nusabali

Perusahan Asal Korsel Diajak Tinjau TPST Mengwitani

Tindak Lanjut Diskusi Penanganan Sampah

  • www.nusabali.com-perusahan-asal-korsel-diajak-tinjau-tpst-mengwitani

MANGUPURA, NusaBali - Setelah sehari sebelumnya berdiskusi mengenai penanganan sampah di Kantor DPRD Badung, perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) K-eco, diajak meninjau langsung kondisi pengelolaan sampah di TPST Mengwitani, Kecamatan Mengwi, pada Jumat (9/8).

Seperti diketahui, DPRD Badung berencana menggandeng perusahaan asal Korsel itu untuk membantu pemerintah daerah dalam mencari solusi penanganan sampah di Gumi Keris.

Ketua DPRD Badung I Putu Parwata, mengatakan dari hasil peninjauan di lapangan perusahaan K-eco menemukan banyak sekali sampah yang masih bernilai ekonomi, namun belum dikelola dengan maksimal. “Dari pengamatan tadi mereka menyimpulkan bahwa banyak sampah yang mempunyai nilai ekonomi, tapi belum dinikmati oleh masyarakat secara ekonomi. Jadi tidak hanya sekadar bagaimana menghabiskan sampah, tetapi K-eco melihat bagaimana meningkatkan nilai ekonomi dari sampah,” ujar Parwata.

Menurut Parwata, perusahaan K-eco memberikan masukan mengenai penguatan di tingkat regulasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, perusahaan tersebut akan memberikan referensi mengenai regulasi apa yang sudah dikerjakan di Korsel dalam penanganan sampah. Kemudian regulasi tersebut disandingkan dengan regulasi yang sudah dibuat di Kabupaten Badung, sehingga nantinya ketemu regulasi yang tepat.

“K-eco dan tim akan memberikan kita referensi apa yang sudah dikerjakan, lalu kita akan bandingkan dengan regulasi kita. Jadi bukan bangun pabrik, tapi regulasinya dahulu, sehingga hulu hilirnya nyambung. Ini yang mungkin perlu kita pahami. Kalau sementara di Badung ini berpikir bagaimana menghabiskan sampah, tetapi K-eco melihat bagaimana supaya sampahnya bersih, uangnya dapat untuk rakyat, dan pemerintah dapat lingkungan clean dan clear,” jelas Parwata. 

Akan tetapi dari sharing diskusi yang dilakukan, Parwata menemukan ada satu model yang bisa diambil, yakni pemerintah menjadi holding yang utama dalam penanganan sampah. Kemudian di sekeliling pemerintah, ada perusahaan-perusahaan swasta yang akan mengambil sampah-sampah dan memilahnya. Pemilahan ini bertujuan untuk membangun potensi nilai ekonomi dan multiplier effect, sehingga tidak hanya ujug-ujug zero waste.

“Dalam kesimpulan sementara, pertama regulasi harus dibuat dan pemerintah hadir sebagai holding. Pemerintah kemudian mengajak pengusaha lokal desa untuk membangun ekonomi sekuler, ekonomi sekuler ini akan dibantu oleh pemerintah. Jadi pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang kebersihan sampah ini dibantu oleh pemerintah modalnya, dibuatkan regulasi, sehingga setiap desa memiliki kelompok-kelompok usaha pemilah sampah. Jaminannya pemerintah membeli. Setelah pemerintah membeli, kemudian diolah. Terakhir, sisa yang memang tidak bisa diolah lagi baru dibuatkan TPST,” jelas Parwata.

Namun demikian Parwata mengakui untuk mewujudkan semua itu memerlukan waktu dan penelitian. Terlebih lagi, sangat penting adanya edukasi dari awal yaitu pemilahan sampah dari rumah tangga, hotel, vila, industri, UMKM. “Semua ini memang memerlukan waktu. Ada penelitian yang secara empiris harus mencari data di lapangan, kemudian dirumuskan oleh tim, lalu dirumuskan dalam sebuah konsep, lalu diaplikasikan,” imbuhnya. @ ind

Komentar