Jadi Pembicara di Festival LIKE II KLHK, Bupati Tamba Paparkan Sabha Wana Kerthi
Bupati Jembrana
I Nengah Tamba
pembicara
Talk Show
Festival LIKE II KLHK
Jakarta Convention Center (JCC)
NEGARA, NusaBali - Bupati Jembrana I Nengah Tamba kembali didapuk menjadi pembicara di tingkat nasional. Teranyar, Bupati Tamba dipercaya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadi pembicara dalam kegiatan talk show inspiratif serangkaian Festival LIKE II di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (8/8).
Membawakan materi Saba Wana Kerthi sebagai Implementasi Indonesia Hijau di Kabupaten Jembrana, Bupati Tamba menyampaikan bahwa terdapat 4 misi Kabupaten Jembrana berfokus pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (wana kerthi, danu kerthi, segara kerthi, dan jagat kerthi). Bupati Tamba mengatakan, ada beberapa hal melatarbelakangi terbentuknya Sabha Wana Kerthi.
Diantaranya, kesenjangan sosial antara masyarakat di pesisir laut dengan masyarakat pendamping hutan. Kemudian adanya bencana alam banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jembrana, serta upaya Pemkab Jembrana dalam memperbaiki/meningkatkan nilai indeks kualitas lahan.
"Adapun konsep Sabha Wana Kerthi yakni pengelolaan kawasan hutan dan perhutanan sosial. Pelestarian lingkungan, pemanfaatan hutan secara profesional dan berkelanjutan, peningkatan ekonomi masyarakat penyanding hutan. Selain itu, terdapat budaya luhur Bali, yakni Tri Hita Karana, Tumpek Uduh, dan Tanem Tuwuh," ucap Bupati Tamba.
Bupati Tamba mengatakan, hingga tahun 2023, terdapat 32 Kelompok Tani Hutan (KTH) di Jembrana dengan jumlah anggota keseluruhan sebanyak 5.823 kepala keluarga (KK). Adapun luas pemanfaatan seluas 5.313,35 hektare. Untuk tahun 2024 ini, dinyatakan ada 3 KTH baru yang akan mendapatkan izin pemanfaatan.
"Setiap KTH menandatangi Pakta Integritas. Yang dimana apabila terjadi pelanggaran dan atau tindak pidana kehutanan siap dikenakan sanksi sesuai dengan perUndangan yang berlaku. Disamping itu, yang menarik dan bahkan satu-satunya hanya ada di Jembrana, yakni pada sektor tersebut sudah mampu menyetorkan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) pada tahun 2023 sebesar Rp. 34.622.000," ujar Bupati Tamba.
Selain hutan di hulu, Bupati Tamba menyatakan hutan mangrove di Jembrana juga menjadi konsentrasi Sabha Wana Kerthi. Luas hutan mangrove di Jembrana sendiri sekitar 968 hektare dan terdapat 2 KTH yang diberikan hak pengelolaan dan pemanfaatan. "Rencana selanjutnya dari Sabha Wana Kerthi ini adalah peningkatan IKL (Inspeksi Kesehatan Lingkungan), memberikan kepastian hukum, dan perlindungan terhadap satwa dilindungi. Maka Pemkab Jembrana berupaya meningkatkan status kawasan mangrove KTH Lindu Segara Tanjung Pasir, Desa Tuwed seluas kurang lebih 44 Ha menjadi Tahura (Taman Hutan Raya)," ucapnya.
Dihadapan ratusan pegiat lingkungan, Bupati Tamba juga mengenalkan dan memromosikan keberadaan Kebun Raya Jagatnatha yang merupakan ikon Kabupaten Jembrana. Selain berfungsi sebagai tempat wisata, Kebun Raya Jagatnatha juga sebagai tempat konservasi, penelitian, Pendidikan, dan jasa lingkungan. Di dalamnya terdapat kurang lebih 396 spesimen dan 135 jenis tanaman.
"Bagi bapak/ibu yang belum pernah ke Jembrana, ayo berwisata di Jembrana. Banyak hal ada di Jembrana. Bapak/ibu akan disuguhkan panorama yang luar biasa, dibeberapa tempat bisa melihat dua view sekaligus, yakni view hutan yang masih sangat alami dan landscape pantai yang tidak kalah luar biasanya. Selain itu, ada budaya Jembrana yang sudah mendunia seperti jegog dan makepung. Kulinernya juga beragam banyaknya," ungkap Bupati Tamba.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro menyampaikan, Festival LIKE bertujuan sebagai media promosi atas hasil kerja pemerintah bersama para pihak. Sekaligus wujud apresiasi pemerintah atas kerja-kerja masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kualitas lingkungan hidup dan kehutanan yang semakin baik untuk aksi mitigasi perubahan iklim serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Festival ini diharapkan menjadi momentum kolaboratif dan partisipatif pemerintah, bersama dengan masyarakat, akademisi, grass root, kelompok, aktivis pendamping, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga dunia usaha. "Untuk melanjutkan kerja-kerja yang sudah terlihat hasilnya, sekaligus meningkatkan kerja untuk kemajuan ekonomi Indonesia dan menunjukan posisi unggul Indonesia dalam agenda mitigasi perubahan iklim secara global," ujar Sigit Reliantoro. 7ode
1
Komentar