura Mandara Giri Semeru Agung Lumajang

  • www.nusabali.com-alumni-kokar-ngayah-di-pura-mandara-giri-semeru-agung-lumajang
  • www.nusabali.com-alumni-kokar-ngayah-di-pura-mandara-giri-semeru-agung-lumajang

LUMAJANG, NusaBali - Puluhan anggota Alumni Kokar (Konservasi Karawitan) Denpasar, angkatan 1990 - 1992 - 1993, bersama Sanggar Darmawangsa, ngayah Ilen-ilen (mempersembahkan tarian) jenis wali (pengiring upacara) dan bali-balian (tontonan/hiburan) di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (2/8).

Persembahan ini serangkaian Karya Panca Wali Krama yang puncaknya pada Saniscara/Sabtu Pon Sinta, 20 Juli 2024, bertepatan Purnama Kasa.

Untuk diketahui, Kokar Denpasar telah berubah menjadi SMKN 3 Sukawati, di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar. Sekolah ini dengan konsentrasi pembelajaran seni terutama karawitan, tari Bali, dan lain-lain.

Rombongan pengayah ilen-ilen tersebut ngayah menari dalam dua sesi. Sesi pertama, pada pagi hari saat Ida Bhatara katuran Banten Panganyar, dengan persembahan tarian wali, yakni Tari Rejang Sari, Rejang Renteng, dan Topeng Wali, di Utama Mandala Pura. Topeng Wali dibawakan oleh Dewa Aji Mangku Dharma Putra Yasa, De Dharma, dan kawan - kawan. Kedua, pada malam hari berupa pementasan bali-balian atau tontonan untuk hiburan masyarakat di Wantilan Pura di jaba tengah. Pentas bali-balian ini berupa Sendratari Rajapala, diawali dengan pentas tari lepas, yakni Tari Oleg Tamulilingan dibawakan Ni Nyoman Artini Dewi dan Sekar Ibing oleh Alumni Kokar Angkatan 92.

Sendratari Rajapala diperkuat oleh 30 penari dan 40 penabuh. Pentas bali-balian tersebut berhasil menghibur bahkan mengundang decak kagum umat Hindu yang makemit (bermalam) di sekitar pura.

Salah seorang pemandu pengayah ilen-ilen dari Alumni Kokar Tjokorda Gede Nala Rukmaja mengatakan kegiatan ngayah seperti ini telah menjadi tradisi beryadnya bagi para alumni Kokar baik untuk pura di Bali dan luar Bali. Menurutnya ngayah ini sebagai wujud bhakti para alumni yang kini menjadi pragina atau seniman, kepada Ida Sanghyang Aji Taksu atau Sang Maha Pemberkat Keindahan. ‘’Intinya, ngayah ini selain melestarikan seni dan budaya Bali berlandaskan konsep yadnya dan bhakti, juga merupakan momentum kebersamaan kami Alumni Kokar Angkatan Kokar 1990, 1992, 1993,’’ ujar Kepala UPTD Museum Semarajaya, Klungkung, ini.

Karya Panca Wali Krama ini melibatkan masyarakat Hindu Jawa Timur dan Bali, menggunakan sarana kerbau 13 ekor. Ida Bhatara ngerajeg karya selama 15 hari. Ida Bhatara katuran Masineb dan Ngeluhur, Minggu (4/8) ini. 7lsa

Komentar