Kartunis Bali Terbang ke Tiongkok, Belajar Bikin Industri Kartun Internasional untuk Pulau Dewata
DENPASAR, NusaBali.com - Baru-baru ini, lima kartunis tanah air, termasuk dua dari Bali berkesempatan diundang ke Tiongkok. Menang konteskah, penjurian, sekadar jalan-jalan, atau pertukaran seni dan budaya? Jarang-jarang ada komunitas kartunis dijamu di luar negeri dan menyepakati kerja sama berbagai bidang seni kartun dengan organisasi kartun global.
Para kartunis itu adalah Yere Agusto (Denpasar), Tommy Thomdean (Jakarta), Gus Dark (Tabanan), Basuki Hu Wie Tian (Medan) dan seorang kartunis perempuan, Ika W Burhan (Bogor). Kelimanya adalah anggota House of Cartoon maniA (HOCA), organisasi pegiat dan pecinta kartun internasional yang bermarkas di Denpasar.
HOCA didirikan Yere pada tahun 2023 lalu yang didorong keinginan agar skena kartun tanah air, khususnya Bali yang lebih progresif. Bukan sekadar berfokus pada kartun kritik tetapi juga mempromosikan kartun solutif dan mengakomodir turunan seni kartun seperti animasi, komik, serta pelaku bisnis yang melibatkan seni kartun.
"Meski HOCA baru seumur jagung, kami sudah mampu menjadi pelaksana Kontes Kartun Internasional 'Whoosh' (Jakarta, 2023) ditunjuk oleh Internasional Daily, Pameran Kartun 'I Love U Gudbai' & aneka workshop di DNA Cartoon Festival (2023), lelang NFT bekerja sama dengan Baliola dan Orzaar (Singapura) pada awal 2024," ujar Yere.
Keberhasilan personal HOCA dalam menyelenggarakan Kontes Kartun Internasional 'Whoosh' di Jakarta, sangat diapresiasi oleh Zhang Wenxi, Pemimpin Umum International Daily, jaringan harian berbahasa Mandarin yang terbit di Jakarta, selaku inisiator kontes tersebut.
Zhang merekomendasikan HOCA menjadi salah satu delegasi Tahun Pertukaran Antarmasyarakat ASEAN-Tiongkok. 15 Juli 2024 lalu, kelima kartunis HOCA terbang ke Tiongkok dan mendarat di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong. Guangzhou adalah rumah JC Cartoon Art Museum sekaligus markas Guangdong Cartoonist Association (GDCA).
Di Guangzhou, HOCA disambut kartunis terkenal Tiongkok Jin Cheng dan Wakil Presiden Comicfans Dr Zhang Xianfeng. Oleh-oleh pun menanti untuk dibawa pulang yakni nota kesepahaman antara HOCA dan GDCA di bidang kemitraan strategis serta pertukaran informasi seni dan budaya di lini kartun/komik.
"Bidang kerja samanya nanti bisa bikin kontes bareng HOCA dan GDCA, bikin pameran bareng, penerbitan buku, sampai ke bikin animasi," tutur Yere yang juga perintis Cartoon Magazine (Carma) ini.
Kata pria kelahiran Jawa Timur, yang saat ini berdomisili di Denpasar Timur, industri kartun di Tiongkok dengan ciri khas manhwa-nya terbilang lebih maju. Namun, dari segi kualitas SDM, anak bangsa dikatakan sangat mampu bersaing. Hanya saja, masih diperlukan pengembangan kreativitas yang lebih adaptif dengan globalisasi.
Untuk membuat industri kartun yang lebih kuat, karya yang dihasilkan mesti bisa diterima lintas kalangan terlepas dari latar belakang SARA. Memakai ciri khas budaya bisa-bisa saja, tapi harus dikemas dengan baik dan bukannya mentah-mentah menyajikan budaya tanpa kreativitas.
"Contohnya manga dan anime. Budaya Jepangnya kan kental tapi itu tidak disajikan mentah-mentah. Mereka bisa menyajikan budaya itu menjadi suatu pop culture atau budaya populer yang dapat diterima semua kalangan," beber Yere.
Nah, sama halnya dengan industri kartun atau manhwa di Tiongkok. Manhwa kini sudah menjadi alternatif pecinta manga dan anime. Di samping itu, pendekatan pengemasan kreativitas manhwa serupa dengan koleganya di Jepang. Wajar saja karena mereka secara geografis berdekatan dan saling mempengaruhi.
Untuk itu, nota kesepahaman berjangka tiga tahun dengan GDCA ini akan jadi modal pengembangan industri kartun tanah air, khususnya di Pulau Dewata sebagai markas HOCA. Dalam waktu dekat sekitar triwulan terakhir 2024 ini, beberapa kegiatan dari kerja sama HOCA-GDCA ini bakal direalisasikan.
"Perjalanan kami selama 10 hari di Tiongkok, tidak hanya di Guangdong tetapi juga ke Xinjiang (pemukiman mayoritas muslim Uighur), Xinyuan (pemukiman suku Kazakh), ke Xi'an, dan termasuk ke KJRI di Guangzhou akan kami abadikan dalam buku komik graphic travelogue 250 halaman, masing-masing anggota delegasi membuat 50 halaman," ungkap Yere.
