Asosiasi Kopi Minta Pemerintah Beri Stimulus
‘Hidupkan’ Kembali Kebun Kopi Terlantar
ASKI Bali
Asosiasi Kopi Indonesia (Aski)
Kebun Kopi
Ir Dwi Atmika Arya Rumawan
Ketua DPD Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Bali
DENPASAR,NusaBali - Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Bali meminta pemerintah memberikan stimulus kepada para petani untuk menanam kembali kopi atau rejufinasi, memangkas tunas lama dan merawat lebih intensif kembali kebun kopi yang terlantar.
Permintaan stimulus tersebut dengan alasan, tanaman kopi memiliki sejumlah fungsi dan dampak positif. Antara lain dampak ekonomi dan dampak ekologis.
Ketua DPD Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Bali, Ir Dwi Atmika Arya Rumawan mengatakan Rabu (7/8).
“Secara ekonomis, sudah sangat jelas, kopi merupakan komoditi bernilai tinggi,” ujanya.
Lebih-lebih di Bali, kopi tidak saja untuk memenuhi konsumsi domestik, yakni masyarakat. Namun juga sebagai komoditas penting pendukung pariwisata Bali. Kedai-kedai kopi, coffee shop-coffee shop, paket wisata kebun kopi atau coffee tour, merupakan bentuk-bentuk bisnis wisata berbasis kopi wisata di Bali.
“Dan minum kopi juga salah satu dari lifestyle,” terang owner ‘Toose Coffee’ salah UMKM di Denpasar ini.
Dwi Atmika mengaku, belum memiliki data pasti tentang kopi di Bali, baik produksi maupun kebutuhannya.
“Biar tak memberikan informasi keliru, saya belum bisa pastikan berapa produksi dan kebutuhan kopi di Bali,” katanya menjawab NusaBali. Walau demikian, dia perkirakan separo dari sekitar 6 juta penduduk Bali ‘ngopi’ setiap hari.
Asumsinya setiap orang minum kopi 2 kali. Setiap cangkir 13 gram, sehingga kalau 2 kali, jadi 26 gram per orang mengkonsumsi kopi per hari. Jadinya 78.000 kilo per hari. “Itu belum termasuk konsumsi untuk pariwisata,” kata dia meyakinkan.
Bahkan mengkonsumsi kopi sudah menjadi ‘tradisi’. Dari situlah diperkirakan ada ungkapan : puruh sirahe sing maan kopi. Artinya kepala terasa pening, apabila belum minum kopi.
“Jadi kopi memang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari atau tradisi. Bahkan kopi juga jadi bahan banten (ritual),” terangnya menguatkan.
Nah selain fungsi dan nilai ekonomisinya, kopi berikut tanaman peneduhnya memiliki fungsi ekologis, sebagai tanaman penghijauan dan penyangga tanah,terutama di kawasan pegunungan. Tidak saja menjadi penahan tanah dan menyerap air di saat musim hujan, sekaligus menyimpan air.
“Singkatnya ikut membuat lingkungan alam Bali sejuk di tengah isu lingkungan atau pengembangan green tourism,” terangnya.
Hanya sayangnya, ketika dulu harga kopi murah banyak pohon kopi ditebang diganti dengan tanaman lain. Malah di beberapa tempat di Bali terjadi penggundulan hutan, tanaman kopi diantaranya ikut jadi korban. Akibatnya saat hujan lebat turun, tanah longsor terjadi sehingga menjadi banjir bandang.
“Itu ‘kan pernah terjadi dulu,” tunjuknya. Karena itulah ASKI berharap pemerintah mendorong petani merawat maupun menanam kopi kembali, baik karena motif ekonomi maupun manfaatnya bagi alam lingkungan Bali. Stimulus tersebut, antara lain diharapkan berupa bantuan bibit kopi. Namun harus selektif dan benar- benar ditanam, dipelihara melalui budaya daya yang sungguh-sungguh. Sehingga bantuan efektif atau tepat sasaran.
“Jangan diberikan bantuan bibit, namun bibit kopi dibiarkan terlantar dan mati,” tandas Dwi Atmika. K17.
Komentar