Veddriq Sumbang Medali Emas Pertama Olimpiade
Pertama Kali di Luar Cabor Bulutangkis
JAKARTA, NusaBali - Tim Indonesia merebut medali emas pertama di Olimpiade Paris 2024 melalui atlet panjat tebing, Veddriq Leonardo, Kamis (8/8).
Veddriq meneruskan raihan medali emas Indonesia di panggung olahraga tertinggi dunia tersebut. Selain itu, Veddriq juga mencatatkan sejarah peraih medali emas pertama buat Indonesia dari cabang olahraga di luar bulutangkis.
Sekaligus medali pertama sejak nomor speed dipertandingkan perseorangan dalam sejarah olimpiade, sebab di Tokyo, lead border dan speed digabung. "Senang sekali, Alhamdulillah, terima kasih masyarakat Indonesia. Olahraga ini baru, tapi diberi kepercayaan dan bisa dibuktikan dengan meraih emas. Bersyukur untuk pencapaian ini dan saya pun bangga atas pencapaian ini," kata Veddriq usai perlombaan.
Menurut Veddriq, medali emas yang diraih merupakan buah dari kerja keras selama ini. "Medali emas ini berkah dan ini juga merupakan kerja keras, usaha, dedikasi semua tim pelatih, atlet, teman keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan. Ini juga kado buat Indonesia di ulang tahun ke-79," imbuhnya. Langkah Veddriq di Site d'escalade du Bourget, terbilang mulus untuk bisa keluar sebagai juara. Sejak elimination seeding sampai ke final, Veddriq belum pernah merasakan kekalahan. Di babak perempat final, Veddriq yang menghadapi wakil tuan rumah Bassa Mawem berhasil menang. Veddriq mencatatkan waktu 4,88 detik, sedangkan Mawem 5,26 detik.
Di semifinal, Veddriq bertemu dengan Rezza Ali Pour yang juga menjadi lawannya di semifinal Asian Games 2022. Kala itu, pemanjat dari Pontianak tersebut kalah dan meraih medali perunggu. Namun, di Olimpiade Paris 2024, Veddriq mampu membalas kekalahannya. Dia berhasil mencatatkan waktu 4,78 detik dan Ali Pour 4,84 detik.
Di babak final, Veddriq berhadapan dengan wakil China Wu Peng. Keduanya pernah bertemu di small final Asian Games 2022 Hangzhou yang hasilnya Veddriq menang dan berhasil membawa pulang medali perunggu. Di Paris, Veddriq kembali menunjukkan kelasnya di hadapan Wu Peng. Veddriq unggul 4,75 detik atau lebih cepat di atas wakil China yang mencatatkan waktu 4,77 detik sekaligus memastikan medali emas pertama buat Tim Indonesia di Olimpiade Paris 2024. "Indonesia harus berterima kasih dan bersyukur, kita mendapat sejarah medali emas di luar bulutangkis. Ini menandakan bahwa Indonesia bisa bersaing dengan siapapun, termasuk USA dan China. Ini akan menambah semangat walaupun di akhir-akhir, masih ada Rizki Juniansyah, Bernard van Aert dan Nurul Akmal juga pasti bisa," ujar CdM Tim Indonesia di Olimpiade, Anindya Bakrie.
Veddriq Leonardo memanjatkan doa seusai mengalahkan atlet China Wu Peng pada final nomor speed putra Olimpiade Paris 2024 di Le Bourget Climbing Venue, Paris, Prancis, Kamis (8/8). –ANTARA
Di nomor men's speed, medali perunggu direbut Sam Watson dari USA yang mengalahkan Ali Pour dengan waktu 4,74 detik sekaligus memperbaiki world record atas namanya sendiri yang sebelumnya 4,79 detik. Keberhasilan Veddriq memperoleh medali emas mendapat apresiasi Ketum Komite Olimpiade Indonesia, Sapta Raja Oktohari (Okto).