Jangka panjangnya, Yere selaku pendiri HOCA menegaskan, pengembangan industri kartun menjadi suatu keniscayaan. Ia bahkan tidak sungkan menyatakan bahwa hal yang ingin dituju sejak awal HOCA berdiri adalah menjadi 'penerus' Walt Disney, Marvel, dan DC, para raksasa kreator kartun/komik sekaligus komersialisasinya dimulai dari Pulau Dewata. *rat
HOCA didirikan Yere pada tahun 2023 lalu yang didorong keinginan agar skena kartun tanah air, khususnya Bali yang lebih progresif. Bukan sekadar berfokus pada kartun kritik tetapi juga mempromosikan kartun solutif dan mengakomodir turunan seni kartun seperti animasi, komik, serta pelaku bisnis yang melibatkan seni kartun.
"Meski HOCA baru seumur jagung, kami sudah mampu menjadi pelaksana Kontes Kartun Internasional 'Whoosh' (Jakarta, 2023) ditunjuk oleh Internasional Daily, Pameran Kartun 'I Love U Gudbai' & aneka workshop di DNA Cartoon Festival (2023), lelang NFT bekerja sama dengan Baliola dan Orzaar (Singapura) pada awal 2024," ujar Yere.
Keberhasilan personal HOCA dalam menyelenggarakan Kontes Kartun Internasional 'Whoosh' di Jakarta, sangat diapresiasi oleh Zhang Wenxi, Pemimpin Umum International Daily, jaringan harian berbahasa Mandarin yang terbit di Jakarta, selaku inisiator kontes tersebut.
Zhang merekomendasikan HOCA menjadi salah satu delegasi Tahun Pertukaran Antarmasyarakat ASEAN-Tiongkok. 15 Juli 2024 lalu, kelima kartunis HOCA terbang ke Tiongkok dan mendarat di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong. Guangzhou adalah rumah JC Cartoon Art Museum sekaligus markas Guangdong Cartoonist Association (GDCA).
Di Guangzhou, HOCA disambut kartunis terkenal Tiongkok Jin Cheng dan Wakil Presiden Comicfans Dr Zhang Xianfeng. Oleh-oleh pun menanti untuk dibawa pulang yakni nota kesepahaman antara HOCA dan GDCA di bidang kemitraan strategis serta pertukaran informasi seni dan budaya di lini kartun/komik.
"Bidang kerja samanya nanti bisa bikin kontes bareng HOCA dan GDCA, bikin pameran bareng, penerbitan buku, sampai ke bikin animasi," tutur Yere yang juga perintis Cartoon Magazine (Carma) ini.
Kata pria kelahiran Jawa Timur, yang saat ini berdomisili di Denpasar Timur, industri kartun di Tiongkok dengan ciri khas manhwa-nya terbilang lebih maju. Namun, dari segi kualitas SDM, anak bangsa dikatakan sangat mampu bersaing. Hanya saja, masih diperlukan pengembangan kreativitas yang lebih adaptif dengan globalisasi.
Untuk membuat industri kartun yang lebih kuat, karya yang dihasilkan mesti bisa diterima lintas kalangan terlepas dari latar belakang SARA. Memakai ciri khas budaya bisa-bisa saja, tapi harus dikemas dengan baik dan bukannya mentah-mentah menyajikan budaya tanpa kreativitas.
"Contohnya manga dan anime. Budaya Jepangnya kan kental tapi itu tidak disajikan mentah-mentah. Mereka bisa menyajikan budaya itu menjadi suatu pop culture atau budaya populer yang dapat diterima semua kalangan," beber Yere.
Nah, sama halnya dengan industri kartun atau manhwa di Tiongkok. Manhwa kini sudah menjadi alternatif pecinta manga dan anime. Di samping itu, pendekatan pengemasan kreativitas manhwa serupa dengan koleganya di Jepang. Wajar saja karena mereka secara geografis berdekatan dan saling mempengaruhi.
Untuk itu, nota kesepahaman berjangka tiga tahun dengan GDCA ini akan jadi modal pengembangan industri kartun tanah air, khususnya di Pulau Dewata sebagai markas HOCA. Dalam waktu dekat sekitar triwulan terakhir 2024 ini, beberapa kegiatan dari kerja sama HOCA-GDCA ini bakal direalisasikan.
"Perjalanan kami selama 10 hari di Tiongkok, tidak hanya di Guangdong tetapi juga ke Xinjiang (pemukiman mayoritas muslim Uighur), Xinyuan (pemukiman suku Kazakh), ke Xi'an, dan termasuk ke KJRI di Guangzhou akan kami abadikan dalam buku komik graphic travelogue 250 halaman, masing-masing anggota delegasi membuat 50 halaman," ungkap Yere.
Jangka panjangnya, Yere selaku pendiri HOCA menegaskan, pengembangan industri kartun menjadi suatu keniscayaan. Ia bahkan tidak sungkan menyatakan bahwa hal yang ingin dituju sejak awal HOCA berdiri adalah menjadi 'penerus' Walt Disney, Marvel, dan DC, para raksasa kreator kartun/komik sekaligus komersialisasinya dimulai dari Pulau Dewata. *rat
1
Komentar