Tim ANRI Registrasi Arsip Puri Agung Ubud
Panglingsir Puri Agung Ubud
Tjokorda Gde Putra Sukawati
Museum Puri Lukisan Ubud
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
Sejumlah arsip di Puri Agung Ubud termasuk lontar-lontarnya, lebih bersifat pustaka.
GIANYAR, NusaBali
Tim dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) meregistrasi sejumlah arsip milik Puri Agung Ubud, Gianyar, Rabu (7/8). Arsip di puri ini jadi prioritas registrasi karena terkait dengan keberadaan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) Tjokorda Raka Sukawati berasal dari puri setempat. Arsip ini pula nanti akan disinkronkan dengan arsip dari pusat pemerintahan NIT di Makasar. Kegiatan registrasi tersebut dilanjutkan dengan Sosialisasi Program Registrasi Arsip sebagai Memori Kolektif Bangsa (MKB) di Aula Museum Puri Lukisan Ubud, Kelurahan Ubud, Gianyar, Kamis (8/8).
Sosialisasi melibatkan pejabat struktural dan fungsional dari tiga dinas yakni Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Gianyar, Badung, dan Tabanan. Sosialisasi dibuka Panglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati alias Cok Putra, dihadiri mantan Gubernur Bali Prof Dr Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati MSi alias Cok Ace yang juga tokoh Puri Agung Ubud. Tampil sebagai pembicara Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Gianyar I Gede Suardana Putra, Ketua Dewan Pakar Arsip Nasional Dr Muklis Paeni MA, dan Deputi Bidang Penyelamatan dan Perlindungan Arsip ANRI Dr Kandar MAP.
Dr Muklis menyatakan dari hasil kajian tim sejumlah arsip di Puri Agung Ubud termasuk lontar-lontarnya, lebih bersifat pustaka. Karena tulisan dan pesan yang terkandung di dalamnya bisa dibaca dan dikaji lebih dalam. Berbeda halnya arsip atau lontar-lontar di tempat lain yang 'dipusakakan' untuk dihormati bahkan dikemaratkan hingga tidak diketahui apa isinya. Sebagai wujud memori kolektif bangsa, setiap arsip harus bermanfaat untuk kemaslahatan generasi kini dan nanti. “Seperti arsip tentang kepemimpinan Presiden NIT, arsip bernilai budaya, pariwisata Bali, dan lain-lain yang ada di Puri Agung Ubud,” jelas Dr Muklis. Sehubungan dengan itu, dia menyebutkan bahwa ke depan ANRI punya pekerjaan besar yakni pemaduan pengelolaan arsip dari Puri Agung Ubud dan Makasar. Karena dua lokus ini sumber dari dokumen NIT.
Dr Kandar MAP menyampaikan kebanggaannya terhadap visi ke depan keluarga Puri Agung Ubud terhadap perawatan arsip terutama terkait NIT, budaya puri hingga rintisan pariwisata budaya Bali dari Ubud. Arsip ini jadi petanda bahwa keluarga Puri Agung Ubud memiliki memori karakteristik dan jati diri untuk merawat solidaritas bangsa sebagaimana kemanfaatan pelestarian arsip. “Arsip ini merupakan memori kolektif bangsa sekaligus aset nasional,” ujar Dr Kandar.
Cok Putra menyambut baik langkah ANRI dalam mengonservasi arsip yang menjadi koleksi keluarga besar Puri Agung Ubud. Arsip dimaksud, antara lain tentang catatan Presiden NIT Tjokorda Raka Sukawati, pameran seni budaya tahun 1931 di Paris berlanjut kolaborasi pihak puri dengan seniman asing hingga jadi promosi wisata bagi Ubud dan Bali umumnya. Ada juga arsip lontar leluhur puri Ida Tjokorda Gde Agung yang menggubah kekawin Rajendra Prasada. Ada juga sejumlah arsip penghargaan, antara lain Parama Darma Pariwisata dari Kementerian Pariwisata untuk Tjokorda Gde Agung Sukawati, ayahanda Cok Putra, dan lain-lain. “Ayah saya berpesan plajahin bukuné (belajarlah dari buku). Pesan ini bermakna, selamatkan arsip dan pelajari isinya untuk kemajuan generasi ke depan,” kenangnya.
Sedangkan Cok Ace menilai kehadiran ANRI ke Ubud ini bisa menghasilkan kajian atau pusat studi tentang masa lalu untuk kini dan yang akan datang. “Arsip jangan disimpan. Registrasi arsip ini tak hanya sampai di sini,” pintanya. I Gede Suardana Putra berharap pelestarian arsip sebagaimana dilakukan di Puri Agung Ubud dapat jadi model dalam upaya penyelamatan arsip-arsip di puri-puri lain. “Di Bali ada pesan moral aja wéra. Padahal itu pengetahuan mesti didapat dari arsip yang ada. Misalnya lontar,” ujar Suardana. 7 lsa
1
Komentar