"Siapa yang tidak sedih, siapa yang tidak bangga Indonesia mendapatkan medali emas pertama. Indonesia Raya berkumandang. Tapi jangan berhenti berdoa, karena masih ada lagi peluang," ungkap Okto. Menurut Okto, raihan medali emas pertama Indonesia itu juga mendapat perhatian dari Presiden IOC, Thomas Bach. "Saya tadi sama Presiden IOC Thomas Bach dan NOC Prancis David Lappartient, mereka menyaksikan bagaimana Indonesia dapat emas pertama. Dan mereka memberikan selamat. Itu juga jadi momentum, karena kita mau bidding Youth Olympic 2030," imbuh Okto.
Sementara Ibunda Veddriq Leonardo, Rosita, mengungkapkan putranya adalah anak yang teguh pendirian sehingga tak heran sang ibu melihat putranya itu bisa mempersembahkan medali emas kepada Indonesia dalam Olimpiade Paris 2024. “Sejak kecil, Veddriq merupakan anak yang sangat gigih dan teguh pendirian. Jika dia mengatakan A, maka harus A. Dan setiap hari bahkan di saat ada kebakaran hutan di Kalimantan, ia tetap berlatih di bawah kabut asap yang memenuhi langit Kalimantan,” kata Rosita dalam keterangan tertulisnya.
Sedangkan perjuangan atlet panjat tebing asal Buleleng, Desak Rita Kusuma Dewi sebelumnya gagal meraih medali pada Olimpiade Paris. Meski demikian, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Buleleng tetap bangga atas perjuangan dari atlet asal Kota pendidikan itu. Ketua KONI Buleleng, I Ketut Wiratmaja mengungkapkan kalau langkah atlet yang akrab disapa Desak Rita itu kandas diperempat final. Sehingga otomatis tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kontingen Indonesia. Tapi, pihaknya dari KONI Buleleng berterima kasih banyak kepada Desak Rita yang sudah berjuang demi Buleleng, Bali dan Indonesia. "Desak Rita sudah memberikan yang terbaik. Namun semesta berkata lain. Saya yakin akan ada waktunya nanti bisa mendapat hasil positif," ungkapnya, Kamis (8/8).
Diungkapkan Wiratmaja, penampilan Desak Rita untuk sampai ke Olimpiade sudah menjadi prestasi yang membanggakan. Maka KONI Buleleng dan seluruh masyarakat luas mengapresiasi atas usaha dan kerja kerasnya itu. Yang menjadi catatan ke depannya, bagaimana melahirkan atlet-atlet potensial di cabang olahraga panjat tebing itu sendiri. "Ada beberapa atlet yang kini berpotensi dan menjadi adik-adik dari Desak Rita. Ini adalah bentuk pembinaan di Pengkab Cabor itu sendiri. Saya berharap ke depannya akan lahir lebih banyak lagi atlet yang membanggakan daerahnya seperti Desak Rita ini," harap Wiratmaja.
Dia juga tidak memungkiri kalau semestinya stakeholder saat ini, baik dari pusat hingga ke daerah memperhatikan kondisi daerah yang berpotensi atau yang melahirkan atlet unggulan untuk membela tanah air. Yang mana, khusus untuk Panjat Tebing ini, harus ada fasilitas yang mumpuni agar bisa mencetak lebih banyak lagi atlet kedepannya.
"Memang di Buleleng ini ada fasilitas panjat tebing itu, namun sejauh ini tidak memenuhi syarat. Makanya dukungan dari semua pihak sangat dinantikan kedepannya," pungkas Wiratmaja. Untuk diketahui, perjuangan Desak Rita kandas saat menuju semifinal saat berhadapan dengan atlet China, Li Juan Deng. Pada laga perempat final itu, Desak Rita kalah dengan selisih waktu 0,006 detik pada kejuaraan yang dilaksanakan d Lapangan Panjat Tebing, Le Bourget, Climbing Venue, Paris pada Rabu (7/8). Desak Rita mencatatkan waktu 6,369 detik, sementara lawannya Li Juan Deng mencatatkan waktu 6,363 detik. 7 k22, dar
Komentar